Sub Topik

Mengingat depresi adalah salah satu masalah kesehatan mental yang menyerang banyak orang di berbagai belahan dunia, ada berbagai alat tes yang dikembangkan terkait depresi. Alat tes diharapkan dapat mendeteksi depresi sedini mungkin agar penanganannya dapat dimulai sebelum depresi menjadi parah.
Depresi dan Gangguan Depresi
Merasa depresi atau mengalami depresi tidak sama dengan mengalami gangguan depresi. Seseorang yang merasa depresi tidak secara otomatis mengalami gangguan depresi.
Arti Depresi
Tergantung konteksnya, kata depresi sebenarnya memiliki banyak arti. Walau demikian, kata ini lebih dikenal secara umum dalam bidang psikologi. Depresi merupakan suatu kondisi afek (perasaan) negatif dengan rentang yang luas. Ini dimulai dari perasaan tidak bahagia atau tidak puas hingga merasa sedih dan pesimis yang ekstrem.
Gangguan Depresi
Sebutan berbahasa Inggris untuk gangguan depresi adalah depressive disorder. Gangguan depresi merupakan kelompok gangguan mood yang gejala utamanya berpusat pada perasaan sedih. Mood itu sendiri adalah kondisi emosi dalam rentang waktu tertentu. Misalnya mood ceria atau gusar.
Depresi Berat dan Depresi Ringan
Ada cukup banyak gangguan yang termasuk dalam kelompok depressive disorder. Mungkin yang paling sering terdengar adalah major depressive disorder dan dysthymic disorder.
Dalam kehidupan sehari-hari, 2 gangguan depresi yang disebutkan di atas lebih dikenal sebagai depresi berat dan depresi ringan. Seseorang yang disebut mengalami depresi berat biasanya mengalami major depressive disorder. Sedangkan orang yang mengalami depresi ringan mungkin memiliki kondisi dysthymic disorder. Atau ia mungkin mengalami depresi lainnya namun dengan gejala yang cenderung ringan.
Ciri Ciri Orang Depresi
Berbagai gangguan dalam kelompok depressive disorder dibedakan berdasarkan durasi, pengaturan waktu (timing), atau penyebabnya. Walau demikian, ada persamaan umum yang menjadi ciri utama gangguan depresi. Persamaan dari semua gangguan tersebut adalah perasaan sedih, hampa, atau mood yang gusar. Ini kemudian disertai dengan perubahan-perubahan yang mempengaruhi kapasitas seseorang untuk berfungsi penuh. Misalnya seperti perubahan kondisi kesehatan atau kemampuan berpikir.
Test Gangguan Depresi
Psikolog dan psikiater menggunakan berbagai teknik dalam menegakkan diagnosis gangguan depresi. Salah satunya adalah dengan pelaksanaan tes untuk depresi. Tes untuk depresi merupakan alat bantu pengumpul data yang dapat mendeteksi gangguan depresi sekaligus tingkat keparahannya. Penggunaan tes untuk depresi disesuaikan dengan berbagai kondisi, termasuk ketersediaan tenaga profesional, usia individu, atau perubahan besar dalam hidup seseorang, seperti kehamilan atau melahirkan.
Penggunaan tes untuk depresi disesuaikan dengan berbagai kondisi, termasuk ketersediaan tenaga profesional, usia individu, atau perubahan besar dalam hidup seseorang, seperti kehamilan atau melahirkan.
Patient Health Questionnaire-2 (PHQ-2)
Ini adalah tes untuk depresi yang sangat ringkas. Isinya hanya berupa 2 pertanyaan yang merangkum 2 gejala utama depresi, yaitu mood yang rendah dan anhedonia. Anhedonia itu sendiri adalah hilangnya kemampuan untuk menikmati pengalaman atau aktivitas yang biasanya menyenangkan. Misalnya seseorang yang hobi bermain musik tidak lagi menikmati hobi tersebut.
Penggunaan PHQ-2 hanya disarankan untuk situasi darurat dan deteksi awal. Misalnya tenaga profesional yang ada tidak memiliki banyak waktu atau rumah sakit yang dikunjungi sedang kebanjiran pasien. Jika hasil tes menimbulkan kecurigaan adanya depresi, maka PHQ-2 harus diikuti dengan pelaksanaan tes yang lain. Biasanya tes yang diberikan setelah PHQ-2 adalah PHQ-9, atau tes lain yang lebih spesifik berdasarkan kondisi masing-masing individu.
Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9)
Sesuai namanya, PHQ-9 berisi 9 tanda atau gejala yang menjadi kriteria diagnosis untuk depresi berat. Selain mood yang rendah dan anhedonia, di dalamnya juga terdapat tanda-tanda lain, termasuk pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Setiap item dalam PHQ-9 disertai dengan 4 pilihan skala.
Selain lebih mendetail dibandingkan PHQ-2, PHQ-9 juga memiliki rentang yang lebih luas untuk mengungkap intensitas depresi. Itu sebabnya PHQ-9 bisa digunakan sebagai bagian dari proses diagnosis sekaligus untuk melihat tingkat keparahan depresi.
Beck Depression Inventory (BDI) dan BDI-FS
BDI terdiri dari 21 item, jauh lebih banyak daripada PHQ-2 maupun PHQ-9. Item-item yang ada di dalamnya dirancang untuk mengungkap 3 aspek dari depresi, yaitu afek (perasaan), kognitif (pikiran), dan somatis (efeknya terhadap kesehatan).
BDI kemudian dikembangkan lagi dengan turunannya, yaitu Beck Depression Inventory-Fast Screen (BDI-FS). BDI-FS menggunakan semua item BDI, kecuali yang berkaitan dengan aspek somatis. Ini dilakukan karena sebagian ahli mengkhawatirkan terjadinya tumpang tindih dengan depresi yang diakibatkan oleh kondisi kesehatan seseorang. Karena berkurangnya aspek yang diukur, BDI-FS menjadi versi lebih pendek daripada BDI.
Geriatric Depression Scale (GDS)
GDS adalah tes untuk depresi yang penggunaannya spesifik bagi kaum manula. Tes ini terdiri dari 30 item. Walaupun itemnya lebih banyak dari BDI, aspek yang diungkap hanya meliputi aspek afektif dan kognitif. Sedangkan aspek somatis sengaja tidak diikutsertakan. Dasar pemikirannya adalah bahwa kaum manula memiliki berbagai masalah kesehatan akibat usia dan kondisi medis kronis tertentu sehingga sulit untuk mengenali keluhan masalah kesehatan (somatis) sebagai gejala depresi murni.
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
Edinburgh Postnatal Depression Scale atau EPDS adalah tes yang dikembangkan untuk mendeteksi depresi pada ibu yang baru melahirkan. Kondisi ini dikenal juga sebagai postpartum depression (depresi sehabis melahirkan). Postpartum depression berbeda dari kondisi baby blues, baik dalam ciri maupun durasinya. Selain sehabis melahirkan, tes ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi depresi yang dialami calon ibu selama masa kehamilan.
EPDS terdiri dari 10 item berupa pernyataan terkait kondisi sehari-hari. Masing-masing item disertai dengan 4 pilihan jawaban yang memiliki skor dari 0-3. Jawaban yang diberikan adalah berdasarkan penghayatan ibu dalam 7 hari terakhir. Tes ini bisa dilakukan selama kehamilan hingga 6-8 minggu setelah melahirkan.

Pelaksanaan Tes Depresi Harus dengan Supervisi Tenaga Profesional
Berbagai alat tes yang digunakan untuk mendeteksi depresi memang bisa didapatkan dari internet. Walau demikian, penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaannya harus dengan pengawasan para profesional seperti psikolog dan Psikiater.
Skrining Kesehatan Mental: Kapan Tes Dilakukan?
Lembaga kesehatan di berbagai negara memiliki kebijakan masing-masing terkait tes sebagai skrining kesehatan mental. Termasuk skrining untuk depresi. Ada yang menganjurkan pelaksanaan tes sebaiknya dilakukan segera untuk setiap orang yang sudah menunjukkan tanda-tanda depresi. Terutama pada ibu yang baru melahirkan. Sebagian lagi menganjurkan dilakukan pemeriksaan awal lainnya sebelum diikuti dengan penggunaan tes untuk depresi.
Tes di Awal
Kebijakan untuk melakukan tes seawal mungkin didasarkan pada kekhawatiran terjadinya keterlambatan penanganan. Jika depresi tidak segera dideteksi dan ditangani, maka seseorang bisa terlanjur mengalami depresi berat sebelum penanganan diberikan.
Tes Belakangan
Sedangkan kebijakan untuk melaksanakan pemeriksaan lain sebelum dilakukan tes didasarkan pada kekhawatiran akan salah diagnosis. Tes yang dilakukan tergesa-gesa dikhawatirkan akan dimaknai salah dalam keseluruhan proses diagnosis.
Tes Adalah Bagian dari Rangkaian Proses Diagnosis
Dalam pelaksanaannya, baik kebijakan pertama maupun kedua dilakukan sesuai dengan prosedur dari proses yang jelas. Tes hanyalah sebagian dari keseluruhan proses diagnosis dan unsur-unsur yang ada dalam proses tersebut dirangkai sesuai dengan dasar yang teruji, termasuk kapan tes dilakukan. Itu sebabnya, penggunaan tes depresi harus diawasi oleh tenaga profesional yang memahami prosedur tersebut.
Tes untuk Depresi sebagai Bagian dari Proses Diagnosis
Ada berbagai alat tes yang dikembangkan untuk mendeteksi dan mengukur depresi, seperti PHQ-2, PHQ-9, BDI, GDS, dan EPDC. Penggunaan tes tersebut disesuaikan dengan berbagai kondisi, terutama kondisi individu yang akan menjalani tes. Pelaksanaan tes untuk depresi merupakan satu bagian dari keseluruhan proses diagnosis yang pelaksanaannya harus dengan pengawasan tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater. Jika Anda mencurigai teman atau anggota keluarga memiliki ciri-ciri depresi, maka segera konsultasikan dengan para profesional tersebut. Mereka sudah terlatih dalam memahami depresi dan cara penanganannya.
Ada berbagai alat tes yang dikembangkan untuk mendeteksi dan mengukur depresi, seperti PHQ-2, PHQ-9, BDI, GDS, dan EPDC.
Referensi
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorder, fifth edition, text revision. APA: Washington, DC.
APA. (n.d.). Depression. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved March 03, 2023, from https://dictionary.apa.org/depression
Cox, J. L., Holden, J. M., & Segovsky, R. (1987). Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). British Journal of Psychiatry, 150.
Ng, C. W., How, C. H., Ng, Y. P. (2016). Major depression in primary care: Making the diagnosis. Singapore Med J 57(11):591-597.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog