Sub Topik

Retardasi mental atau intellectual disability merupakan sebuah gangguan yang mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang. Di Indonesia, individu dengan retardasi mental juga dikenal dengan sebutan tunagrahita. Individu yang mengalami retardasi mental biasanya memiliki masalah pada bidang akademik, perkembangan motorik, dan berbagai fungsi lainnya.
Apabila tingkat keparahannya masih tergolong ringan hingga sedang, mereka masih bisa diberi arahan. Dengan demikian, mereka bisa merawat dirinya sendiri dan dapat menjalani kehidupan dengan relatif normal.
Apabila tingkat keparahannya sudah berat, individu dengan intellectual disability sangat bergantung pada caregiver atau pengasuhnya. Oleh karena itu, caregiver perlu mengenali tingkat keparahan individu yang diasuhnya dan mengetahui tentang pilihan terapi untuk mengobati retardasi mental yang sesuai dengan tingkat keparahan tersebut.
Tips Bagi Orangtua untuk Menghadapi Retardasi Mental
Sebelum memutuskan terapi atau pengobatan yang sesuai, caregiver terlebih dahulu harus tahu tentang bagaimana cara menghadapi anak dengan retardasi mental. Kemampuan dasar ini akan sangat mendukung dalam berbagai interaksi sehari-hari. Berikut merupakan beberapa tips bagi orang tua atau caregiver dalam menghadapi anak dengan retardasi mental.
1. Menjalin Komunikasi Positif
Caregiver atau orang tua yang merawat anak dengan retardasi mental perlu berkomunikasi dengan mereka. Pastikan untuk menggunakan bahasa yang sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Berdasarkan sebuah penelitian, anak-anak dengan retardasi mental cenderung menarik diri dari lingkungannya karena merasa malu dan takut. Terjalinnya komunikasi yang positif antara caregiver dengan anak dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Selain itu, komunikasi positif akan membuat anak merasakan dukungan secara emosional dari keluarga.
2. Mencari Informasi mengenai Retardasi Mental
Penting untuk selalu mencari informasi terbaru mengenai retardasi mental melalui berbagai sumber terpercaya. Adanya informasi akan membantu orang tua untuk mengenali anak dengan intellectual disability.
Mulai dari tanda-tandanya agar dapat mengidentifikasi perkembangan anak, kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebagainya. Dengan demikian, orang tua dapat segera menghubungi tenaga profesional untuk menangani masalah yang muncul.
3. Mempertimbangkan Pendidikan
Anak dengan retardasi mental termasuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, orang tua perlu menentukan dengan seksama sekolah yang hendak dituju.
Untuk menentukannya, orang tua dapat berdiskusi dengan tenaga profesional. Ini penting karena setiap tingkat keparahan memiliki keterbatasan dan kemampuan yang berbeda-beda.
Keluarga dapat memilih sekolah luar biasa yang dikhususkan untuk anak-anak yang mengalami intellectual disability. Terdapat beberapa keuntungan dari pilihan ini, yaitu:
- Memberikan rasa aman dan tenang kepada anak karena lingkungan sekolahnya bersifat homogen.
- Kurikulum pendidikan yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak.
- Materi pengajaran yang efektif bagi siswa tunagrahita, yaitu melibatkan instruksi yang sistematis dan sederhana.
- Guru yang mengajar berlatar belakang Pendidikan Luar Biasa.
- Memudahkan kerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait, seperti psikolog, audiolog, dan sebagainya.
- Fasilitas sekolah yang telah disesuaikan guna mendukung proses belajar mereka.
Meskipun memiliki beragam kelebihan, bersekolah di lingkungan yang homogen dapat memicu masalah lain. Kemampuan anak untuk mengembangkan cara bersosialisasi menjadi lebih terbatas. Selain itu, perkembangan emosi anak juga menjadi lebih terbatas.
4. Pertimbangan Terapi
Anak-anak yang mengalami retardasi mental memiliki kekurangan pada fungsi intelektualnya. Hal ini juga berdampak pada perkembangan pada aspek-aspek lainnya. Seperti mengalami kesulitan dalam bidang akademik, sosial, kemandirian, dan sebagainya. Mengingat berbagai kesulitan ini, keluarga dapat mempertimbangkan untuk melakukan terapi.
Terapi untuk Anak dengan Retardasi Mental
Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga memerlukan terapi yang berbeda pula. Orang tua perlu berkonsultasi dengan profesional untuk mengetahui terapi untuk anak retardasi mental yang efektif, sesuai dengan kapasitas dan kondisi masing-masing anak. Berikut merupakan beberapa terapi untuk mengobati retardasi mental yang dapat dijadikan referensi.
Orang tua perlu berkonsultasi dengan profesional untuk mengetahui terapi untuk anak retardasi mental yang efektif, sesuai dengan kapasitas dan kondisi masing-masing anak.
1. Terapi Okupasi
Seperti yang sempat dibahas sebelumnya, individu yang mengalami retardasi mental sangat bergantung dengan kehadiran caregiver. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk merawat dirinya sendiri.
Meski demikian, mereka masih bisa dilatih atau diajarkan agar dapat merawat dirinya sendiri. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan terapi okupasi yang berfokus pada pengembangan kemampuan individu.
Terapi okupasi adalah terapi untuk menjaga kesehatan mental dan fisik individu. Selain itu, terapi ini akan membantu individu yang kesulitan untuk merawat dirinya sendiri melalui aktivitas tertentu.
Tujuan Terapi Okupasi
Adapun tujuan dari terapi ini adalah memberdayakan dan mengembangkan kemampuan merawat diri dan produktif. Hal ini dilakukan melalui beragam pelatihan dan stimulasi agar individu dapat mencapai tujuan tersebut.
Efektivitas Terapi Okupasi
Penelitian yang dilakukan Rokhman dan Rohman pada anak retardasi mental menunjukkan bahwa terapi ini efektif. Sebelum diberikan terapi, sebagian besar anak sangat bergantung dengan orang lain dan kurang bisa merawat dirinya.
Setelah dilakukan terapi, sebagian besar dari mereka sudah tidak terlalu bergantung dengan orang lain. Bahkan ada beberapa anak yang sudah menunjukkan kemandirian.
2. Terapi Musik
Bentuk terapi kedua yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif penyembuhan retardasi mental yakni dengan musik. Aktivitas mendengarkan musik dapat berperan untuk meregulasi emosi, meningkatkan mood, mengurangi stres, dan meningkatkan fungsi kognitif.
Cara Kerja Terapi Musik
Musik dengan tempo lambat atau musik klasik dapat meningkatkan konsentrasi, memori, dan fungsi berpikir lainnya. Anak-anak yang mengalami retardasi mental dapat diberikan terapi musik klasik secara rutin. Tempo yang lambat dapat mempengaruhi gelombang otak dan dapat menurunkan stres.
Efektivitas Terapi Musik
Sumartini dkk., menemukan bahwa penerapan terapi musik memberi pengaruh terhadap perkembangan kognitif. Sebelum dilakukan terapi musik, sebanyak 61% anak memiliki perkembangan kognitif yang kurang. Hanya 14% yang dalam perkembangan kognitif baik, sedangkan sisanya dalam kategori cukup.
Setelah melakukan terapi musik klasik, ditemukan hasil bahwa 53% anak-anak mengalami peningkatan kognitif menjadi kategori baik. Selain itu, hanya 17% anak yang tergolong dalam kategori kurang, sedangkan 31% lainnya dalam kategori sedang.
3. Terapi Bermain
Memiliki kemampuan intelektual yang kurang membuat anak dengan retardasi mental mengalami kesulitan untuk mengembangkan keterampilan sosial. Salah satu terapi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan pada anak adalah dengan bermain.
Cara Kerja Terapi Bermain
Bermain dapat menjadi salah satu pengobatan retardasi mental yang mudah untuk dilakukan. Ketika bermain anak akan distimulasi pada aspek kemampuan motorik, kognitif, dan sosialnya. Contohnya adalah permainan puzzle yang menggabungkan seluruh aspek tersebut.
Saat bermain puzzle, kemampuan motorik anak akan distimulasi dengan meminta anak untuk menggerakkan jemarinya saat menyusun puzzle. Penyusunan puzzle dari yang semula acak menjadi bentuk yang utuh juga melatih kemampuan problem-solving.
Apabila permainan tersebut dilakukan secara berkelompok, kemampuan sosial dan beradaptasi anak juga akan terstimulasi. Sebab, anak akan secara natural berusaha untuk bermain bersama dengan anak-anak lain.

Efektivitas Terapi Bermain
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Retnaningsih pada anak-anak SLB, 50% dari partisipan memiliki kemampuan sosial yang buruk. Sedangkan 50% lainnya memiliki kemampuan sosial sedang hingga baik.
Setelah menjalani terapi bermain puzzle, terdapat perubahan pada kemampuan sosial anak-anak tersebut. Dari 50% anak-anak yang kemampuan sosialnya buruk berkurang menjadi 24% saja.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa terapi bermain dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan retardasi mental. Sebab, banyak sekali manfaat yang diberikan melalui sebuah permainan sederhana.
Konsultasikan Pilihan Terapi Retardasi Mental pada Profesional
Melalui artikel ini, diharapkan baik orang tua, keluarga, maupun caregiver memiliki gambaran mengenai tindakan yang dapat dilakukan. Selain pendidikan di sekolah luar biasa, berbagai terapi yang dapat dipertimbangkan untuk anak dengan retardasi mental antara lain adalah terapi okupasi, terapi musik, dan terapi bermain. Sebelum menentukan terapi, intervensi, maupun pendidikan yang sesuai bagi anak, dapat mengkomunikasikannya dengan tenaga profesional.
Selain pendidikan di sekolah luar biasa, berbagai terapi yang dapat dipertimbangkan untuk anak dengan retardasi mental antara lain adalah terapi okupasi, terapi musik, dan terapi bermain.
Referensi
Aini, A. N., & Erawati, M. (2020). Gambaran Kualitas Hidup pada Anak Tunagrahita: Kajian Literatur. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 3(2), 12-23.
Hallahan, D.P., Kauffman, J.M., Pullen, P.C. (2014). Exceptional learners an introduction to special education (12th ed.). London: Pearson Education Limited
Kirk, S., Gallagher, J.J., Coleman, M.R., Anastasiow, N. (2009). Educating exceptional children (12th ed.). Boston: Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company
Ponto, D. L., Bidjuni, H., & Karundeng, M. (2015). Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi Terhadap Penurunan Stres Pada Lansia Di Panti Werdha Damai Ranomuut Manado. JURNAL KEPERAWATAN, 3(2).
Retnaningsih, D. (2018). PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB N KABUPATEN REMBANG. Jurnal Ners Widya Husada, 3(2).
Rokhman, A., & Rohmah, F. (2019). Peningkatan Kemandirian Merawat Diri Anak Retardasi Mental Dengan Terapi Okupasi Di Sdlb Negeri Lamongan: Improvement Of Self-Care Independence For Children With Mental Retardation Using Occupational Therapy In Sdlb Negeri Lamongan. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), 5(2), 92-98.
Sumartini, N. P. (2020). Terapi musik klasik memiliki pengaruh terhadap perkembangan kognitif anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pembina Mataram. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 5(2), 123-129.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog