
Apa yang kita pikirkan ketika mendengar “skizofrenia”? Mungkin kita beranggapan bahwa orang-orang yang mengidap skizofrenia adalah orang gila.
Memang, masyarakat masih menanggapi penyakit kejiwaan secara sepele. Selain itu, orang-orang sering memberikan label atau stigma negatif kepada pasien dengan gangguan kejiwaan.
Orang-orang dengan skizofrenia dianggap sebagai orang gila yang suka berbuat onar. Anggapan negatif tersebut membuat mereka dikucilkan dan tak dianggap oleh masyarakat sekitar. Padahal mereka sangat membutuhkan pendampingan orang-orang sekitar dan tenaga profesional.
Menurut data dari Disability Adjusted Life Years, jumlah pasien skizofrenia di Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa ada banyak penderita skizofrenia di sekitar kita. Mari kita langsung membahas apa yang dimaksud dengan gangguan skizofrenia.
Gangguan Skizofrenia
Schizophrenia sendiri berasal dari Bahasa Yunani, yaitu skhizein = memecah dan phren = jiwa/pikiran. Berdasarkan arti kata tersebut, skizofrenia disimpulkan sebagai suatu penyakit mental yang memecah/mengganggu kondisi jiwa.
Gejala-gejala skizofrenia yang tampak yaitu penderita mengalami kesulitan dalam proses berpikirnya. Pasien skizofrenia umumnya mengalami psikosis, yaitu menginterpretasikan realita secara abnormal. Secara singkat, gejala utama skizofrenia yaitu individu merasa kesulitan untuk membedakan kejadian nyata dan ilusi.
Kesulitan tersebut tentu akan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Kesulitan membedakan kenyataan akan memengaruhi tingkah laku pasien skizofrenia. Bahkan memengaruhi emosi serta cara komunikasi mereka dengan individu lain.
Ciri ciri Skizofrenia
Ciri ciri schizophrenia yang dialami yaitu individu sering melakukan perilaku-perilaku yang kurang jelas. Kerap kali hal tersebutlah yang membuat mereka dilabel sebagai “orang gila” oleh masyarakat.
Karena mengalami delusi dan halusinasi, individu tidak mampu berpikir dengan jernih. Oleh karena itu, pasien skizofrenia sangat membutuhkan perawatan seumur hidup. Sebab seiring berjalannya waktu, penyakit ini akan terus bertahan dan semakin parah.
Dengan penanganan yang tepat dan sedini mungkin, keparahan akibat penyakit ini akan terminimalisir. Perawatan intensif akan membantu mereka mengontrol gejala dan membantu individu menjalani aktivitasnya. Dengan tanda dan gejala skizofrenia yang tampak, kita bisa mengetahui langkah-langkah untuk menangani penyakit ini.
Penyebab Schizophrenia
Lantas apa yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia? Berikut merupakan 4 faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami skizofrenia.
- Genetik atau Keturunan
Individu yang keluarganya memiliki riwayat skizofrenia, memiliki 10% risiko mengalami gejala schizophrenia. Faktor risiko akan meningkat hingga 40% apabila kedua orang tua sama-sama mengidap skizofrenia.
- Struktur Otak
Peneliti menemukan bahwa terdapat abnormalitas pada struktur otak pasien skizofrenia. Selain itu,kadar dopamine dan serotonin dalam otak mereka juga tidak seimbang. Dopamine dan serotonin berfungsi untuk mengirimkan informasi antar sel otak sehingga ketidakseimbangan antara kedua senyawa kimia tersebut dapat memicu skizofrenia.
- Kondisi Kehamilan
Kondisi ibu masa kehamilan dapat memicu skizofrenia pada anak. Seperti seperti kekurangan asupan nutrisi (malnutrisi), atau terpapar bahan kimia beracun dan virus selama masa kehamilan. Anak-anak yang lahir prematur, bobot lahir rendah, dan kekurangan oksigen saat dilahirkan juga berpotensi mengalami skizofrenia.
- Lingkungan
Selain faktor-faktor genetik, lingkungan juga berperan untuk memicu skizofrenia. Stres akibat pengalaman traumatis yang dialami individu dalam waktu yang lama merupakan salah satunya. Peneliti menemukan bahwa individu yang menyalahgunakan dan kecanduan NAPZA memiliki risiko 4x mengidap skizofrenia.
Itulah sedikit gambaran mengenai gangguan schizophrenia atau skizofrenia. Sekarang kita bisa sedikit memahami faktor-faktor apa saja yang memicu munculnya skizofrenia. Lalu apakah skizofrenia memiliki jenis-jenis? Kalau ada, apa saja jenis-jenis skizofrenia?
Jenis Skizofrenia
Jadi, dahulu para peneliti sempat menggunakan 5 jenis skizofrenia sebagai acuan. Namun, sejak 2013 American Psychiatric Association (APA) menghapus jenis-jenis skizofrenia. Para ahli memutuskan untuk menyebutnya dengan skizofrenia saja.
Alasan penghapusannya karena hasil diagnosa yang dimiliki peneliti terbatas. Akibatnya peneliti kesulitan untuk mendapatkan hasil yang tepat dan konsisten. Mari kita bahas lebih lanjut 5 jenis skizofrenia yang sempat dijadikan acuan oleh para peneliti.
- Skizofrenia Paranoid
Gejala skizofrenia paranoid yang umumnya tampak yaitu delusi dan halusinasi. Delusi dan halusinasi yang muncul menyebabkan penderita skizofrenia jenis ini memunculkan perilaku yang abnormal.
Gejala-gejala tersebut membuat individu kadang merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak nyata. Seperti merasa ada orang yang berencana membunuhnya dengan racun. Hal tersebut membuat mereka mudah gelisah, hingga tidak suka bersosialisasi dengan orang lain. Kode diagnosa skizofrenia jenis ini adalah kode ICD F20.0.

- Skizofrenia Tidak Teratur
Individu yang terdiagnosa jenis ini, memiliki gejala awal skizofrenia seperti pembicaraannya sukar untuk dimengerti. Tingkah laku yang dimunculkan juga cenderung tidak jelas. Mereka dapat menertawakan suatu hal tanpa alasan. Kode diagnosa skizofrenia jenis ini adalah kode ICD F20.1
- Skizofrenia Katonik
Gejala skizofrenia katonik yang dialami oleh banyak individu yakni gangguan pergerakan. Skizofrenia jenis ini memiliki kode diagnosa ICD F20.2. Pada jenis skizofrenia ini, individu akan cenderung hiperaktif atau tidak bergerak sama sekali. Tak jarang ada individu yang enggan untuk berbicara dan suka mengulang perkataan/perilaku orang lain. Namun, gejala schizophrenia tersebut dapat dialami oleh penderita gangguan mental lain, seperti bipolar.
- Skizophrenia Diferentiatif
Jenis skizofrenia ini tidak memiliki gejala skizofrenia yang spesifik seperti 3 jenis lainnya. Pasien jenis ini mungkin mengalami halusinasi/delusi. Skizofrenia jenis ini memiliki kode ICD F20.3.
- Skizofrenia Residual
Seseorang dapat didiagnosa mengidap skizofrenia residual ketika mengalami satu dari empat jenis skizofrenia. Umumnya mereka tidak menunjukkan gejala umum karena intensitas gejala skizofrenia dalam tubuh berkurang. Hal tersebut yang membuat jenis ini sulit untuk dipastikan. Kode diagnosa skizofrenia jenis ini adalah kode ICD F20.5.
Meskipun demikian, individu dengan skizofrenia residual masih mungkin mengalami halusinasi dan delusi. Penderita jenis ini umumnya mengalami gejala negatif skizofrenia yang lebih banyak.
Itulah 5 jenis schizophrenia yang sempat dijadikan acuan oleh para ahli. Meskipun sudah tidak digunakan lagi, klasifikasi ini dapat kita gunakan untuk memahami skizofrenia. Sebelumnya sempat disebutkan mengenai gejala-gejala umum skizofrenia. Kita akan bahas lebih lanjut mengenai apa saja gejala yang dialami penderita skizofrenia.
Gejala Skizofrenia
Pasti sempat terbesit di benak kita, sebenarnya apa saja gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia? Skizofrenia sendiri merupakan gangguan mental yang menyebabkan individu kesulitan untuk mengendalikan emosi, pikiran, dan perilakunya. Seperti yang kita ketahui, salah satu gejala skizofrenia adalah halusinasi dan delusi.
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang menyebabkan individu kesulitan untuk mengendalikan emosi, pikiran, dan perilakunya. Salah satu gejala skizofrenia adalah halusinasi dan delusi.
Terdapat beberapa gejala awal skizofrenia yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan mengendalikan pikiran menyebabkan pasien skizofrenia kurang bisa berkonsentrasi. Selain itu, tak jarang ia kehilangan motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Gejala schizophrenia yang lain yaitu merasa kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugas.
Tak hanya itu, gangguan emosi yang dirasakan pasien skizofrenia membuat mereka sering mengalami mood swing. Pola tidur menjadi berubah dan tidak teratur. Berperilaku berbeda dengan orang lain, seperti mengasingkan dirinya dari pergaulan.
Gejala awal schizophrenia ini muncul pada masa-masa pubertas sehingga terkadang tidak dianggap sebagai masalah besar. Hal tersebut membuat orang-orang mengabaikan tanda-tanda tersebut. Pada laki-laki gejala ini berkembang di awal pubertas hingga pertengahan usia 20 tahun. Sedangkan, pada perempuan gejala awal schizophrenia berkembang di usia 20-30an.
Selain gejala awal diatas, terdapat 2 tipe gejala lainnya yakni, gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. Gejala positif menunjukkan ciri-ciri perubahan perilaku dan pola pikir pasien skizofrenia. Sedangkan, gejala negatif skizofrenia menunjukkan ciri-ciri respon emosi pada pasien skizofrenia.
Gejala Positif Skizofrenia
Ciri-ciri skizofrenia berdasarkan gejala positif skizofrenia dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian.
- Halusinasi
Ciri-ciri schizophrenia yang pertama yakni halusinasi. Halusinasi membuat seseorang merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Pada pasien skizofrenia, banyak ditemukan mengalami halusinasi pendengaran. Tetapi pasien skizofrenia juga dapat mengalami halusinasi dengan indera tubuh lainnya.
- Delusi
Ciri-ciri skizofrenia kedua yaitu delusi. Delusi yang dialami pasien skizofrenia membuat mereka meyakini suatu hal yang bertolak belakang dengan realita. Misalnya seperti, mereka meyakini bahwa pasangannya berselingkuh di belakangnya, meskipun hal tersebut belum tentu benar.
- Memiliki pola pikir yang abnormal
Pola pemikiran yang kacau menjadi ciri-ciri gejala positif schizophrenia yang ketiga. Penderita skizofrenia cenderung kesulitan untuk fokus dengan pekerjaannya. Hal tersebut membuat mereka sulit untuk mengingat hal-hal penting dan berkomunikasi dengan baik.
Tak jarang pasien dengan skizofrenia memiliki gangguan bicara yang menyebabkan kemampuan komunikasi mereka buruk. Hal ini ditandai dengan gaya bicara yang kurang terstruktur, berbelit-belit, dan penggunaan kata-kata yang sukar dimengerti. Oleh karena itu, penderita skizofrenia kurang mampu untuk membuat keputusan dengan baik.
- Perubahan dalam berperilaku
Beberapa penderita skizofrenia memiliki permasalahan dengan kemampuan motoriknya. Akibatnya gerak tubuh mereka tidak teratur dan tidak normal, serta sukar untuk diprediksi. Selain itu, mereka juga tidak menunjukkan respon ketika dipanggil, mengungkapkan emosinya melalui raut wajah.
Terdapat beberapa tanda yang mengindikasikan gangguan motorik. Individu kurang suka mengikuti instruksi dan tidak memberikan respon. Selain itu, postur tubuh yang ditampilkan cenderung kurang sesuai. Serta memiliki gerakan tubuh yang terlalu berlebih.
Itulah keempat gejala positif schizophrenia. Lalu, bagaimana dengan gejala negatif yang dialami oleh pasien skizofrenia?
Gejala Negatif Skizofrenia
Gejala negatif schizophrenia umumnya berlangsung selama beberapa waktu sebelum penderita mengalami gejala awal. Gejalanya akan muncul secara bertahap dan akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Adapun beberapa ciri-ciri schizophrenia berdasarkan gejala negatifnya. Tidak mampu mengekspresikan emosinya, sangat sensitif, dan mengalami perubahan mood yang cepat. Dalam kehidupan sehari-hari mereka kurang termotivasi, tidak memedulikan kebersihan dan penampilan, dan tampak tidak menyukai kegiatan.
Tak jarang mereka pun enggan untuk berkomunikasi dengan orang dan menarik diri dari pergaulan sosial. Sebab, mereka merasakan ketakutan yang berlebih ketika bersama orang lain. Hal tersebut membuat mereka tidak mampu untuk merasa senang dan bahagia.
Penutup: Tanda dan Gejala Skizofrenia
Berbagai gejala yang cenderung memburuk menimbulkan keraguan apakah skizofrenia bisa disembuhkan. Gangguan schizophrenia tentu tidak dapat disepelekan. Sebab, gejala-gejala awal yang dimunculkan begitu normal dan wajar. Ditambah lagi muncul disaat masa transisi anak-anak menjadi remaja. Setelah mengerti apa tanda dan gejala skizofrenia, penulis berharap pembaca lebih peduli terhadap tanda-tanda pada dirinya dan orang lain disekitarnya.
Referensi
Hendarsyah, F. (2016). Diagnosis dan tatalaksana skizofrenia paranoid dengan gejala-gejala positif dan negatif. Jurnal Medula, 4(3), 57-62.
Patel, K. R., Cherian, J., Gohil, K., & Atkinson, D. (2014). Schizophrenia: overview and treatment options. Pharmacy and Therapeutics, 39(9), 638.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog