
Bagaimana cara diagnosis penyakit mental yang benar? Apakah membaca buku atau artikel kesehatan mental saja sudah cukup? Jika berbagai informasi sudah tersedia di internet, untuk apa berkonsultasi ke tenaga profesional? Kalau kamu memiliki berbagai pertanyaan serupa, maka artikel ini akan bermanfaat buatmu.
Kondisi Psikologis dan Gangguan Mental
Kamu pasti pernah mendengar kata psikologi dan psikologis. Kamu bahkan mungkin sering menggunakannya. Tapi apa kamu tahu artinya? Dan bagaimana kaitannya dengan kesehatan mental atau gangguan mental?
Definisi Psikologi
Psikologi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia. Kata kejiwaan itu sendiri sering diasosiasikan dengan pikiran, kepribadian, sikap, karakteristik, kecenderungan tingkah laku, dan berbagai aspek mental lainnya.
Kondisi Psikologis
Yang dimaksud dengan kondisi psikologis adalah suatu kondisi yang menjelaskan situasi kejiwaan dan tingkah laku seseorang. Ini berkaitan juga dengan status mental. Status mental itu sendiri didefinisikan para ahli sebagai hasil pengukuran terhadap kondisi kognitif (berhubungan dengan proses berpikir), afektif (berhubungan dengan emosi atau perasaan), dan tingkah laku seseorang. Ini bisa meliputi kesehatan secara umum, penampilan, aspek bicara, aspek sosial, kecenderungan berpikir, dan masih banyak aspek lainnya.
Gangguan Psikologis dan Penyakit Psikologis
Istilah penyakit psikologis sebenarnya memiliki arti yang sama dengan gangguan mental dan gangguan psikologis. Gangguan mental atau gangguan psikologis adalah suatu kondisi yang ditunjukkan dengan terganggunya aspek emosi, tingkah laku, dan berbagai fungsi seseorang. Seringkali gangguan mental mempengaruhi berbagai aspek hidup seseorang sekaligus. Beberapa contoh gangguan mental yang mungkin pernah kamu dengar antara lain adalah anoreksia, bulimia, fobia, obsesif-kompulsif (OCD), kleptomania, skizofrenia, dan lain-lain.
Gangguan Mental, Gangguan Jiwa, dan Sakit Jiwa
Selain gangguan mental yang sudah disebutkan di atas, kamu mungkin pernah mendengar istilah gangguan jiwa dan sakit jiwa. Apa perbedaan gangguan jiwa dan gangguan mental? Jawabannya adalah “tidak ada perbedaan arti antara gangguan jiwa dan gangguan mental”. Keduanya merupakan dua istilah yang menjelaskan kondisi yang sama.
Lalu, apa perbedaan sakit jiwa dan gangguan jiwa? Lagi-lagi, jawabannya adalah “tidak ada perbedaan arti antara sakit jiwa dan gangguan jiwa”. Walau demikian, istilah sakit jiwa atau gangguan jiwa terkadang memicu respon negatif pada orang yang mendengarnya. Apalagi kata “sakit jiwa” sering digunakan untuk menyerang orang lain secara verbal. Karena itu, akan lebih bijaksana jika kamu menghindari penggunaan kata tersebut di luar konteks percakapan profesional.
Diagnosis dan Self-Diagnosis pada Kondisi Mental
Kata diagnosis biasanya digunakan dalam bidang kesehatan, termasuk kesehatan mental. Dengan maraknya berbagai informasi di internet dan media sosial, banyak orang kemudian melakukan apa yang dikenal sebagai self-diagnosis berdasarkan informasi instan tersebut. Sebelum kamu ikut melakukan hal serupa, kenali berbagai aspek terkait diagnosis kesehatan mental.
Pengertian Diagnosis Menurut Para Ahli
Menurut para ahli yang tergabung dalam American Psychological Association (APA), diagnosis adalah proses untuk mengidentifikasi dan menentukan sifat suatu penyakit atau gangguan berdasarkan tanda-tanda dan gejalanya, dengan menggunakan teknik pengukuran (tes dan pemeriksaan) dan bukti-bukti lainnya yang tersedia. Jika kamu sakit dan pergi ke dokter, maka dokter akan mendengarkan detak jantung dan pernapasanmu dengan menggunakan stetoskop. Selain itu, biasanya suhu tubuh dan tekanan darahmu juga akan diukur menggunakan alat khusus. Aktivitas tersebut merupakan proses diagnosis.
Kesimpulan yang dihasilkan terkait pemeriksaan yang dilakukan juga disebut sebagai diagnosis. Misalnya, setelah melakukan pemeriksaan, dokter lalu menyatakan bahwa kamu mengalami influenza. Maka influenza adalah diagnosis yang diberikan dokter untuk menerangkan kondisimu saat itu.

Apa itu Self-Diagnosis?
Self-diagnosis pada dasarnya adalah diagnosis yang dilakukan sendiri oleh orang yang memiliki masalah atau penyakit. Jadi self-diagnosis ini adalah proses yang dilakukan individu dengan mengobservasi diri sendiri untuk mengenali gejala yang ada dalam rangka menyimpulkan penyakit atau gangguan, tanpa melakukan konsultasi pada tenaga profesional terkait.
Apakah Penyakit Mental Bisa Didiagnosis Sendiri?
Masalah yang berhubungan dengan mental atau psikologis tidak bisa didiagnosis oleh orang yang mengalaminya. Ini dikarenakan perspektif orang yang mengalami permasalahan bisanya tidak objektif. Diagnosis psikologis melibatkan berbagai interpretasi data dan informasi yang jika dimaknai keliru, maka akan menghasilkan kesimpulan yang keliru pula.
Self Diagnosis Apakah Berbahaya?
Diagnosis yang dilakukan sendiri atau self-diagnosis sangat berbahaya. Mengandalkan pengetahuan umum tentang gejala, karakteristik, atau ciri-ciri dari suatu gangguan bisa menghasilkan diagnosis yang salah. Diagnosis yang salah akan dilanjutkan dengan penanganan yang salah pula. Pada akhirnya, akar permasalahan dan gangguan yang dialami tidak akan ditangani dengan benar dan menjadi semakin parah.
Bagaimana dengan Orang yang Mempelajari Psikologi?
Self-diagnosis juga tidak dianjurkan untuk orang-orang yang memiliki pendidikan psikologi. Penelitian menunjukkan bahwa self-diagnosis yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan psikologi terbukti memberikan efek negatif. Di antaranya adalah terjadinya kebingungan, ketidakmampuan untuk fokus dalam belajar, perasaan sakit, distres (respon negatif terhadap stres), gangguan tidur, munculnya kebiasaan tidak sehat, dan lain sebagainya.
Pengetahuan psikologis bisa sangat membantu untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi “sehat” atau “tidak sehat” secara umum, namun untuk menegakkan diagnosis, seseorang harus mengandalkan bantuan orang lain yang bisa melakukan diagnosis dengan benar. Diagnosis yang benar terkait gangguan mental melibatkan proses pengumpulan informasi tentang gejala dan tanda-tanda yang ada dengan menggunakan teknik pengukuran, pemeriksaan, dan analisis tertentu. Berbagai proses di dalamnya menuntut penguasaan ilmu yang dalam disertai pelatihan yang memadai.
Diagnosis yang benar terkait gangguan mental melibatkan proses pengumpulan informasi tentang gejala dan tanda-tanda yang ada dengan menggunakan teknik pengukuran, pemeriksaan, dan analisis tertentu.
Siapa yang Bisa Mendiagnosis Penyakit Mental?
Diagnosis terkait penyakit mental atau berbagai permasalahan psikologis lainnya hanya bisa dilakukan oleh para profesional di bidang tersebut, yaitu psikolog dan psikiater. Mereka adalah orang-orang yang sudah mengenyam pendidikan dan pelatihan yang mempersiapkan mereka untuk mengenali berbagai permasalahan terkait kesehatan jiwa. Pemahaman orang awam yang hanya berbekal buku atau artikel di internet tidak bisa dibandingkan dengan pendidikan dan pelatihan bertahun-tahun yang dijalani para profesional ini.
Para Profesional: Psikolog dan Psikiater
Di Indonesia, yang dimaksud dengan psikolog adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi psikologi yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat. Hal ini tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2022 tentang Pendidikan dan Layanan Psikologi. Sedangkan psikiater adalah dokter yang kemudian mengambil spesialisasi jiwa. Jadi, psikiater adalah seorang dokter spesialis jiwa.
Organisasi Profesi
Profesi psikolog dan psikiater memiliki organisasi profesi masing-masing. Setiap psikolog dan psikiater di Indonesia tergabung dalam organisasi profesi tersebut. Psikolog dan psikiater juga harus memiliki sertifikat dari organisasi profesi yang sah untuk dapat mempraktikkan profesinya.
Diatur oleh Undang-Undang
Setiap profesi dan organisasi profesi yang sah diatur oleh Undang-undang dan berbagai peraturan lainnya. Semua peraturan ini dibuat pemerintah untuk memastikan para profesional memberikan pelayanan keprofesian mereka dalam jalur yang tepat. Selain itu, setiap profesional dituntut oleh organisasi profesi untuk selalu memperbarui pengetahuan mereka.
Mengapa Harus Berkonsultasi pada Para Profesional?
Masih mempertanyakan pentingnya berkonsultasi pada psikolog atau psikiater? Tidak cukup bahwa mereka sudah punya pengalaman, pendidikan, dan pengakuan yang sah oleh negara? Kalau begitu, mari kita lihat alasan praktis mengapa kamu perlu berkonsultasi pada para profesional.
Para Profesional Memiliki Alat Pengumpul Informasi
Jika seorang dokter memiliki stetoskop, termometer, dan berbagai peralatan lainnya untuk membantu mendiagnosis pasien, demikian juga dengan profesional di bidang kesehatan mental. Psikolog dan psikiater memiliki alat ukur khusus untuk mengumpulkan data dan informasi yang bisa digunakan dalam rangka menegakkan diagnosis. Alat tersebut sudah diuji coba secara ketat dan melalui berbagai tahap penyesuaian sebelum digunakan dalam praktik kesehatan mental. Alat ukur yang bebas ditemukan di internet atau buku belum tentu menjalani proses uji coba dengan tingkat kecermatan yang sama.
Para Profesional Tahu Cara Membaca Data
Seorang dokter tahu apa artinya jika pasien memiliki suhu tubuh tertentu dengan irama detak jantung yang khas, serta berbagai gejala lainnya. Hal yang sama berlaku pada psikolog dan psikiater. Mereka telah dilatih untuk menganalisis berbagai informasi dan mengaitkannya dengan suatu kondisi atau gangguan tertentu.
Para Profesional Paham Arti Berbagai Gejala
Dalam bidang kesehatan, suatu gejala yang sama bisa diakibatkan oleh permasalahan yang berbeda. Misalnya, seseorang yang mengalami jantung berdebar dan dada terasa sesak kemudian berasumsi ia mengalami serangan jantung. Ternyata oleh dokter ia didiagnosis mengalami masalah asam lambung.
Hal yang sama berlaku dalam bidang kesehatan mental. Tidak hanya gejalanya, tetapi sumber gejala tersebut juga berperan besar dalam menentukan diagnosis yang tepat. Berbagai gangguan mental memiliki gejala yang sangat mirip dan untuk membedakannya diperlukan proses analisis yang tajam.
Para Profesional Tahu Penanganan yang Tepat
Dengan diagnosis yang tepat, maka psikolog dan psikiater bisa memberikan intervensi atau penanganan yang tepat. Intervensi tersebut akan disesuaikan dengan kekhasan masing-masing gangguan dan karakteristik tiap-tiap individu. Ini dikarenakan tidak semua intervensi bisa digunakan pada semua orang yang mengalami gangguan yang sama. Suatu intervensi yang cocok untuk Individu A belum tentu cocok untuk Individu B.
Bayangkan saja seperti kasus jantung berdetak dan dada sesak akibat masalah asam lambung tadi. Dokter akan meresepkan obat setelah bertanya apakah pasien memiliki alergi tertentu. Atau, sebagian obat harus dihindari karena akan membahayakan kondisi lain yang dimiliki pasien. Berbagai informasi ini dikumpulkan dokter selama proses diagnosis.
Konsultasikan pada Profesional untuk Diagnosis Penyakit Mental yang Benar
Diagnosis yang benar terkait berbagai masalah psikologis hanya bisa dilakukan oleh para profesional yang sudah mengenyam pendidikan dan pelatihan yang memadai, serta mendapatkan pengakuan secara sah oleh pemerintah, seperti psikolog dan psikiater. Jika kamu merasa perlu memeriksakan kondisi mentalmu atau orang terdekat, jangan tergoda untuk melakukan self-diagnosis. Selain itu, waspadalah terhadap berbagai tes online yang menjanjikan hasil akurat terkait aspek-aspek psikologismu. Diagnosis yang keliru bisa mendatangkan berbagai risiko dan memperparah kondisi yang ada.
Diagnosis yang benar terkait berbagai masalah psikologis hanya bisa dilakukan oleh para profesional yang sudah mengenyam pendidikan dan pelatihan yang memadai, serta mendapatkan pengakuan secara sah oleh pemerintah, seperti psikolog dan psikiater.
Referensi
APA. (n.d.). Diagnosis. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved November 20, 2022, from https://dictionary.apa.org/diagnosis
APA. (n.d.). Mental status. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved November 20, 2022, from https://dictionary.apa.org/mental-status
APA. (n.d.). Mental disorder. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved November 20, 2022, from https://dictionary.apa.org/mental-disorder
Ahmed, A. & Samuel, S. (2017). Self-diagnosis in psychology students. The international journal of Indian psychology, 4 (2), 120-139.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Pendidikan dan Layanan Psikologi. Lembaran Negara RI Tahun 2022 Nomor 166, Tambahan Lembaran RI Nomor 6812. Sekretariat Negara. Jakarta.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog