Sub Topik

ADHD atau Attention Deficit Hyperactivitye Disorder merupakan gangguan mental yang ditandai dengan kesulitan untuk berkonsentrasi, hambatan dalam pengendalian diri (impulsif), dan hiperaktif atau tidak bisa diam dibandingkan orang normal. Gejalanya dapat terdeteksi sejak usia kanak-kanak atau sebelum berumur 12 tahun (NIMH, 2021). Dengan deteksi dini, orang tua dapat memberikan penanganan yang tepat bagi anak.
Dua Pendekatan Pengobatan ADHD: Psikoterapi dan Farmakologi
Terdapat dua pendekatan dalam menangani ADHD, yaitu pendekatan psikoterapi dan farmakologi. Pendekatan psikoterapi lebih menekankan modifikasi lingkungan fisik dan sosial untuk mengubah perilaku. Pendekatan ini memberi keuntungan bagi anak yang memiliki alergi obat tertentu. Penerapannya juga dapat dilakukan di sekolah, rumah, dan masyarakat.
Pendekatan perilaku dapat mengurangi gejala inti pada anak ADHD, seperti hiperaktif, sulit berkonsentrasi, dan impulsif. Di sisi lain, anak ADHD menunjukan gejala seperti kesulitan bersosialisasi, menjadi pemberontak, prestasi akademik menurun, dan depresi. Berbagai gejala tersebut membutuhkan pengobatan ADHD untuk melengkapi proses perawatan.
Obat ADHD Itu Apa?
Jika orang dengan ADHD mengalami kombinasi gejala, maka disarankan untuk minum obat. Terdapat beberapa obat ADHD seperti dexamphetamine, amfetamin, dan dextroamphetamine yang aman dan efektif. Penggunaan obat harus berdasarkan intervensi, pengawasan, dan diagnosis yang tepat dari tenaga profesional seperti psikiater. Cara kerja obat ADHD tersebut yaitu meningkatkan kadar neurotransmitter dopamine.
Dexamphetamine
Dexamphetamine dapat mengurangi perilaku hiperaktif, sulit mempertahankan perhatian, dan impulsivitas. Obat ini dapat bekerja secara langsung dalam 36,2 menit dengan durasi 6,5 jam setelah dosis pertama di pagi hari. Secara klinis, Dexamphetamine dapat mengurangi pada skor total skala ADHD-RS-IV sebanyak 30%. Efek sampingnya berupa peningkatan tekanan darah dan detak jantung pada anak-anak dan orang dewasa.
Dextroamphetamine
Selanjutnya yaitu dextroamphetamine sebagai stimulan yang dapat mengurangi gejala ADHD. Dextroamphetamine memiliki keuntungan yaitu pemberian obat bersifat transdermal (pengobatan melalui kulit), tidak perlu minum pil, manajemen pengobatan lebih mudah, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. Dextroamphetamine merupakan obat untuk anak hiperaktif dan bisa digunakan juga untuk orang dewasa.
Cara Kerja Amfetamin
Amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamin (DA) dan norepinefrin (NE) di bagian sinaps. Selanjutnya ditemukan bukti bahwa amfetamin lebih manjur daripada plasebo (obat perangsang pikiran positif) dalam mengurangi keparahan gejala ADHD. Walaupun beum terbukti efektif dalam jangka panjang, penggunaan Amfetamin dapat mengurangi gejala ADHD dalam jangka pendek pada orang dewasa.
Ritalin
Sejauh ini, obat ritalin (dengan nama generik methylphenidate) dianggap sebagai obat ADHD terbaik, meskipun terdapat kelemahan tersendiri. Ritalin adalah obat stimulan yang mempengaruhi kimia di otak dan saraf untuk mengendalikan gejala hiperaktif dan kontrol impuls orang dengan ADHD. Cara kerja obat ADHD ini adalah dengan menghambat transporter neurotransmiter, meningkatkan konsentrasi dopamin dan norepinephrine di celah sinaptik.
Sejauh ini, obat ritalin (dengan nama generik methylphenidate) dianggap sebagai obat ADHD terbaik, meskipun terdapat kelemahan tersendiri.
Efek Samping Methylphenidate
Methylphenidate (nama generik dari Ritalin) bekerja dalam durasi singkat sehingga harus diberi 2-3 kali dalam sehari. Efek samping methylphenidate yang jarang terjadi namun memerlukan pengawasan lebih lanjut adalah peningkatan hiperaktif dan obsesif kompulsif, halusinasi, dan trichotillomania (gangguan untuk terus mencabut rambut). Selain itu, efek
Pada tubuh yang dirasakan adalah kemerahan kulit di seluruh tubuh, efek kardiovaskular (berdebar-debar, nadi cepat, nyeri dada, peningkatan tekanan darah), dan kelainan sistem imun.
Ditemukan juga bahwa methylphenidate dapat menurunkan nafsu makan, mengakibatkan gangguan tidur, menjadi terlalu fokus, menurunkan fungsi kognitif, introvert, dan bahkan dapat berperilaku seperti zombie. Tentu efek-efek tersebut tergantung pada manajemen obat dan kepatuhan dalam meminumnya. Amfetamin dapat membuat orang berhenti mengkonsumsi akibat efek samping. Hal penting lainnya yaitu adanya laporan yang menunjukkan bahwa kemanjuran obat ADHD cenderung menurun secara progresif dari waktu ke waktu.
Apakah ADHD bisa sembuh?
ADHD tidak dapat disembuhkan secara total namun deteksi dini bisa mempercepat penanganan dan pemberian edukasi untuk mengendalikan tingkah laku khas ADHD. Penanganan ADHD terbaik adalah kombinasi dari pendekatan farmakologi dan psikoterapi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 25% sampai 35% dari pasien dengan ADHD tidak menunjukkan penurunan yang signifikan untuk gejala hiperaktif dan impulsif setelah terapi stimulan. Karena itu, pemberian obat-obatan perlu diimbangi dengan psikoterapi, baik bagi orang tua, anak, maupun lingkungan sekolah.
ADHD tidak dapat disembuhkan secara total namun deteksi dini bisa mempercepat penanganan dan pemberian edukasi untuk mengendalikan tingkah laku khas ADHD.
Kombinasi Obat dan Terapi Tingkah Laku
Penelitian juga menunjukan bahwa efek dari terapi farmakologis dan terapi multimodal (kombinasi obat dan terapi perilaku) setelah 14 bulan ternyata lebih efektif daripada hanya dengan terapi perilaku biasa atau standar. Terapi multimodal tidak secara signifikan lebih unggul dari terapi farmakologis saja, namun dapat menghasilkan perbaikan gejala ADHD dengan dosis methylphenidate yang lebih rendah.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Selain pengobatan medis, Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu psikoterapi yang bisa digunakan untuk menangani ADHD. CBT melakukan intervensi perilaku dengan tujuan untuk mengurangi perilaku ADHD, meningkatkan perilaku positif, dan menciptakan situasi untuk membentuk perilaku yang diinginkan. Dalam kasus ADHD pada anak prasekolah dan sekolah dasar, CBT berfokus pada orang tua dan pendidik Mereka diberi instruksi dan dilatih agar bertindak sesuai dengan prinsip CBT. Sedangkan orang dewasa dan remaja dengan ADHD dapat dilatih secara langsung untuk menggunakan strategi perilaku yang lebih tepat.
Berbagai Bentuk CBT
Bentuk dari CBT bisa lebih spesifik, seperti pelatihan keterampilan sosial, pelatihan keterampilan perencanaan dan organisasi, teknik manajemen diri, keterampilan mengasuh anak, membangun hubungan anak-orang tua, dan keterampilan hidup sehari-hari lainnya. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa penanganan menggunakan kombinasi obat dengan CBT ternyata lebih lebih manjur daripada hanya obat stimulan saja.
EEG Biofeedback
Selain obat dan psikoterapi, terdapat penanganan lain menggunakan electroencephalographic (EEG) biofeedback atau neurofeedback. EEG merupakan proses pengukuran untuk mendeteksi, memperjelas, dan merekam aktivitas otak. Pada pelaksanaan EEG, sensor ditempatkan pada kulit kepala yang terhubung ke perangkat lunak komputer dan dapat diobservasi melalui layar komputer tersebut.
Intervensi ini bertujuan untuk membantu mempelajari cara menormalkan frekuensi EEG yang abnormal. Dengan menunjukkan frekuensi otak saat berkonsentrasi dan membandingkannya dengan saat tidak berkonsentrasi, individu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pola EEG yang normal.

EEG Biofeedback Vs. Stimulan
Sejauh ini penggunaan EEG biofeedback memiliki hasil yang signifikan dalam memperbaiki gejala ADHD. Beberapa studi menunjukkan perbaikan perilaku dan perhatian yang ternyata stabil. Efek klinis dari EEG biofeedback juga cenderung stabil dan dapat meningkat seiring berjalannya waktu. Ini berbeda dengan stimulan obat yang mungkin dapat kambuh lagi jika lepas dari obat dan tidak menghasilkan efek jangka panjang.
Beberapa kasus ditemukan juga terdapat perbaikan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah, hubungan dengan keluarga, teman dan relasi sosialnya. Kemudian EEG biofeedback mempunyai hasil yang lebih baik jika gejala klinis utama adalah inatensi dan impulsif. Jika gejala klinis yang utama adalah hiperaktif maka orang ADHD dapat melakukan penanganan menggunakan obat stimulan.
Obat ADHD
Ada dua pendekatan utama untuk menangani ADHD, yaitu pendekatan farmakologi (dengan obat-obatan) dan psikoterapi (terapi tingkah laku). Pendekatan lain seperti EEG biofeedback masih belum umum dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara terapi farmakologi dan psikoterapi terbukti lebih efektif dibandingkan obat-obatan saja atau terapi saja. Ini tentunya dengan pemilihan obat dan terapi yang tepat. Penangan ini hanya bisa dilakukan oleh para profesional seperti psikiater dan psikolog.
Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara terapi farmakologi dan psikoterapi terbukti lebih efektif dibandingkan obat-obatan saja atau terapi saja.
Referensi
Arnold LE, Abikoff HB, Cantwell DP, Conners CK, Elliott G, Greenhill LL, Hechtman L, Hinshaw SP, Hoza B, Jensen PS, Kraemer HC, March JS, Newcorn JH, Pelham WE, Richters JE, Schiller E, Severe JB, Swanson JM, Vereen D, Wells KC. (1997). National Institute of Mental Health Collaborative Multimodal Treatment Study of Children with ADHD (the MTA): Design challenges and choices. Arch Gen Psychiatry, 54(9):865-70.
Asmedi, A., Sutarni, S., & Sutadi, M. D. Peranan EEG biofeedback sebagai terapi anak dengan attention deficit/hyperactivity disorder. Berkala NeuroSains, 17(3), 169-177.
Castells, X., Blanco‐Silvente, L., & Cunill, R. (2018). Amphetamines for attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) in adults. Cochrane Database of Systematic Reviews, (8).
Cutler, A. J., Suzuki, K., Starling, B., Balakrishnan, K., Komaroff, M., Castelli, M., … & Childress, A. C. (2022). Efficacy and Safety of Dextroamphetamine Transdermal System for the Treatment of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Children and Adolescents: Results from a Pivotal Phase 2 Study. Journal of Child and Adolescent Psychopharmacology, 32(2), 89-97.
Drechsler, R., Brem, S., Brandeis, D., Grünblatt, E., Berger, G., & Walitza, S. (2020). ADHD: Current concepts and treatments in children and adolescents. Neuropediatrics, 51(05), 315-335.
Geffen, J., & Forster, K. (2018). Treatment of adult ADHD: a clinical perspective. Therapeutic advances in psychopharmacology, 8(1), 25-32.
Gentile, J. P., & Atiq, R. (2006). Psychotherapy for the patient with adult ADHD. Psychiatry (Edgmont), 3(8), 31.
Uebel-von Sandersleben, H., Dangel, O., Fischer, R., Ruhmann, M., & Huss, M. (2021). Effectiveness and safety of dexamphetamine sulfate (Attentin) in the routine treatment of children and adolescents with ADHD: results from a 12-month non-interventional study. Scandinavian journal of child and adolescent psychiatry and psychology, 9(1), 73-86.
Wahidah, E. Y. (2018). Identifikasi dan Psikoterapi terhadap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi Pendidikan Islam Kontemporer. Millah: Jurnal Studi Agama, 297-318.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog