Sub Topik
Gangguan Makan / Eating Disorder

Seperti namanya, gangguan makan merupakan masalah psikologis yang berhubungan dengan aktivitas makan. Penderita pada umumnya memiliki cara pandang yang salah terhadap diri sendiri, lingkungan atau orang lain, dan juga makanan.
Hal ini membuat mereka memiliki kebencian terhadap makanan. Sebagai contoh, seorang wanita begitu meyakini bahwa ia hanya akan diterima orang lain jika memiliki tubuh yang langsing. Cara pandang ini membuat ia begitu takut dengan makanan yang mengandung lemak dan karbohidrat. Pada akhirnya ia menghindari makanan yang mengandung 2 unsur tersebut. Padahal tubuh sebenarnya membutuhkan keduanya.
Penyebab terjadinya gangguan ini belum benar-benar diketahui. Sejumlah faktor risiko yang sejauh ini ditemukan adalah masalah psikologis, pengaruh lingkungan, dan masalah biologis.
- Faktor psikologis berhubungan dengan kepribadian dan proses kognitif afektif seseorang.
- Faktor lingkungan menyangkut pengaruh media terhadap cara berpikir.
- Masalah biologis berkaitan dengan kerja otak yang berbeda, produksi hormon tidak seimbang, dan faktor genetika.
Berbagai faktor ini dapat saling mempengaruhi dan membuat faktor risiko yang ada menjadi lebih kompleks.
Gangguan makan merupakan masalah psikologis yang berhubungan dengan aktivitas makan
Ada beberapa bentuk gangguan makan yang sering ditemui. Namun tulisan ini akan membahas dua jenis yang cukup mendapat perhatian dalam dunia kesehatan, baik medis maupun klinis. Ini dikarenakan dua gangguan ini kerap menjadi penyebab depresi dan bahkan kematian. Oleh karena itu, gangguan ini patut diketahui agar kita dapat dengan segera mengenalinya.
Pengetahuan yang benar juga akan menolong kita membuat keputusan penting: kapan harus menghubungi profesional dan kapan sebaiknya menjalani tindakan lanjut. Banyak orang yang tidak tertangani dengan layak, karena minimnya pengetahuan yang dimiliki. Adapun kedua jenis gangguan tersebut adalah Anoreksia Nervosa dan Bulimia Nervosa, yang akan diulas pada pembahasan berikut.
Anoreksia dan Bulimia: Sama tapi Berbeda?
Kedua gangguan ini ibarat sepasang sepatu: serupa tapi tidak sama. Keduanya memiliki banyak persamaan, namun ada perbedaan mencolok yang membuatnya tidak dapat bertukar tempat. Ciri utama gangguan ini adalah, penderitanya tidak dapat mengontrol diri untuk menjalankan pola makan yang sehat. Ada ketakutan yang tidak rasional mengenai bentuk dan berat tubuh yang tidak dapat dikontrol. Hal ini menimbulkan rasa benci pada makanan, frustasi dengan bentuk tubuh, dan minder dengan orang di sekitar.
Faktor penyebabnya juga tidak jauh berbeda dan dampaknya sama-sama berbahaya. Baik penderita Anoreksia maupun Bulimia cenderung menyiksa diri untuk mengeluarkan makanan yang sudah ditelan. Cara yang paling umum dijumpai adalah dengan menggunakan pencahar, melakukan diet dan olahraga berlebih, serta menggunakan jari tangan. Cara yang terakhir ini dilakukan dengan memasukkan jari tangan ke dalam mulut untuk merangsang tubuh memuntahkan kembali makanan tersebut.
Persamaan lainnya adalah penderita memiliki sifat perfeksionisme, perilaku obsesif-kompulsif, dan disforia (suasana hati yang tidak bahagia, gelisah, frustasi, atau tidak puas). Selain itu, emosi negatif mendominasi akan perasaan, rasa percaya diri buruk, dan kemampuan penderita untuk mengendalikannya rendah. Semua ini berpotensi memicu stress yang dapat memperburuk keadaan. Seperti dalam sebuah lingkaran yang tidak berujung, penderita akan semakin merasa terpuruk dan melampiaskannya pada perilaku makan yang tidak sehat.
Lalu, dimana letak perbedaanya?
Perbedaan Anorexia dan Bulimia
Anoreksia, Si Pembuat Tubuh Tinggal Tulang
Anoreksia Nervosa adalah gangguan mental yang menyiksa tubuh dengan cara tidak makan. Penderita Anoreksia memiliki sindrom melaparkan diri dengan sengaja. Ketakutan berlebih terhadap kenaikan berat badan membuat mereka secara drastis mengurangi asupan makanan. Bahkan mereka rela berhari-hari menghindari makanan tertentu, dan hanya mengkonsumsi air mineral saja. Dan meskipun berat tubuh sudah di bawah normal, mereka tetap merasa gemuk.
Tidak heran jika perilaku ini membuat tubuh menjadi sangat kurus. Tubuh yang begitu kurus inilah yang menjadi ciri utama gangguan Anoreksia. Bentuk tulang rusuk dan tulang kering lainnya akan tampak menonjol di permukaan kulit. Wajah tampak tidak bugar, tatapan sayu, dan pergerakan cenderung lambat.
Selain itu, penderita Anoreksia juga tidak menyadari konsekuensi dari perilaku tidak makan ini. Tubuh memerlukan nutrisi yang lengkap untuk menunjang kehidupan sehari-hari, namun konsep ini tidak dapat dipahami sebagai sebuah keharusan. Meskipun sudah merasakan dampaknya secara langsung, seperti kehilangan kesadaran, tidak berenergi, detak jantung melambat karena terjadi penyusutan, dan rentan terhadap penyakit, tetap saja penderita tidak mampu mengubahnya.
Dampak lain yang tidak disadari adalah penurunan fungsi kognitif. Penderita Anoreksia akan kesulitan berkonsentrasi pada banyak hal. Selain mengganggu proses penyerapan dan pemahaman informasi, hal ini juga berdampak pada kemampuan berkomunikasi. Tidak heran jika mereka cenderung menarik diri dari lingkungan.
Mengeluarkan Makanan dengan Paksa, tanda Bulimia
Berbeda dengan Anoreksia, gangguan Bulimia tidak membuat diri kelaparan. Sebaliknya, seseorang akan melahap makanan dalam porsi banyak hanya dalam sekali duduk. Aktivitas makan berlebih ini tidak terkendali. Penderita juga melakukannya di luar jam makan dan terjadi secara berulang-ulang. Meskipun sudah kekenyangan dan perut tidak nyaman, pikiran mereka terus mendorong untuk memasukkan makanan ke dalam mulut, lagi dan lagi. Hal ini pun sampai mengganggu rutinitas sehari-hari.
Apa yang terjadi berikutnya menjadi tanda bahwa seseorang mengalami gangguan Bulimia, yakni merasa bersalah atas perbuatannya. Dibarengi dengan rasa cemas, penderita lalu akan melakukan berbagai cara untuk mengeluarkan kembali apa yang sudah dimakan secara paksa. Cukup memprihatinkan karena mengeluarkan dengan paksa terasa sangat menyakitkan. Anda dapat membayangkan jika jari tangan dipaksa masuk ke dalam kerongkongan untuk merangsang tubuh memuntahkan makanan. Tentu saja tidak semua makanan dapat dikeluarkan begitu saja. Itu sebabnya penderita Bulimia akan melakukan diet dan olahraga berlebih, menggunakan pencahar (laksatif dan diuretik), ataupun berpuasa secara tidak wajar.

Dengan demikian, penderita Bulimia tidak selalu memiliki tubuh yang berbalut kulit seperti halnya pada Anoreksia. Mereka memiliki berat badan ideal, dan bahkan ada yang berlebih. Itu sebabnya penderita Bulimia juga dapat menyembunyikan masalah ini dari orang lain.
Adapun gejala lain yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
- Obsesi terhadap tubuh langsing
- Ketakutan terhadap penambahan berat badan
- Terus menerus memikirkan bentuk dan berat badan
- Berulang kali melahap makanan dalam jumlah yang banyak pada satu waktu
- Mengisolasi diri
- Makan sendirian
- Tubuh menunjukkan tanda-tanda yang tidak sehat, seperti gigi dan gusi rusak, bau mulut, pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki, memiliki bekas luka atau kapalan pada buku-buku jari, tegang pada pembuluh darah di mata, serta kulit dan rambut yang tampak kusam
Selain itu, durasi dan kemunculan perilaku makan berlebih dan memuntahkan juga perlu diketahui. Menurut DSM-5, sebuah buku panduan untuk mendiagnosis gangguan mental, seseorang harus mengalaminya setidaknya sekali dalam seminggu selama tiga bulan.
Dampak Bulimia dan Anorexia
Kematian adalah akibat terburuk yang dapat terjadi. Penyebabnya adalah depresi yang tidak dapat dikendalikan sehingga penderita akhirnya bunuh diri. Dengan kata lain, kondisi psikis seseoranglah yang membuat gangguan ini berakibat fatal.
Dampaknya terhadap tubuh tentu ada. Selain yang ditemukan pada gejala ‘tubuh tidak sehat’ di atas, sistem yang lain juga akan terganggu. Contohnya adalah terjadi gangguan pada sistem pencernaan (terutama karena penggunaan pencahar dan diuretik), sistem kardiovaskular (yang dapat mengakibatkan gagal jantung), sistem endokrin (yakni terjadi produksi hormon yang tidak seimbang), dan sistem imun (stress dapat mengurangi kekebalan tubuh seseorang). Tentu penjelasan satu persatu diperlukan. Namun, meskipun tidak diuraikan secara rinci dan padat, mengetahui informasi ini sudah memberi pemahaman yang berguna.
Bagaimana Mengatasi Anoreksia dan Bulimia?
Karena merupakan masalah mental yang berbahaya, maka gangguan makan ini perlu ditangani dengan serius. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya, namun berbagai macam terapi dapat dimanfaatkan. Yang paling umum diberikan adalah Terapi Perilaku Kognitif. Jika diperlukan, antidepresan dapat diberikan sesuai dengan petunjuk dokter. Secara umum, cara mengatasi anoreksia dan bulimia disesuaikan dengan tiap-tiap kondisi.
Selain itu, dukungan dari keluarga dan para sahabat juga sangat penting. Penerimaan dan rasa dicintai oleh orang terdekat akan membantu meningkatkan rasa percaya diri penderita yang rendah. Cara pandang yang salah mengenai bentuk tubuh sebaiknya berulang kali disampaikan. Dengan tidak menghakimi, perlahan-lahan mereka dituntun untuk mencintai diri sendiri.
Penerimaan dan rasa dicintai oleh orang terdekat akan membantu meningkatkan rasa percaya diri penderita yang rendah
Sekali lagi, Anoreksia dan Bulimia adalah sama-sama gangguan makan. Yang satu menghindari makan secara tidak wajar dan membiarkan diri kelaparan, sementara yang lain (Bulimia), memaksa makanan keluar setelah makan berlebih.
Referensi
Garner, D. M. (1993). Pathogenesis of anorexia nervosa. The Lancet. Vol. 41/26: 1631, 1634.
Harrington, B. C., Jimerson, M., Haxton, C., & Jimerson, D. C. (2015). Initial evaluation, diagnosis, and treatment of anorexia nervosa and bulimia nervosa. American Family Physician, 91(1), 46-52.
Kaye, W. (2008). Neurobiology of anorexia and bulimia nervosa. Physiology & behavior, 94(1), 121-135.
Kaye, W. H.; Klump, K. L.; Frank, G. K. W.; Strober, M. (2000). Anorexia and Bulimia Nervosa. Annual Review of Medicine, 51(1), 299–313. doi:10.1146/annurev.med.51.1.299
Keel, P. K. (2016). Eating disorders. Oxford University Press.
Nitsch, A., Dlugosz, H., Gibson, D., & Mehler, P. S. (2021). Medical complications of bulimia nervosa. Cleveland Clinic journal of medicine, 88(6), 333-343.
Schaumberg, K., Welch, E., Breithaupt, L., Hübel, C., Baker, J. H., Munn‐Chernoff, M. A., … & Bulik, C. M. (2017). The science behind the academy for eating disorders’ nine truths about eating disorders. European Eating Disorders Review, 25(6), 432-450.
Schmidt, U., Adan, R., Böhm, I., Campbell, I. C., Dingemans, A., Ehrlich, S., … & Zipfel, S. (2016). Eating disorders: the big issue. The Lancet Psychiatry, 3(4), 313-315.
Weiss, L., Katzman, M., & Wolchik, S. (2019). Bulimia nervosa: Definition, diagnostic criteria, and associated psychological problems. Understanding eating disorders, 161-180.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog