
“Dengar-dengar, anak ketua Darma Wanita kita ternyata ADHD, ya?”
Aku sedang ngopi di sebuah cafe ketika sekelompok ibu-ibu cantik yang duduk tidak jauh dariku mulai berbincang tentang topik yang aku minati.
“A-de-ha-de? What is that? What is ADHD?” tanya ibu kedua yang sedari tadi cas-cis-cus dengan logat Jawa yang kental.
“Hiperaktif, Jeng,” jawab ibu ketiga.
Ibu yang pertama mengangguk mengiyakan. “Makanya anaknya masuk SLB Autis,” tambahnya.
“Autis?” Ibu kedua kembali nyeletuk. “So, anaknya A-de-ha-de or autis? Is ADHD autism?”
“Sama aja, Jeng. Cuma beda istilah,” kembali ibu ketiga menyahut.
Kesalahpahaman tentang ADHD, Hiperaktif, dan Autisme
Bagi orang yang paham, percakapan di atas bisa menimbulkan kegelian sekaligus perasaan terenyuh. Para ibu tersebut menggunakan istilah ADHD, autisme, dan hiperaktif tanpa benar-benar memahami artinya.
ADHD, Hiperaktif, dan Autisme: Serupa Tapi Tak Sama
ADHD, autisme, dan hiperaktif memang memiliki banyak persamaan konteks, namun mereka bukan 3 istilah yang digunakan untuk menjelaskan hal yang sama. Mereka adalah 3 istilah yang memiliki arti masing-masing.
ADHD dan Autisme Memiliki Diagnosis Tersendiri
ADHD dan autisme adalah suatu gangguan dengan diagnosis tersendiri. Masing-masing memiliki gejala dan kriteria tertentu untuk dapat disebut sebagai ADHD atau autisme.
ADHD dan autisme adalah suatu gangguan dengan diagnosis tersendiri
Hiperaktif Tidak Berdiri Sendiri
Hiperaktif adalah suatu kondisi yang tidak berdiri sendiri. Kondisi hiperaktif biasanya disertai kondisi lain dan menjadi bagian dari diagnosis suatu gangguan tertentu.
Hiperaktif Tidak Sama Dengan ADHD
Walaupun sering digunakan secara bergantian, hiperaktif bukan nama lain dari ADHD. Hiperaktif adalah salah satu gejala yang sering muncul pada gangguan ADHD. Walau demikian, tidak semua orang yang mengalami ADHD memiliki gejala hiperaktif. Karena itu, hiperaktif tidak bisa dipakai untuk merujuk pada gangguan ADHD secara umum.
Perbedaan Autis dan Hiperaktif
Seperti dijelaskan sebelumnya, autisme adalah suatu gangguan, sementara hiperaktif adalah kondisi yang menjadi bagian dari diagnosis tertentu. Perlu diketahui bahwa seseorang bisa mengalami autisme dan memiliki gejala hiperaktif secara bersamaan.
Apa itu ADHD?
ADHD adalah singkatan dari attention-deficit/hyperactivity disorder. Ini adalah gangguan perkembangan saraf yang ciri-cirinya mulai terlihat pada masa kanak-kanak. ADHD dapat dipahami dengan lebih mudah melalui kata-kata yang dipakai sebagai namanya.
Attention Deficit
Dalam Bahasa Indonesia, attention artinya adalah perhatian. Sedangkan deficit diartikan sebagai kekurangan. Ini adalah salah satu gejala utama ADHD. Hampir semua individu yang mengalami ADHD mengalami kekurangan atau kesulitan dalam memberikan perhatian.
Hyperactivity
Sebagian besar individu yang mengalami ADHD memiliki gejala hiperaktif. Hiperaktif adalah suatu kondisi yang ditunjukkan dengan aktivitas gerak motorik berlebihan atau kesulitan untuk bersikap tenang. Gejala hiperaktif biasanya disertai dengan tingkah laku impulsif.
Impulsivity sebagai gejala lainnya
Tingkah laku impulsif adalah tingkah laku yang dilakukan tanpa pikir panjang atau mempertimbangkan konsekuensi. Termasuk saat melakukan sesuatu yang berisiko atau berbahaya.
Disorder
Tingkah laku kurangnya perhatian, bergerak berlebihan, dan melakukan sesuatu tanpa pikir panjang dilakukan oleh hampir semua orang. Tingkah laku ini menjadi disorder atau gangguan saat mereka mendominasi hidup seseorang dan menimbulkan kesulitan dalam berbagai aspek. Misalnya kesulitan belajar, bersosialisasi, atau bekerja.
Apa Itu Autisme?
Autisme adalah istilah yang lebih sering dipakai untuk menyebutkan autism spectrum disorders (ASD). Seperti ADHD, autisme juga merupakan gangguan perkembangan saraf yang ciri-cirinya dapat dilihat sejak masih kanak-kanak dan akan terus ada dalam diri seseorang.
Kesulitan untuk menjalin hubungan
Ciri khas individu dengan gangguan autisme adalah mereka mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka sulit untuk berinteraksi atau berkomunikasi, dan kadang menunjukkan tingkah laku khas yang unik. Sebagian dari mereka juga menunjukkan keunikan dalam berbicara. Misalnya dengan mengulangi kata-kata orang lain (echolalia).
Pengulangan
Individu dengan gangguan autisme juga melakukan tingkah laku motorik yang sama berkali-kali. Misalnya, mereka bisa mengepakkan tangan berkali-kali.
Spectrum
Kata spectrum pada ASD dipinjam dari istilah fisika. Spektrum adalah rentetan warna kontinu yang diperoleh apabila cahaya diuraikan ke dalam komponennya. Kata ini digunakan untuk menggambarkan rentang tingkah laku yang luas pada gangguan autisme. Artinya, ada beragam ciri-ciri yang berbeda pada orang-orang yang mengalami gangguan autisme.
Apa Persamaan ADHD dan Autisme?
ADHD dan ASD memang memiliki persamaan. Saat seseorang hanya mengetahui sebagian tentang gangguan ini dan mendengar tentang persamaan tersebut, maka kesalahpahaman memang bisa terjadi.
Gangguan Perkembangan Saraf
Para ahli yang tergabung dalam American Psychiatric Association mengelompokkan ADHD dan ASD sebagai bagian dari gangguan perkembangan saraf. Ini adalah kondisi yang kemunculannya terlihat selama periode perkembangan, seperti masa bayi atau kanak-kanak.
Penyebab Belum Diketahui
Penyebab sebenarnya dari kedua gangguan ini masih belum diketahui. Ada banyak faktor risiko yang saling mempengaruhi, baik genetika maupun lingkungan yang dapat menyebabkan seorang anak mengalami ADHD atau ASD.
Bisa Diturunkan
Baik ADHD maupun ASD memiliki peluang untuk diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya. Karena genetika turut berperan dalam faktor penyebab, maka gen tersebut bisa muncul pada anak dari individu ADHD atau ASD.
Sifatnya Permanen
Jika diagnosis ditegakkan dengan benar, maka individu yang mengalami gangguan ADHD atau ASD tidak akan pernah sembuh. Walau demikian, ada berbagai penanganan dan pendidikan yang dapat membantu mereka untuk melaksanakan fungsi sehari-hari semandiri mungkin.
Kesulitan dalam menjalin hubungan sosial
Dengan berbagai gejala yang mereka miliki, baik individu ADHD maupun ASD sama-sama mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Orang-orang di sekitar mereka menganggap mereka tidak memiliki kemampuan komunikasi dan interaksi sosial yang baik.
Kesulitan Dalam Mengikuti Pelajaran
Di sekolah, anak-anak yang mengalami ADHD atau ASD sama-sama mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran. Mereka juga kadang menunjukkan rendahnya kemampuan untuk beradaptasi dengan budaya atau aturan yang ada dalam kelas.
Anak Berkebutuhan Khusus
Tergantung tingkat keparahannya, ADHD dan ASD bisa sama-sama membutuhkan pendidikan khusus. Mereka juga sering dikaitkan dengan penanganan yang berhubungan dengan terapi tingkah laku maupun obat-obatan.
Apa Perbedaan Autisme dan ADHD?
Berdasarkan ciri singkat di atas, dapat dilihat bahwa autisme dan ADHD adalah 2 gangguan yang berbeda. Selain memiliki gejala yang berbeda, keduanya juga menunjukkan perkembangan masalah yang berbeda dalam jangka panjang.
Selain memiliki gejala yang berbeda, keduanya juga menunjukkan perkembangan masalah yang berbeda dalam jangka panjang
ADHD vs Autism
Secara umum, anak yang mengalami autisme jarang memiliki hubungan dengan orang lain, mengalami kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi, dan dapat menunjukkan tingkah laku motorik dan verbal yang unik. Sedangkan ADHD mengalami kesulitan mempertahankan perhatian, termasuk dalam situasi belajar, sering kehilangan barang milik, dan sulit mempertahankan konsentrasi.
Kebosanan vs Rutinitas
Anak yang mengalami ADHD tidak bisa mempertahankan perhatian dan konsentrasi pada satu hal dalam waktu yang lama. Mereka dengan cepat merasa bosan atau gelisah. Sebaliknya pada anak autis. Mereka merasa aman dengan situasi dan rutinitas yang sama. Mereka justru merasa gelisah dan stress saat dihadapkan dengan perubahan.
Kontak Mata vs Distraktibilitas
Salah satu ciri yang dimiliki anak autis adalah kesulitan untuk melakukan kontak mata. Anak ADHD bisa melakukan kontak mata walaupun mereka dengan cepat teralihkan perhatiannya kepada hal lain.
Minat Luas vs Minat Terbatas
Anak yang mengalami ADHD menunjukkan minat yang luas pada lingkungan sekitarnya. Sementara itu, anak autis menunjukkan minat yang sangat terbatas. Mereka selektif dan fokus pada sesuatu secara intens, lebih dari intensitas yang normal.
ADHD dan Autisme: Tingkah Laku Sama Namun Penyebab Berbeda
Individu yang mengalami ADHD dan autisme bisa sama-sama menunjukkan rendahnya perhatian, disfungsi sosial, dan kesulitan untuk mengendalikan tingkah laku. Mereka juga bisa sama-sama mengalami kesulitan untuk berkomunikasi, menjalin hubungan sosial, atau mengikuti pelajaran di sekolah. Walau demikian, penyebab dari berbagai tingkah laku dan kesulitan yang mereka alami biasanya berbeda.
Kesulitan Untuk Fokus
Kesulitan untuk fokus pada anak dengan gangguan ADHD adalah karena ia tidak dapat mempertahankan perhatian dalam waktu yang lama. Sedangkan pada anak autis, ia sulit untuk fokus pada suatu hal yang tidak ia sukai. Jika ia diberi sesuatu yang ia sukai, maka ia dapat mempertahankan fokus atau perhatian secara intens dalam waktu yang lama.

Tantrum Pada Situasi Transisi
Baik anak dengan ADHD maupun autis bisa menunjukkan tingkah laku tantrum saat menghadapi perubahan. Walau demikian, penyebab tantrum pada ADHD berbeda dengan tantrum pada autisme. Pada anak ADHD, tantrum bisa terjadi karena tingkah laku impulsif. Sedangkan pada anak autis, ini adalah ekspresi stress saat harus melakukan sesuatu yang berbeda dari rutinitas mereka.
Bicara Berlebihan
Anak yang mengalami ADHD bicara secara berlebihan sebagai wujud tingkah laku hiperaktif dan impulsif. Sedangkan pada anak autis, mereka bicara secara berlebihan tentang satu topik yang mereka sukai.
Bergerak Berlebihan
Pada anak autis yang menunjukkan gerak motorik unik yang khas, biasanya gerakan tersebut adalah gerakan yang sama dan dilakukan berulang-ulang. Selain itu, mereka bergerak untuk menenangkan emosi atau perasaan mereka yang bergairah karena sesuatu hal.
Sementara itu, anak yang mengalami ADHD bergerak berlebihan karena gelisah dan tidak bisa diam. Gerakan yang mereka lakukan biasanya berbeda dari waktu ke waktu.
Kesulitan Bersosialisasi
Seperti disebutkan sebelumnya, ADHD dan ASD sama-sama memiliki kesulitan dalam bersosialisasi. Pada individu dengan ADHD, ini dikarenakan tingkah laku hiperaktif dan impulsif yang membuat mereka terlihat tidak bisa mengikuti aturan permainan atau norma sosial.
Sedangkan pada ASD, kesulitan menjalin hubungan sosial bisa diakibatkan minimnya ketertarikan pada orang lain, tidak ada kontak mata, ekspresi yang tidak sesuai konteks pembicaraan, atau kesulitan komunikasi lainnya.
Apakah Seseorang Bisa ADHD dan ASD Sekaligus?
Sebelum tahun 2013, para ahli sepakat bahwa seseorang hanya bisa mendapatkan 1 diagnosis saja, ADHD atau ASD. Seiring perkembangan penelitian, semakin banyak ditemukan individu yang mengalami gejala ADHD dan ASD secara bersamaan. Saat ini, seseorang bisa didiagnosis mengalami ADHD dan ASD sekaligus jika memenuhi kriteria kedua gangguan tersebut.
Saat ini, seseorang bisa didiagnosis mengalami ADHD dan ASD sekaligus jika memenuhi kriteria kedua gangguan tersebut.
Arti Penting Diagnosis
Diagnosis yang benar sangat penting untuk membuat rencana penanganan. Dua individu bisa menunjukkan masalah atau kesulitan yang sama. Misalnya kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Walau demikian, jika penyebabnya berbeda, maka penangannya juga harus berbeda. Sebagai contoh, beberapa gejala dan penyebab ADHD bisa dikendalikan dengan obat-obatan yang pastinya berbeda dari penanganan terhadap gejala atau ciri-ciri autisme.
Kesimpulan: Perbedaan ADHD dan Autisme
Anak dengan gangguan ADHD maupun autisme bisa menunjukkan tingkah laku yang sama. Mereka juga bisa mengalami berbagai kesulitan yang sama, seperti kesulitan komunikasi, sosialisasi, atau belajar. Walau demikian, penyebab tingkah laku atau kesulitan-kesulitan tersebut berbeda-beda. Penanganan terhadap berbagai kesulitan yang mereka hadapi juga harus berbeda. Karena itu, diagnosis yang tepat harus ditegakkan terlebih dahulu sebelum penanganan dapat dimulai.
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorder (5th ed.). Arlington, VA: Author.
Barkley, R. A. (Ed.). (2015). Attention deficit hyperactivity disorder: A handbook for diagnosis and treatment (4th ed.). The Guilford Press.
Brentani, H., de Paula, C. S., Bordini, D., Rolim, D., Sato, F., Portolese, J., Pacifico M. C., & McCracken, T. T. (2013). Autism spectrum disorders: An overview on diagnosis and treatment. Revista Brasileira de Psiquiatria, 35, S62-S72.
Lord, C., Elsabbagh, M., Baird, G., & Veenstra-Vanderweele, J. (2018). Autism spectrum disorder. The Lancet, 1-27.
Núñez-Jaramillo, L., Herrera-Solís, A., & Herrera-Morales, W. V. (2021). ADHD: Reviewing the Causes and Evaluating Solutions. Journal of Personalized Medicine, 11 (3), 1-25.
Rommelse, N., Visser, J., & Hartman, C. (2018). Differentiating between ADHD and ASD in childhood: Some directions for practitioners. European child & adolescent psychiatry, 27, 679-681.
Wender, P. A. & Tomb, D. A. (2017). ADHD: A guide to understanding symptoms, causes, diagnosis, treatment, and changes over time in children, adolescents, and adults (5th ed.). Oxford University Press.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog