Sub Topik

Kebanyakan orang menganggap bahwa individu yang mengalami gangguan makan (anoreksia / anorexia) punya berat badan yang kurang proporsional. Kenyataannya, tidak sedikit individu dengan gangguan makan tampak punya badan yang sehat, dan hanya beberapa yang terlihat kurang proporsional (Schaumberg et al., 2017). Selain itu, tidak jarang orang dengan gangguan ini mampu menyembunyikan pola makan tidak sehat dari keluarga mereka selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Oleh karena itu, gangguan makan terkadang sulit diketahui secara kasatmata, kecuali melalui bantuan profesional.
Lalu, apa saja jenis-jenis gangguan makan, penyebab, dan dampaknya? Melalui artikel ini, penulis berusaha menjelaskan jenis-jenis gangguan makan, terutama anoreksia nervosa, penyebab, dan dampaknya. Tentunya didukung dengan hasil riset yang telah dilakukan oleh para ahli agar kita semua memiliki pemahaman yang benar mengenai gangguan makan dan anoreksia.
Tidak jarang orang dengan gangguan ini mampu menyembunyikan pola makan tidak sehat dari keluarga mereka selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
Apa Itu Gangguan Makan?
Gangguan makan secara luas dapat didefinisikan sebagai serangkaian keadaan psikologis yang memicu munculnya pola makan tidak sehat. Pola ini dapat berbentuk obsesi terhadap jumlah kalori yang dikonsumsi, berat badan, ataupun bentuk badan. Pola makan tidak teratur dapat dipicu oleh adanya perasaan tertekan atau khawatir akan bentuk dan berat badan. Jika terus-menerus terjadi, perasaan ini dapat merusak komposisi dan fungsi tubuh yang normal.
Gangguan makan dapat menyebabkan kondisi yang sangat serius dan berdampak negatif pada kesehatan, emosi, dan kehidupan sehari-hari (Petre, 2022). Gangguan makan sering dialami oleh remaja dan orang dewasa muda, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat dialami oleh usia lain. Orang dengan gangguan makan awalnya mungkin mengonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih sedikit dari biasanya. Namun, pada titik tertentu mereka hilang kendali dan mengonsumsi lebih banyak dari biasanya sehingga terbentuklah pola makan tidak sehat.
Apa Penyebab Gangguan Makan?
Para ahli percaya bahwa ada berbagai faktor yang melatarbelakangi penyebab gangguan makan, di antaranya (Schaumberg et al., 2017):
- Gen: Hasil riset menyebutkan bahwa genetik memiliki peran penting dalam menyebabkan gangguan makan.
- Riwayat keluarga: Orang yang memiliki orangtua atau saudara kandung dengan gangguan makan dapat meningkatkan risiko gangguan makan terjadi pada diri mereka dan anggota keluarga lainnya.
- Lingkungan: Hasil riset menyatakan bahwa lingkungan memainkan peran penting dalam gangguan makan. Adanya faktor budaya yang menuntut seseorang untuk kurus telah diidentifikasi juga sebagai faktor risiko penyebab gangguan makan.
- Tipe kepribadian: Tipe kepribadian juga ditemukan mempengaruhi munculnya gangguan makan. Secara khusus, terdapat tiga tipe kepribadian yang sering dikaitkan dengan gangguan makan yaitu neurotisisme, impulsif, dan perfeksionisme (Culbert et al., 2015).
Jenis-Jenis Gangguan Makan
Terdapat banyak jenis gangguan makan yang mempunyai karakteristik dan kriteria diagnosis tersendiri. Gangguan makan yang diakui secara resmi oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) adalah (American Psychiatric Association, 2013):
- Binge Eating Disorder (BED)
Binge eating disorder merupakan salah satu gangguan makan yang paling umum. Salah satu gejala dari gangguan ini adalah mengonsumsi makanan dalam porsi yang sangat besar dan hilang kendali saat makan. Gangguan ini lebih banyak ditemukan pada orang-orang dengan ukuran tubuh lebih besar.
- Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID)
Gangguan ini sebelumnya disebut selective eating disorder. Orang dengan gangguan ini sulit makan karena kurang suka dengan makanan atau tidak suka bau, warna, rasa, tekstur, atau suhu makanan tertentu.

- Bulimia Nervosa (BN)
Bulimia nervosa merupakan gangguan makan yang cukup dikenal di antara gangguan makan lainnya. Orang dengan bulimia sering makan dalam jumlah besar dengan porsi yang tidak biasa dalam jangka waktu tertentu. Kemudian mereka akan mengeluarkan kembali makanan tersebut (purging behavior) melalui muntah secara paksa, berpuasa, mengonsumsi obat pencahar, dan berolahraga secara berlebihan. Perbedaan orang dengan bulimia dan orang dengan anoreksia adalah berat badan mereka cenderung stabil dan tidak di bawah rata-rata indeks massa tubuh.
- Pica
Gangguan pica dapat terjadi pada orang dewasa, anak-anak, dan remaja. Orang dengan gangguan pica cenderung mengonsumsi makanan yang tidak bergizi dan tidak layak dimakan. Misalnya es, kotoran, tanah, kapur, sabun, kertas, rambut, kain, kerikil, detergen, dan lain-lain.
- Rumination Disorder
Orang dengan rumination disorder cenderung memuntahkan makanan yang sebelumnya telah dikunyah dan ditelan, lalu kembali ditelan dan dikunyah hingga dimuntahkan kembali. Perilaku ini terus terjadi berulang-ulang. Orang dengan gangguan ini biasanya berusaha menyembunyikan perilaku tersebut dengan meletakkan tangan di atas mulut atau batuk.
- Other Specified Feeding and Eating Disorder (OSFED)
Gangguan ini merupakan kategori umum yang terdiri dari berbagai masalah makan yang menyebabkan gangguan dan penderitaan tetapi tidak memenuhi kriteria khusus gangguan makan lainnya.
- Anorexia Nervosa
Anoreksia Nervosa ditandai dengan asupan makanan yang sangat rendah hingga menyebabkan indeks massa tubuh seseorang lebih rendah daripada umumnya. Orang dengan anoreksia umumnya menganggap diri mereka gemuk meskipun faktanya mereka terlihat sangat kurus.
Apa Itu Anoreksia?
Anoreksia adalah gangguan makan yang terjadi saat seseorang makan dalam porsi nutrisi yang sangat kurang. Akibatnya, berat badan mereka pun cenderung di bawah indeks massa tubuh (BMI). Orang dengan anoreksia seringkali memeriksa berat badan dan melakukan berbagai macam aktivitas untuk mengontrol berat badan mereka. Adanya persepsi yang salah membuat mereka membatasi asupan makanan secara ketat dan seringkali berubah menjadi ekstrem (Zipfel et al., 2015).
Sedangkan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) anoreksia adalah suatu kondisi di mana seseorang membatasi makan mereka hingga mengakibatkan berat badan di bawah rata-rata. Orang dengan anoreksia juga memiliki ketakutan ekstrem bahwa berat badan mereka bertambah dan menjadi gemuk(American Psychiatric Association, 2013).
Penyebab Anoreksia
Para ahli menyatakan bahwa penyebab anoreksia nervosa secara pasti belum diketahui. Namun, orang yang mengalami anoreksia mungkin memiliki citra tubuh yang negatif. Mereka mungkin fokus untuk menjadi “sempurna” (Wint, 2017).
Dilansir dari Psychology Today, Anoreksia dan gangguan makan lainnya umumnya ditemukan pada budaya-budaya yang menganggap bahwa kurus merupakan standar ideal seseorang. Selain itu, anoreksia juga dapat disebabkan oleh adanya peristiwa stressful seperti kuliah, perpisahan, perceraian, mencari pekerjaan baru, dan sebagainya.
- Biologis
Hasil riset menyatakan bahwa faktor genetik dan hormon berpengaruh terhadap anoreksia. Seperti misalnya perubahan serotonin yang berperan dalam mengatur nafsu makan pada orang dengan anoreksia.
- Lingkungan
Adanya tekanan dari masyarakat dan orang sekitar untuk terlihat kurus dapat mempengaruhi munculnya anoreksia. Postingan bentuk tubuh yang tidak realistis di media sosial turut mempengaruhi keinginan remaja untuk menjadi kurus.
- Psikologi
Orang dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD) mungkin lebih cenderung konsisten melakukan diet dan olahraga ekstrem yang dilakukan oleh orang dengan anoreksia nervosa. Selain itu, faktor kepribadian seperti perfeksionisme, impulsif, dan neurotis cenderung mempengaruhi munculnya anoreksia nervosa.
Anoreksia dan gangguan makan lainnya umumnya ditemukan pada budaya-budaya yang menganggap bahwa kurus merupakan standar ideal seseorang.
Diagnosis Anoreksia
Berikut ini adalah gejala-gejala yang mungkin dialami orang dengan gangguan anoreksia (American Psychiatric Association, 2013):
- Cenderung ingin mempertahankan berat badan di bawah indeks massa tubuh
- Merasa sangat takut gemuk meskipun faktanya berat badan mereka berada di bawah indeks massa tubuh
- Menyangkal berat badan mereka yang rendah
- Adanya kepercayaan yang tidak realistis pada tubuh
Jika Anda mungkin mengalami gejala di atas, Anda bisa pergi menemui dokter atau profesional lainnya untuk mendapatkan diagnosis anoreksia yang lebih akurat. Diagnosis yang akurat berguna untuk mengetahui perawatan yang tepat untuk mengatasi anoreksia.
Apa Akibat Dari Anoreksia?
Apa akibat dari anoreksia? Anoreksia Nervosa dapat mengakibatkan munculnya berbagai masalah kesehatan yang serius. Masalah-masalah kesehatan yang mungkin dialami orang dengan anoreksia adalah:
- Penyakit Kardiovaskular
Hasil riset menunjukkan bahwa persentase komplikasi jantung pada orang dengan Anoreksia sebesar 80. Gangguan kardiovaskular yang paling sering dan umum dialami orang dengan anoreksi adalah aritma (detak jantung tidak teratur) dan bradikardi sinus (detak jantung melambat di bawah normal). Para ahli memperkirakan sebagian besar kematian jantung mendadak pada orang dengan anoreksia berasal dari aritmia (Meczekalski et al., 2013).
- Kesuburan dan Kehamilan
Hasil riset menunjukkan bahwa orang dengan anoreksia memiliki risiko terjadinya amenorrhoea atau penghentian siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena adanya perubahan pada neuroendokrin (Meczekalski et al., 2013).
Sedangkan dari sisi kehamilan, para ahli menemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kehamilan orang dengan anoreksia dan orang pada umumnya. Namun, wanita dengan riwayat anoreksia ditemukan cenderung mempunyai lebih sedikit anak di kemudian hari (Meczekalski et al., 2013).
- Osteoporosis
Anoreksia nervosa sangat berpengaruh pada metabolisme tulang. Remaja perempuan yang didiagnosis anoreksia lebih berisiko memiliki massa tulang yang lebih rendah daripada remaja perempuan umumnya. Massa tulang yang rendah memiliki risiko lebih besar terkena osteoporosis dan patah tulang di kemudian hari (Meczekalski et al., 2013).
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorder 5thEdition (DSM-V). American Psychiatric Publishing.
Culbert, K. M., Racine, S. E., & Klump, K. L. (2015). Research Review: What we have learned about the causes of eating disorders – A synthesis of sociocultural, psychological, and biological research. Journal of Child Psychology and Psychiatry and Allied Disciplines, 56(11), 1141–1164. https://doi.org/10.1111/JCPP.12441
Meczekalski, B., Podfigurna-Stopa, A., & Katulski, K. (2013). Long-term consequences of anorexia nervosa. Maturitas, 75(3), 215–220. https://doi.org/10.1016/J.MATURITAS.2013.04.014
Petre, A. (2022, May 18). Eating Disorders: Types, Causes, Treatment, and Recovery. Retrieved August 8 2022, from https://www.healthline.com/nutrition/common-eating-disorders
Psychology Today. (2022, April 4). Anorexia Nervosa | Psychology Today. Retrieved August 8 2022, from https://www.psychologytoday.com/us/conditions/anorexia-nervosa
Schaumberg, K., Welch, E., Breithaupt, L., Hübel, C., Baker, J. H., Munn-Chernoff, M. A., Yilmaz, Z., Ehrlich, S., Mustelin, L., Ghaderi, A., Hardaway, A. J., Bulik-Sullivan, E. C., Hedman, A. M., Jangmo, A., Nilsson, I. A. K., Wiklund, C., Yao, S., Seidel, M., & Bulik, C. M. (2017). The Science Behind the Academy for Eating Disorders’ Nine Truths About Eating Disorders. European Eating Disorders Review, 25(6), 432–450. https://doi.org/10.1002/ERV.2553
Wint, C. (2017, August 4). Anorexia Nervosa: Symptoms, Causes, and Treatments. Retrieved August 8 2022, from https://www.healthline.com/health/anorexia-nervosa
Zipfel, S., Giel, K. E., Bulik, C. M., Hay, P., & Schmidt, U. (2015). Anorexia nervosa: Aetiology, assessment, and treatment. The Lancet Psychiatry, 2(12), 1099–1111. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(15)00356-9
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog