
Beberapa tahun belakangan masyarakat Indonesia memang sudah semakin terbuka pada topik mental disorder atau gangguan mental. Ini tentu adalah hal baik. Karena, semakin dalam pengertian mental disorder dipahami, maka masyarakat dapat semakin bijak dalam menyikapinya.
WHO (2022) menyebutkan dalam situs resminya bahwa 1 dari 8 orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Artinya kondisi ini ada di sekitar kita. Lantas, bagaimana masyarakat awam dapat mengenalinya?
Artikel ini akan mengupas pengertian gangguan mental secara praktis dari beberapa pendekatan yang umum bagi keseharian masyarakat. Dengan demikian, kita akan mudah untuk memahami dan membedakannya dengan kondisi bukan gangguan.
Pengertian Mental Disorder Menurut DSM V
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders atau DSM adalah panduan yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Edisi kelima (V) dari DSM adalah pembaharuan terbaru yang terbit pada 2013.
Panduan ini sekarang digunakan secara luas, termasuk di Indonesia. DSM berperan sebagai acuan bagi para profesional, yaitu psikolog dan psikiater, dalam menegakkan diagnosis gangguan mental.
Bagi masyarakat awam, memahami pengertian mental disorder melalui DSM V mungkin tidak terlalu mudah. Sebagai gambaran, berikut kutipan singkatnya:
Mental disorder adalah sindrom yang ditandai dengan gangguan signifikan secara klinis dalam kognisi, regulasi emosi, atau perilaku individu yang mencerminkan disfungsi dalam proses psikologis, biologis, atau perkembangan yang mendasari fungsi mental.
Hal penting yang dapat kita tarik dari kutipan tersebut adalah bahwa gangguan mental berdampak pada aspek kognisi, regulasi emosi, dan perilaku. Dimana, ketiga aspek ini menyebabkan ketidakberfungsian atau keabnormalan pada fungsi psikologis, biologis, dan perkembangan seseorang.
Tanpa perlu mendalami macam macam mental disorder melalui klasifikasi DSM V, terdapat setidaknya beberapa pendekatan yang lebih mudah dipahami dan diterapkan untuk masyarakat awam.
Pendekatan Pengertian Mental Disorder
Sebuah jurnal dari Stein, et al (2021) menjelaskan beberapa pendekatan untuk memahami pengertian mental disorder.
Berikut ini penjelasan dari dari masing-masing pendekatan tersebut.
#1 Pendekatan Fungsi
Alternatif paling mendasar untuk memahami apa itu mental disorder adalah melalui pendekatan fungsi. Pertanyaan besar yang perlu dijawab adalah “apakah seseorang dapat berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari?”
Alternatif paling mendasar untuk memahami apa itu mental disorder adalah melalui pendekatan fungsi. Pertanyaan besar yang perlu dijawab adalah “apakah seseorang dapat berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari?”
Standar fungsi yang menjadi acuan adalah apa yang secara umum diterima oleh masyarakat. Misalnya, anak usia SD semestinya sudah mulai mahir dalam hal kemandirian dasar seperti mandi dan mencuci tangan.
Sedangkan contoh disfungsi pada aspek kognitif misalnya individu yang kesulitan memahami instruksi dan melaksanakannya. Padahal, hal tersebut umum dilakukan oleh individu lain pada tingkat perkembangan atau usia yang setara dengannya.
#2 Pendekatan Bahaya
Cara memahami pengertian mental disorder berikutnya adalah melalui pendekatan bahaya. Pertanyaannya adalah, “apakah seseorang melakukan hal-hal yang berbahaya, berulang atau konsisten, dan kesulitan untuk mengontrolnya?”
Stein, et al (2021) juga menyatakan bahwa pendekatan bahaya pada dasarnya juga perlu diperdalam lagi. Yaitu, bahwa suatu hal berbahaya hanya untuk individu yang bersangkutan atau juga orang lain di sekitarnya.
Contoh perilaku berbahaya yang mengarah pada gangguan mental misalnya obsesi pada pengurangan berat badan secara signifikan. Perilaku diet ekstrem dan aktivitas fisik berlebihan yang membahayakan diri sendiri dapat menjadi indikasi dari beberapa kategori gangguan makan.
#3 Pendekatan Kerugian
Pendekatan terakhir untuk memahami mental disorder adalah melalui pendekatan kerugian. Beberapa perilaku merugikan memang dapat dikategorikan sebagai gangguan mental. Salah satu contohnya adalah kleptomania.
Grant, et al (2008) menjelaskan bahwa kleptomania adalah gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan individu mengontrol impuls atau rangsangan sehingga melakukan pencurian berulang kali. Barang yang dicuri umumnya adalah hal tidak banyak berguna bagi individu tersebut.
Perilaku semacam ini tentu berbeda dengan kategori kriminalitas. Sebab, seorang kriminal melakukan aksinya dalam kontrol penuh kesadaran. Selain itu, barang atau benda yang dicuri adalah sesuatu yang berharga atau bernilai tinggi.
Kategori bukan Gangguan
Selain melalui pendekatan fungsi, bahaya, dan kerugian; terdapat beberapa kategori yang merupakan bukan gangguan. Mengetahui beberapa kategori tersebut juga penting untuk memahami pengertian mental disorder.
Sebab, beberapa perilaku mungkin nampak berbeda di tengah masyarakat, masuk dalam salah satu atau lebih dari ketiga pendekatan di atas, namun sebenarnya bukan gangguan.
#1 Perbedaan Individu Non-Patologis
Secara singkat, mental disorder artinya memang adalah berbeda dengan nilai kewajaran. Namun, definisi dari DSM V juga menekankan bahwa gangguan mental umumnya mengarah pada kecacatan dalam kegiatan sosial, pekerjaan, dan kegiatan penting lainnya. Artinya, gangguan mental adalah kondisi patologis.
Namun tak sampai di situ, memahaminya juga perlu mempertimbangkan keparahan gejala, dampak, frekuensi, dan durasi (First, et al, 2013).
Stein, et al (2021) sendiri memberi contoh kemalasan sebagai perilaku berbeda non-patologis. Kemalasan memang umumnya berdurasi lama, membawa dampak negatif, dan dapat membuat fungsi individu menurun. Namun, hal ini bukanlah gangguan mental.

#2 Disfungsi Akibat Penuaan
Penuaan memang umumnya mengakibatkan penurunan fungsi kognisi, fisik, hingga psikososial seseorang. Namun, hal semacam ini bukanlah gangguan mental meskipun dapat didekati dengan pendekatan fungsi (Stein, et al, 2021).
Beberapa contoh misalnya menurunnya daya ingat, melemahnya fungsi motorik, hingga menurunkan fungsi sosial sebagai akibat dari melemahnya kognisi.
#3 Kejahatan
Seperti telah disebut sebelumnya, bahwa kejahatan atau kriminalitas tidak termasuk sebagai pengertian mental disorder.
Meskipun demikian, beberapa perilaku yang berkaitan dengan gangguan mental memang dapat memicu tindak kriminalitas.
Contohnya adalah conduct disorder. Salah satu dampak gangguan perilaku pada usia remaja adalah suka merampas hak orang lain, terlibat perkelahian, hingga menjadi residivis (Slough et al, 2007).
#4 Respon yang Diterima oleh Masyarakat
Beberapa respon terhadap hal tertentu menunjukkan ketidakstabilan emosi individu. Ini penting dipahami karena regulasi emosi merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan gangguan mental. Selain itu, emosi umumnya juga berdampak pada keberfungsian seseorang.
Namun, terdapat beberapa respon emosional yang diterima bahkan diharapkan oleh masyarakat tidak dapat dianggap sebagai gangguan mental.
Contoh dari Stein, et al (2021) misalnya adalah ketidakstabilan emosi yang diekspresikan selama beberapa waktu oleh individu yang baru saja kehilangan orang yang dicintainya.
Penanganan Mental Disorder
Kesimpulannya, mental disorder adalah kondisi gangguan yang berdasar pada mental individu yang berdampak signifikan pada fungsi kognisi, regulasi emosi dan perilaku. Perilaku yang muncul kemudian dapat dipahami melalui beberapa pendekatan fungsi, bahaya, kerugian, dan kategori bukan gangguan.
Mental disorder adalah kondisi gangguan yang berdasar pada mental individu yang berdampak signifikan pada fungsi kognisi, regulasi emosi dan perilaku.
Memahami pengertian mental disorder melalui beberapa pendekatan dan kategori bukan gangguan yang dijelaskan di atas memang dapat dilakukan oleh masyarakat umum. Hal ini berfungsi sebagai pengenalan awal namun bukan untuk self-diagnose. Penanganan terhadap gangguan mental harus dipercayakan kepada para professional.
Oleh karena itu, masyarakat perlu segera menghubungi profesional apabila mengenali adanya gangguan mental pada diri sendiri atau orang terdekat.
Psikolog atau psikiater akan melakukan asesmen mendalam untuk menegakkan diagnosis dan melakukan penanganan untuk meminimalkan dampak mental disorder pada kehidupan sehari-hari.
Referensi
Grant, Jon E. et al (2008) Kleptomania: clinical characteristics and treatment. Revista Brasileira de Psiquiatria 30 Suppl 1(suppl 1):S11-5. DOI: 10.1590/S1516-44462006005000054
First, M. B., & Wakefield, J. C. (2013). Diagnostic criteria as dysfunction indicators: Bridging the chasm between the definition of mental disorder and diagnostic criteria for specific disorders. Canadian Journal of Psychiatry, 58, 663–669.
Slough, Nancy M., et al (2007) Preventing Serious Conduct Problems in School-Age Youths: The Fast Track Program. NIH National Library of Medicine. PubMed Central. doi:10.1016/j.cbpra.2007.04.02
Stein, Dan J. et al (2008) What is a mental disorder? An-exemplar focused approach. Cambridge Open. Psychol Med. 2021 Apr; 51(6): 894–901. doi: 10.1017/S0033291721001185
World Health Organization (WHO) (2022) Mental Disorder. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-disorders. Published on June 8, 2022. Accessed on November 15, 2022.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog