Sub Topik
Apa yang Membuat Bipolar Kambuh?

Bipolar merupakan sebuah gangguan yang membuat seseorang merasakan kesenangan yang berlebihan dan depresi yang berat. Kondisi ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik dari internal maupun eksternal.
Trauma dan Asupan Makanan
Adanya trauma dari masa lalu yang terus membekas dalam ingatan dapat memicu kambuhnya gangguan bipolar. Akan tetapi, tidak hanya itu saja. Asupan makanan juga dapat menjadi salah satu faktor penting dalam mengontrol gejala bipolar disorder.
Asupan makanan juga dapat menjadi salah satu faktor penting dalam mengontrol gejala bipolar disorder.
Nutrisi dan Zat Adiktif pada Orang dengan Gangguan Bipolar
Mengonsumsi makanan yang sehat dan kaya akan nutrisi dapat memberikan sejumlah manfaat. Seperti meningkatkan fungsi kognitif, menjaga daya tahan tubuh, dan lain sebagainya. Tetapi, sebagian besar pasien dengan kondisi bipolar kurang menjaga asupan makanannya. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka bahkan mengalami kecanduan zat tertentu.
Dilansir dari Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA), 30-50% pasien bipolar memiliki kecanduan zat adiktif. Konsumsi zat adiktif dan alkohol yang terlalu berlebihan dapat memberikan efek negatif bagi tubuh.
Apa Pengaruh Makanan bagi Pengidap Bipolar?
Setiap makanan mengandung nutrisi yang berbeda-beda. Setiap tubuh memiliki kebutuhan akan nutrisi yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, pengaruh makanan bagi pengidap bipolar sangatlah penting dalam menunjang treatment yang dilakukan.
Terdapat makanan-makanan yang perlu untuk dihindari dan disesuaikan takarannya agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap tubuh dan menghambat proses treatment yang dilakukan. Berikut merupakan daftar makanan dan minuman yang perlu dihindari oleh bipolar.
Kafein
Kafein merupakan senyawa yang banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman berenergi, dan sebagainya. Bagi banyak orang, mengonsumsi kafein memberikan manfaat berupa meningkatkan energi.
Tetapi, pasien gangguan bipolar tidak disarankan untuk mengonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein. Mereka disarankan untuk mengurangi asupan kafeinnya dalam sehari.
Kenapa Bipolar Tidak Boleh Minum Kopi?
Di dalam tubuh, terdapat sebuah enzim yang bertugas untuk mengolah kafein yaitu CYP1A2. Enzim tersebut juga berperan untuk menguraikan obat-obatan antipsikotik yang banyak digunakan untuk mengatasi bipolar disorder.
Apabila pasien bipolar mengonsumsi terlalu banyak kafein, kadar enzim untuk menguraikan obat akan berkurang. Saat obat-obatan tersebut tidak dapat diuraikan oleh enzim CYP1A2, maka obat akan menumpuk dan membahayakan tubuh. Dengan demikian, kinerja obat menjadi tidak maksimal dan terhambat akibat terlalu banyak kafein dalam tubuh.
Dampak Konsumsi Kafein pada Bipolar Disorder
Terdapat beberapa dampak dari kafein bagi tubuh apabila terlalu banyak dikonsumsi, yaitu:
- Menyebabkan gangguan tidur
- Memicu gejala kecemasan setelah mengonsumsi kafein
- Merasa pusing
- Merasa jantung berdebar
- Mengganggu proses metabolisme obat
- Menyebabkan penumpukan obat dalam tubuh
- Memicu episode manik/hipomanik dan campuran
- Sulit berkonsentrasi
- Memiliki suasana hati yang buruk
Takaran Aman Mengonsumsi Kafein
Pasien bipolar disorder memang lebih disarankan untuk tidak mengonsumsi kafein sama sekali. Apabila masih ingin mengonsumsi kafein, terdapat batasan takaran konsumsi kafein dalam sehari.
Individu dengan gangguan bipolar, hanya boleh mengonsumsi dua cangkir (200mg) minuman kafein dalam sehari (Frigerio et al., 2021). Tetapi, konsumsi kafein harus dihentikan jika sedang mengalami episode manik, hipomanik, maupun campuran.
Zat Adiktif
Dari beberapa penelitian, ditemukan bahwa sebagian besar individu gangguan bipolar mengonsumsi zat adiktif dan alkohol. Sudah banyak sekali dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang berlebihan. Salah satu dampak dari penggunaan zat adiktif adalah memperburuk kesehatan mental individu.
Apa Hubungan Antara Penggunaan Zat dan Kualitas Hidup Pengidap Bipolar?
Zat seperti kokain dan alkohol memiliki kemampuan untuk memberikan efek menyenangkan bagi tubuh. Obat-obatan itu akan melepaskan sebuah zat bernama dopamin dalam jumlah yang banyak di dalam otak. Hal itulah yang membuat tubuh merasa senang selepas mengonsumsi zat adiktif.
Dopamin merupakan salah satu neurotransmitter (zat kimia alami) yang mengatur suasana hari dan perilaku. Tetapi, pada orang dengan gangguan bipolar dopamin tidak berfungsi dengan maksimal.
Dalam jangka waktu sementara, penggunaan zat adiktif dapat memberikan efek tenang pada pasien gangguan bipolar. Akan tetapi, pada jangka waktu yang panjang akan memberikan beragam dampak yang dapat memperburuk kondisi bipolar.

Apa Akibatnya jika Seseorang Mengkonsumsi Zat Adiktif?
Penggunaan zat-zat adiktif yang berlebihan pada individu dengan bipolar disorder dapat memicu beberapa akibat (Grunze et al., 2021; Salloum & Brown, 2017). Antara lain:
- Meningkatkan kecenderungan untuk bunuh diri
- Meningkatkan gangguan kecemasan
- Menunda waktu pemulihan dari episode bipolar disorder
- Mengalami perubahan suasana hati yang lebih sering
- Memperparah tingkat depresi
- Mengurangi kedisiplinan untuk melakukan perawatan
- Meningkatkan impulsivitas
- Menurunkan kualitas hidup
Gula
Makanan seperti coklat dan kue, minuman seperti milk tea dan es krim, banyak disukai oleh berbagai kalangan usia dan gender. Rasanya yang manis dapat membantu mengembalikan suasana hati yang kurang baik.
Bagi orang dewasa, anjuran konsumsi gula per hari adalah 30 gram. Sedangkan pada anak-anak, berkisar antara 19 hingga 24 gram setiap harinya. Mengonsumsi gula dengan takaran yang sesuai akan memberikan banyak manfaat bagi tubuh.
Bipolar Disorder vs Sugar
Pasien bipolar disorder disarankan untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi gula dalam sehari. Sebab, beberapa peneliti menemukan bahwa sebagian besar pasien gangguan bipolar mengalami gangguan metabolisme glukosa (Vancampfort et al., 2015; McIntyre et al., 2005; Vancampfort et al., 2016 dalam Lojko et al., 2019).
Gangguan metabolisme glukosa yang dialami pasien bipolar disorder disebabkan oleh efek samping obat penstabil suasana hati. Adanya peningkatan rapid cycling pada pasien bipolar menjadi salah satu penyebab gangguan metabolisme.
Dampak Mengonsumsi Gula
Berikut merupakan dampak yang dihasilkan dari konsumsi gula berlebih.
- Memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami gangguan bipolar kronis
- Meningkatkan rapid cycling gangguan bipolar
- Tubuh gagal merespon efek obat, terutama lithium
- Memperburuk kondisi bipolar
- Mempengaruhi struktur dan fungsi otak
Garam
Litium karbonat merupakan salah satu jenis obat yang digunakan untuk menangani episode manik pada gangguan bipolar. Proses penyerapan litium membutuhkan bantuan natrium dan hidrogen.
Natrium dikenal sebagai salah satu pembentuk senyawa garam. Tubuh memerlukan asupan garam yang cukup agar proses penyerapan litium lebih maksimal.
Apabila asupan garam terlalu sedikit, maka konsentrasi litium dalam tubuh menjadi terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan adanya penumpukan litium pada tubuh karena penyerapan ulang. Dengan demikian, tubuh dapat mengalami gagal ginjal akut iskemik.
Apabila kadar garam dalam tubuh terlalu banyak, maka tubuh dapat mengalami hipernatremia. Hipernatremia merupakan sebuah kondisi kadar air dalam ginjal terlalu rendah karena kadar natrium terlalu tinggi.
Akibatnya, litium akan sulit untuk diserap ke dalam tubuh karena kekurangan volume air. Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan litium dalam ginjal sehingga dapat menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik.
Tips Mengontrol Gangguan Bipolar
Salah satu tips mengontrol gangguan bipolar adalah dengan memperhatikan setiap makanan maupun minuman yang hendak dikonsumsi.
Selain gizi yang seimbang, terdapat empat makanan dan minuman yang perlu dikonsumsi secara bijak untuk membantu mengendalikan gejala bipolar, yaitu kafein, zat adiktif dan alkohol, gula, serta garam.
Selain gizi yang seimbang, terdapat empat makanan dan minuman yang perlu dikonsumsi secara bijak untuk membantu mengendalikan gejala bipolar, yaitu kafein, zat adiktif dan alkohol, gula, serta garam.
Konsumsi makanan maupun minuman yang berlebihan atau kurang dapat menyebabkan dampak tertentu. Tidak hanya pada kondisi fisik, melainkan juga pada keberlangsungan treatment bipolar.
Selain itu, pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi, rutin berolahraga, dan tidur cukup. Hal ini akan membantu mengontrol gejala gangguan bipolar.
Referensi
Dilmen, Ö. K., Hacı, İ., Ekinci, A., & Bahar, M. (2016). Lithium intoxication accompanied by hyponatremia. Turkish Journal of Anaesthesiology and Reanimation, 44(4), 219.
Frigerio, S., Strawbridge, R., & Young, A. H. (2021). The impact of caffeine consumption on clinical symptoms in patients with bipolar disorder: a systematic review. Bipolar Disorders, 23(3), 241-251.
Grunze, H., Schaefer, M., Scherk, H., Born, C., & Preuss, U. W. (2021). Comorbid bipolar and alcohol use disorder—a therapeutic challenge. Frontiers in psychiatry, 12, 660432.
Łojko, D., Owecki, M., & Suwalska, A. (2019). Impaired glucose metabolism in bipolar patients: the role of psychiatrists in its detection and management. International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(7), 1132.
(2021). All About Substance Use and Bipolar Disorder. Retrieved August 26 2023, from https://psychcentral.com/bipolar/substance-abuse-and-bipolar-disorder
Salloum, I. M., & Brown, E. S. (2017). Management of comorbid bipolar disorder and substance use disorders. The American journal of drug and alcohol abuse, 43(4), 366-376.
Substance Abuse and Mental Health Services Administration. (2016). An Introduction to Bipolar Disorder and Co-Occurring Substance Use Disorders. Eetrieved August 26 2023, from https://store.samhsa.gov/sites/default/files/d7/priv/sma16-4960.pdf
Yartsev, A., & Peisah, C. (2021). Caffeine-clozapine interaction associated with severe toxicity and multiorgan system failure: a case report. BMC psychiatry, 21(1), 1-5.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog