
Rasa takut, reaksi fisik, dan tingkah laku yang muncul karena rasa takut, semua bermula dari stimulus yang diterima oleh otak, lalu tubuh bereaksi sesuai perintah otak. Itu sebabnya, perubahan di otak akibat gangguan kecemasan akan diikuti oleh perubahan pada kondisi fisik seseorang.
Apa yang Terjadi pada Otak Saat Cemas?
Ada berbagai area dan fungsi otak yang bekerja saat seseorang merasa takut atau cemas. Secara sederhana, berikut ini adalah proses yang terjadi ketika seseorang mengenali ancaman bahaya.
Stimulus Memicu Takut dan Cemas
Pemicu utama kecemasan, rasa takut, stres, atau berbagai emosi lainnya adalah stimulus dari luar. Stimulus ini bisa masuk melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan, maupun pengecapan.
Stimulus Diproses di Thalamus
Stimulus visual dan auditory yang masuk melalui indra diproses oleh thalamus untuk kemudian dilanjutkan ke amygdala atau cortex. Sementara stimulus bau (penciuman) dan sentuhan akan langsung menuju amygdala tanpa melewati thalamus. Thalamus memproses stimulus visual berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna. Sedangkan suara diproses berdasarkan volume dan disonansi (ketidaksesuaian).
Cortex Memberi Makna pada Stimulus
Thalamus lalu melanjutkan sinyal ke cortex sehingga individu bisa mengenali apa yang dilihat atau didengar. Saat stimulus sampai di cortex, prefrontal cortex adalah bagian otak yang bisa menghentikan respon takut atau cemas. Ini terjadi jika cortex mengenali stimulus sebagai sesuatu yang tidak mengancam. Namun jika ini dianggap sebagai ancaman, maka respon takut dan cemas akan diaktifkan.
Amygdala Memulai Respon Takut dan Cemas
Setelah thalamus dan cortex memproses dan mengenali stimulus, sinyal lalu dikirim ke amygdala. Amygdala adalah bagian dari otak yang memicu respon takut atau cemas dengan seketika. Amygdala mengirim sinyal ke locus coeruleus untuk mulai menunjukkan respon kecemasan, seperti detak jantung bertambah cepat, meningkatnya tekanan darah, berkeringat, dan pupil mata membesar (dilatasi pupil).
BNST Mempertahankan Respon Takut
Ada 2 bagian otak yang kerjanya berlawanan terkait rasa takut, yaitu amygdala dan bed nucleus of the stria terminalis (BNST). Amygdala memicu respon takut dan cemas dengan seketika, seperti letusan. Sementara itu, BNST bekerja untuk mempertahankan respon kecemasan tersebut. BNST inilah yang aktif bekerja saat seseorang terus merasakan cemas setelah respon awal takut berlalu.
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Cemas?
Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa cemas bisa membuat perut melilit? Kenapa kepala pusing saat cemas? Atau, mengapa rasa takut membuat terdiam? Itu semua terjadi karena respon otak pada rasa cemas dan takut.
Terdiam Mematung untuk Bersembunyi
Sebagai respon terhadap rasa cemas, pengindraan akan menjadi sangat sensitif dan waspada. Pupil mata yang berdilatasi membuat penglihatan semakin tajam. Untuk sesaat, ini akan mengakibatkan seseorang terdiam mematung. Pada situasi tertentu, respon ini dapat membantu seseorang untuk bersembunyi dari ancaman bahaya.
Bersiap untuk Melarikan Diri
Takut juga memicu adrenalin. Adrenalin memicu ketegangan otot sehingga otot berada pada kondisi siaga. Di saat ini, seseorang bersiap untuk melawan bahaya atau melarikan diri dari bahaya.

Pencernaan Terhenti untuk Fokus pada Ancaman
Rasa takut juga membuat otak menghentikan proses pencernaan. Seluruh energi dan perhatian dipusatkan pada cara untuk mengatasi bahaya. Ini yang membuat rasa takut dan cemas bisa dibarengi atau mengakibatkan dorongan untuk buang air kecil maupun besar, sakit perut, bahkan muntah.
Mengapa Harus Takut dan Cemas?
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, mudah untuk menyimpulkan bahwa rasa takut dan cemas adalah emosi yang merugikan. Namun kenyataannya, kedua emosi tersebut sangat penting bagi manusia.
Respon Terhadap Ancaman Bahaya
Takut dan cemas adalah respon terhadap adanya ancaman bahaya. Saat seseorang mengartikan stimulus yang diterima otak sebagai ancaman, maka respon takut yang dipicu oleh amygdala tersebut adalah respon untuk melindungi atau menyelamatkan diri.
Melindungi Diri dari Trauma
Saat amygdala mengirim sinyal untuk merasakan takut, hypothalamus dan pituitary gland akan bekerja sama untuk mengaktifkan adrenal gland. Adrenal gland lalu menghasilkan hormon stres, yaitu cortisol. Dalam dosis yang tinggi, cortisol mengganggu proses pengaturan ingatan. Ini mengakibatkan kejadian yang penuh tekanan, trauma, atau rasa takut akan terpisah dari konteksnya. Dengan cara ini, otak melindungi seseorang dari ingatan traumatis atau menyakitkan.
Dampak Gangguan Kecemasan pada Otak
Walaupun manusia membutuhkan kecemasan untuk menjaga kelangsungan hidupnya, kecemasan yang berkepanjangan dan tidak normal bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan ini bisa berdampak negatif pada otak manusia.
Area Otak yang Terpengaruh Gangguan Kecemasan
Area atau bagian otak yang terpengaruh oleh gangguan kecemasan tentunya adalah area yang berhubungan dengan respon takut dan cemas. Amygdala, berhubungan dengan bagaimana suatu kecemasan dipelajari. Prefrontal cortex berkontribusi terhadap pengkondisian rasa takut dan gejala kecemasan. BNST akan mengalami perubahan terkait respon terhadap stres. Hypothalamus merupakan area pengendalian emosi, tingkah laku defensif dan agresif. Selain itu, hippocampus merupakan area yang mengkoding ingatan kontekstual.
Area atau bagian otak yang terpengaruh oleh gangguan kecemasan tentunya adalah area yang berhubungan dengan respon takut dan cemas.
Gambaran Gangguan Kecemasan di Otak
Orang yang mengalami gangguan kecemasan akan menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi di otak terkait kecemasan. Pada akhirnya, kecemasan berlebihan dalam jangka panjang akan mengubah arsitektur otak seseorang. Artinya, ada beberapa bagian otak yang proporsi dan tingkat aktivitasnya berbeda dibandingkan orang yang tidak mengalami gangguan kecemasan.
Anxiety Disorder dan Abnormalitas Otak
Otak yang mengalami gangguan kecemasan bisa mengalami penurunan fungsi ingatan, berpikir, dan pengaturan emosi. Ini adalah salah satu dampak gangguan kecemasan pada perkembangan anak. Pada rentang usia tersebut, otak belum berkembang secara sempurna.
Efek Cemas Berlebih pada Tubuh
Karena otak adalah organ yang mengatur berbagai fungsi dalam tubuh manusia, perubahan pada otak akan berdampak pada perubahan fisik. Jika kecemasan normal bisa menimbulkan diare, bayangkan efek jangka panjang gangguan kecemasan terhadap kesehatan.
Apakah Anxiety Disorder Dapat Mengakibatkan Sakit Kepala?
Sakit kepala kronis seperti migrain banyak ditemui berbarengan dengan gangguan kecemasan. Penelitian membuktikan bahwa memang keduanya memiliki hubungan sebab-akibat yang terjadi secara timbal balik. Seseorang dengan migrain rentan mengalami gangguan kecemasan. Demikian juga sebaliknya. Seseorang dengan gangguan kecemasan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami migrain.
Apakah Anxiety Disorder Dapat Mengakibatkan Penyakit Jantung?
Gangguan cardiovascular atau yang secara awam disebut penyakit jantung sering muncul bersamaan dengan gangguan mental. Gangguan mental tersebut antara lain adalah depresi dan gangguan kecemasan. Berbagai penelitian juga menghubungkan gangguan kecemasan sebagai penyebab terjadinya gangguan cardiovascular.
Anxiety Disorder dan Penyakit Lainnya
Selain migrain dan sakit jantung, ada berbagai gangguan kesehatan lain yang muncul akibat gangguan kecemasan. Sebagian terbukti memiliki hubungan sebab akibat, sebagian lagi belum bisa dipastikan hubungan antara keduanya. Walau demikian, gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan gangguan pencernaan merupakan beberapa di antaranya. Kedua gangguan ini sering ditemukan muncul bersamaan dengan gangguan kecemasan.
Gangguan Kecemasan Berdampak pada Otak
Kecemasan dan rasa takut dimulai di otak dan merupakan sistem yang ada untuk mempertahankan diri. Sayangnya, dalam porsi yang berlebihan seperti pada gangguan kecemasan, sistem ini berubah menjadi sesuatu yang merusak. Gangguan kecemasan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan berbagai fungsi berpikir, abnormalitas arsitektur otak, hingga berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Karena itu, jangan biarkan kecemasan terjadi dalam waktu lama tanpa penanganan.
Gangguan kecemasan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan berbagai fungsi berpikir, abnormalitas arsitektur otak, hingga berdampak pada kesehatan fisik seseorang.
Referensi
Celano, C. M., Daunis, D. J., Lokko, H. N., Campbell, K. A., Huffman, J. C.(2016). Anxiety disorders and cardiovascular disease. Curr Psychiatry Rep., 18(11).
Dr John Kenworthy. (2023, February 21). Your brain on stress and anxiety. [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=gmwiJ6ghLIM&t=198s
Kumar, R., Asif, S., Bali, A., Dang, A. K., Gonzalez, D. A. (2022). The development and impact of anxiety with migraines: A narrative review. Cureus. 14(6): 1-11.
Xie, S., Zhang, X., Cheng, W., et al. (2021). Adolescent anxiety disorders and the developing brain: comparing neuroimaging findings in adolescents and adults. General Psychiatry, 34.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog