Sub Topik

Masalah kesehatan mental kerap terlambat disadari karena kurangnya informasi dan pengenalan terhadap kondisi tersebut. Schizophrenia atau skizofrenia adalah salah satu contoh penyakit atau gangguan mental yang penanganannya sering terlambat dimulai. Pertanyaan yang kemudian kerap muncul adalah, apakah penyakit skizofrenia dapat dicegah?
Sebelum membahas tentang hal tersebut, mari lebih dulu mengenal lebih dalam tentang penyakit mental kronis ini.
Apa itu Schizophrenia?
Skizofrenia adalah gangguan psikiatris berat (Warner, 1995). Definisi lain menyebutkan bahwa penyakit ini menyebabkan seseorang memiliki masalah kognisi, perasaan, dan perilaku sehingga kesulitan untuk berpartisipasi secara sosial maupun beraktivitas sehari-hari (NIMH, 2021).
Salah satu simtom utama yang dialami pengidap skizofrenia adalah lepas kontak dengan kenyataan atau psikosis. Mereka menghayati dunia secara berbeda. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak mampu berfungsi secara normal.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman bahkan menyebutkan bahwa skizofrenia adalah penyebab utama kecacatan kerja permanen orang dewasa berusia di bawah 40 tahun. Hal ini tentu berimbas pada timbulnya masalah sosial yang lebih kompleks, yaitu beban biaya yang tidak sedikit bagi keluarga. (Warner, 2001).
Sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman bahkan menyebutkan bahwa skizofrenia adalah penyebab utama kecacatan kerja permanen orang dewasa berusia di bawah 40 tahun
Ciri atau Gejala Schizophrenia
Untuk lebih memahami gangguan ini, ada beberapa gejala skizofrenia yang bisa dipelajari secara singkat. Namun perlu diingat, setiap orang dapat mengalami kondisi yang khas sehingga memunculkan gejala yang berbeda-beda.
- Emosi Datar
Ciri pertama adalah ekspresi emosi yang datar. Apapun yang terjadi di hadapan orang dengan skizofrenia, mereka tidak merespon dengan ekspresi emosi tertentu.
Misalnya, hal yang semestinya menyedihkan dan menimbulkan empati, bisa sama sekali tidak mengusik mereka. Demikian juga hal-hal yang semestinya menyenangkan.
- Kehilangan Kesenangan Sehari-Hari
Melanjutkan penjelasan sebelumnya, pengidap skizofrenia juga kehilangan perasaan senang atas aktivitas sehari-hari. Hal-hal yang sebelumnya terasa menyenangkan, seperti mengerjakan hobi, menjadi terasa hambar.
Sumber lain menggunakan kata kehilangan motivasi untuk menjelaskan gejala ini. Dengan kata lain, absennya semangat tanpa sebab yang logis secara berkepanjangan dapat menjadi salah satu pertanda individu mengalami skizofrenia.
- Sulit Konsentrasi dan Masalah Memori
Terjadi masalah kognisi, yaitu kesulitan untuk fokus dan mengingat sesuatu yang baru saja dipelajari. Pada beberapa kasus bahkan terjadi ingatan yang kacau dan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Kondisi ini menyebabkan pengidap skizofrenia mengalami ketidakmampuan untuk mengambil keputusan.
- Disorganisasi
Menyambung penjelasan sebelumnya, disorganisasi tidak hanya terjadi pada mental atau ingatan, tetapi juga fisik. Seorang dengan gejala skizofrenia dapat mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan motorik tubuh seperti tangan dan kaki, timbul masalah otot, hingga kesulitan berbicara.
- Halusinasi
Mereka juga mengalami halusinasi, misalnya mendengar suara yang sebenarnya tidak ada. Jika orang dengan skizofrenia pernah mengalami kejadian traumatis, kejadian tersebut dapat muncul dalam halusinasinya.
Sebagai catatan, kejadian traumatis di masa kecil juga dipercaya berkontribusi sebagai faktor pemicu berkembangnya kondisi schizophrenia pada orang-orang yang telah memiliki faktor penyebab.
- Delusi
Muncul keyakinan yang tidak masuk akal. Misalnya, mengalami waham kebesaran sehingga mengaku bahwa dirinya nabi.
Apa Penyebab Schizophrenia?
Hingga saat ini penyebab penyakit skizofrenia masih terus diteliti oleh para ahli. Meski demikian, telah tersedia cukup banyak hasil penelitian terdahulu yang dapat kita pelajari untuk mengenali kemungkinan faktor penyebab dan pemicu kondisi ini.
Apakah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Schizophrenia? Terdapat beberapa faktor yang mengambil peran dalam berkembangnya kondisi ini pada diri seseorang. Orang-orang dengan faktor penyebab menjadi lebih rentan mengidap skizofrenia di kemudian hari dibanding dengan mereka yang tidak memiliki faktor penyebab.
Berikut ini beberapa faktor tersebut:
Faktor Genetik
Faktor penyebab pertama dan utama adalah genetik. Yaitu, jika seseorang memiliki orang tua, saudara kandung, atau kerabat dekat yang telah didiagnosis sebagai pengidap skizofrenia, maka ia lebih rentan mengalami hal serupa.
Faktor genetik secara umum tidak menjadi faktor tunggal. Dalam artian, meskipun memiliki faktor penyebab genetik, biasanya seseorang membutuhkan pemicu hingga kondisi ini timbul dan berkembang.
Masalah pada Otak
Kondisi tertentu pada otak juga dipercaya sebagai faktor penyebab penyakit mental kronis ini. Para peneliti menemukan bahwa terjadi perubahan kimia pada otak pengidap skizofrenia, meskipun tidak ditemukan pada semua kasus.

Salah satunya adalah berlebihnya hormon dopamin yang dominan. Ketidakseimbangan ini berpengaruh pada proses kerja neurotransmiter yang bertugas sebagai pengirim sinyal. Hal ini dipercaya sebagai dalang dari gejala tertentu penyakit ini.
Trauma Masa Kecil
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa episode halusinasi pada pengidap skizofrenia tak jarang menampilkan kejadian traumatis di masa kecil. Kejadian seperti pelecehan, penelantaran, kekerasan, hingga perpisahan dipercaya turut berperan sebagai pemicunya.
Komplikasi Prenatal
Kesehatan ibu hamil juga turut mengambil peran. Selain kemungkinan ibu menurunkan kondisi skizofrenia pada anak yang dilahirkan, beberapa kondisi lain selama proses kehamilan dan melahirkan dipercaya juga berpengaruh.
Kelahiran prematur, berat badan lahir yang rendah, infeksi tertentu selama kehamilan, bayi kekurangan oksigen saat persalinan, hingga obesitas ibu selama kehamilan adalah hal-hal yang diduga mempengaruhi kondisi skizofrenia.
Ibu hamil yang mengidap skizofrenia memang lebih rentan mengalami komplikasi selama proses kehamilan dan melahirkan. Para peneliti masih terus bekerja untuk memastikan mana faktor yang lebih mendominasi antara penurunan genetik dari ibu atau komplikasi kehamilan.
Penggunaan Narkoba
Penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba dan ganja memang tidak menjadi penyebab tunggal penyakit skizofrenia.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat-obatan ini meningkatkan risiko bagi orang yang memang memiliki kerentanan. Yaitu, mereka yang memiliki riwayat genetik penyakit ini.
Maka, apabila ada pertanyaan, apa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit skizofrenia? Maka, konsumsi obat-obatan terlarang adalah jawabannya.
Virus
Beberapa penelitian telah dilakukan di negara empat musim, antara lain Inggris, Wales, dan Australia untuk melihat kemungkinan skizofrenia sebagai dampak jangka panjang dari virus influenza yang menyerang ibu hamil.
Penelitian memang melaporkan bahwa 32% pengidap skizofrenia lahir pada musim dingin. Namun penelitian lain menegaskan bahwa virus influenza hanya berperan tak lebih dari 2% sebagai pemicu skizofrenia non genetik (Faraone, et, al, 2002).
Apakah Penyakit Schizophrenia dapat dicegah?
Karena kerentanan terhadap penyakit ini diturunkan secara genetik, hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah adalah menghindari pemicu. Hal kedua adalah segera mencari bantuan profesional ketika mengalami gejala.
Target program pencegahan pada orang-orang yang telah menunjukkan gejala berfokus pada penghindaran atau penundaan terhadap kecacatan psikososial maupun terjadinya psikosis.
Klosterkotter, et al (2011) mencatat bahwa terdapat studi jangka panjang yang melibatkan 385 orang yang telah menunjukkan simptom skizofrenia. Setelah rata-rata 4,5 tahun, terdapat 30% peserta penelitian yang gejalanya tidak berlanjut ke skizofrenia.
Hasil penelitian ini tentu cukup memicu keoptimisan bahwa disfungsi seseorang akibat skizofrenia dapat dicegah, atau setidaknya ditekan sehingga gejala tidak sampai berlanjut pada ketidakberfungsian permanen.
Target program pencegahan pada orang-orang yang telah menunjukkan gejala berfokus pada penghindaran atau penundaan terhadap kecacatan psikososial maupun terjadinya psikosis
Apa yang Harus Dilakukan Pengidap Schizophrenia?
Diagnosis penyakit schizophrenia ditegakkan oleh profesional (psikiater, psikolog, maupun dokter) setelah melalui pemeriksaan komprehensif yang mendalam. Oleh karena itu, hal yang dapat dilakukan jika didiagnosis skizofrenia adalah mengikuti petunjuk dan program intervensi yang dianjurkan oleh profesional. Tanda dan gejala skizofrenia yang ada pada artikel ini hanyalah gambaran singkat dan tidak dapat dijadikan sebagai panduan diagnosis maupun intervensi.
Sebagai gambaran, Farah (2018) dalam sebuah jurnal farmasi yang ditulisnya mengatakan bahwa treatment oleh profesional terhadap pengidap skizofrenia antara lain adalah Electroconvulsive Therapy (ECT), Cognitive Behavior Therapy (CBT), dan pendekatan farmakologi.
Selain itu, hal utama lain yang pasti dibutuhkan oleh pengidap skizofrenia adalah menemukan komunitas yang mendukung. Komunitas yang dimaksud dapat berasal dari keluarga atau komunitas kesehatan yang terdiri dari orang-orang dengan kondisi serupa.
Dukungan sosial semacam ini amat penting agar pengidap skizofrenia terus termotivasi untuk semakin pulih dan tetap dapat beraktivitas.
Kesimpulan: Cara Mencegah Skizofrenia
Penjelasan singkat mengenai skizofrenia di atas semoga dapat menjadi bekal pengenalan kita terhadap kondisi ini.
Sedangkan untuk menjawab pertanyaan, usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Schizophrenia? Jawabannya adalah kita dapat menghindari faktor-faktor pemicu agar potensi penyakit skizofrenia dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari dapat diminimalisir seoptimal mungkin.
Referensi
Klosterkotter, J, et al (2011) Prediction and prevention of schizophrenia: what has been achieved and where to go next?. World Psychiatry: Official Journal of The World Psychiatric Association (WPA), Oct; vol 10(3): 165-174.
Klosterkotter, J. (2008) Review Article: Indicated Prevention of Schizophrenia. Deutsches Ärzteblatt International: Dtsch Arztebl Int 2008; 105(30): 532–9. DOI: 10.3238/ arztebl.2008.0532
Holland, K. (2020) 6 Cause of Schizophrenia That May Surprise You. Published at http://healthline.com. (Reviewed by Legg, T.J.,PhD, PsyD). Accessed on July 26, 2022.
Schizophrenia. U.S. Department of Health and Human Service: National Institute of Mental Health (NIMH). NIH Publications No. 21-MH-8082. www.nimh.nih.gov
Warner, R. (2001) The Prevention of Schizophrenia: What Interventions are Safe and Effective? Schizophrenia Bulletin, Vol 27, No.4. Mental Health Center of Boulder Country.
Warner, R. de Girolamo, G. (1995) Epidemiology of Mental Disorders and Psychosocial Problems: Schizophrenia. Geneva: World Health Organization (WHO).
Faraone, S.V. et al (2002) Preventing Schizophrenia and Psychotic Behavior: Definitions and Methodological Issues. The Canadian Journal of Psychiatry, Vol. 47. No.6. p572-537.
Farah, F.H. (2018) Schizophrenia: An Overview. Review Article. Asian Journal of Pharmaceutics, Apr-Jun 2018, 12 (2) p77-87.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog