
Retardasi mental adalah kondisi disabilitas intelektual yang memiliki jumlah penyandang cukup tinggi, baik di Indonesia maupun dunia (Mediani, dkk, 2022). Kondisi ini dapat digolongkan menjadi beberapa klasifikasi menurut tingkat IQ dan kebutuhan akan dukungan sebagai penanganannya.
Artikel ini akan mengulas secara singkat mengenai pengertian dan klasifikasi retardasi mental. Dengan memahaminya, kita dapat bijak untuk segera mengambil tindakan preventif dan solusi apabila mengenali kondisi ini di sekitar kita.
Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kondisi kecacatan secara intelektual yang membuat penyandangnya mengalami keterbatasan fungsi kognitif sehingga berimbas ke semua aspek kehidupan.
Secara umum, seseorang dengan retardasi mental mengalami hambatan untuk memproses informasi yang kompleks dan mempelajari keterampilan baru sehingga menyebabkan rendahnya kemandirian dan kemampuan beradaptasi (Shree, et al, 2016).
Kondisi ini sudah dapat dikenali sejak usia kanak-kanak dan cenderung menetap. Dengan demikian, anak dengan retardasi mental akan mengalami keterlambatan perkembangan dan tidak mencapai tahapan perkembangan seperti anak seusianya.
Sebagai contoh, Gull (2015) mengutip NIMH menyebutkan bahwa anak-anak usia 16-30 bulan rata-rata sudah mampu mengucapkan 2-3 kata dalam sebuah kalimat. Namun, anak dengan retardasi mental kemungkinan mengalami keterlambatan hingga usianya lebih dari 3 tahun.
Lebih lanjut tentang retardasi mental, Shree, et al (2016) dalam sebuah jurnal menjelaskan bahwa pemahaman tentang jenis disabilitas ini telah mengalami banyak perkembangan. Saat ini, istilah resmi yang digunakan untuk merujuk kondisi ini pada DSM V adalah intellectual disability (ID) atau disabilitas intelektual.
Disabilitas ini memiliki tingkat keparahan yang dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi IQ dan kebutuhan akan dukungan. Berikut ini penjelasannya.
Klasifikasi Retardasi Mental Berdasar IQ
IQ atau intelligence quotient adalah indikator kapasitas kognitif seseorang. Angka pada IQ inilah yang menjadi indicator bagaimana menentukan tingkat keparahan disabilitas intelektual.
Angka pada IQ inilah yang menjadi indicator bagaimana menentukan tingkat keparahan disabilitas intelektual.
Orang-orang dengan disabilitas intelektual memiliki IQ cukup jauh di bawah rata-rata. Angka IQ rata-rata itu sendiri adalah pada rentang 90-109. Demikian semakin rendah IQ, artinya semakin signifikan disabilitas yang dialami.
Retardasi Mental Ringan
Pertama, adalah retardasi mental ringan, yaitu ketika IQ seseorang berada pada rentang 55-69 (Shree, et al, 2016). Penelitian menyebutkan bahwa seorang dengan klasifikasi ini akan memiliki usia mental 8-12 tahun ketika ia dewasa (Singh, et al, 2008).
Dengan demikian, meski sudah dewasa ia akan memiliki keterbatasan fungsi emosi, sosial, kognisi, dan psikososial setara anak usia 8-12 tahun. Meski begitu, pada tingkatan ini seorang masih mungkin memiliki kemandirian, mampu menyelesaikan tugas keseharian, dan mampu berkomunikasi.
Retardasi Mental Sedang
Kedua, adalah retardasi mental sedang. Klasifikasi ini merujuk pada kondisi IQ pada rentang angka 36-51 (Shree, et al, 2016). Dengan angka ini, usia mental yang dicapai adalah 6-9 tahun ketika dewasa (Singh, et al, 2008).
Keterbatasan ini akan membuat seorang dengan retardasi mental sedang menunjukkan rendahnya kemandirian dan fungsi diri lainnya. Namun, ia masih mampu memahami instruksi dan menguasai keterampilan dasar, seperti membaca dan menulis.
Retardasi Mental Berat
IQ 20-35 pada retardasi mental adalah kondisi yang terbilang berat. Ketika dewasa, seorang dengan disabilitas mental berat memiliki usia mental 3-6 tahun (Singh, et al, 2008).
Kondisi ini tentu membuat seseorang yang masuk dalam klasifikasi ini membutuhkan bantuan yang signifikan dari orang lain dalam kesehariannya. Pada klasifikasi ini, seseorang akan memiliki keterampilan minimal terkait berbahasa dan fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi Mental Sangat Berat
Kondisi terburuk adalah retardasi mental sangat berat, yaitu ketika IQ seseorang berada pada angka <20. Sigh, et al (2008) menyebutkan usia mental untuk jenis retardasi mental berat ini adalah di bawah 3 tahun ketika ia dewasa.
Katz, et al (2007) menyebutkan bahwa seorang dengan klasifikasi ini mengalami keterlambatan perkembangan yang signifikan dan fungsi sensori motorik yang sangat minimal.
Klasifikasi Retardasi Mental Berdasar Kebutuhan Dukungan
Retardasi mental adalah disabilitas yang memang tidak hanya akan berdampak pada kehidupan orang itu sendiri. Kondisi ini membuat individu membutuhkan dukungan atau bantuan dari orang-orang sekitar untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Jadi, dampak dampak retardasi mental sehari-hari dirasakan oleh individu dan orang sekitarnya.
Oleh karena itu, kebutuhan akan bantuan juga membentuk klasifikasi retardasi mental. Semakin seseorang dengan disabilitas intelektual bergantung pada orang lain, artinya kondisinya semakin sulit.
Shree, et al (2016) mengutip AAIDD (American Association Intellectual and Developmental Disabilities) menjelaskan empat klasifikasi berikut ini sebagai bentuk tingkatan penanganan terhadap retardasi mental.

Intermittent
Tingkatan ini adalah yang paling ringan, yaitu ketika orang dengan retardasi mental terbilang cukup mandiri. Bantuan atau dukungan disesuaikan dengan kebutuhan tertentu dan episodik atau tidak terus-menerus.
Misalnya, pada masa transisi memasuki lingkungan yang baru seperti kunjungan ke rumah kerabat. Seorang dengan retardasi mental mungkin membutuhkan pendampingan sesaat untuk beradaptasi.
Mereka dengan kebutuhan bantuan yang tidak reguler seperti ini umumnya masuk pada tingkatan retardasi mental ringan pada klasifikasi menurut angka IQ.
Limited
Tingkat kebutuhan dukungan berikutnya untuk retardasi mental adalah limited.
Berbeda dengan tingkatan sebelumnya yang tidak membutuhkan pendampingan reguler, pada klasifikasi ini, orang dengan retardasi mental membutuhkan bantuan yang konsisten.
Meski mampu menguasai berbagai keterampilan dasar melalui proses pelatihan intensif, pada jenis disabilitas ini seorang membutuhkan navigasi dari orang lain untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Mereka dengan kebutuhan bantuan konsisten seperti ini umumnya masuk pada tingkatan retardasi mental sedang menurut standar IQ.
Extensive
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
Klasifikasi retardasi mental berikutnya adalah mereka yang membutuhkan dukungan bantuan secara lebih intensif. Pada tingkatan disabilitas intelektual berdasar IQ, orang-orang dengan tingkat kebutuhan bantuan ini masuk pada klasifikasi berat.
Oleh karena itu, mereka membutuhkan bantuan yang tidak terputus (total supervision) untuk aktivitas hariannya. Meski demikian, mereka masih mungkin mampu memahami komunikasi dasar, instruksi sederhana, dan kebiasaan merawat diri sendiri.
Pervasive
Tingkat kebutuhan dukungan terakhir untuk retardasi mental adalah pervasive. Untuk kondisi yang paling sulit ini, seseorang membutuhkan pengawasan konstan dengan intensitas tinggi untuk memastikan keselamatan dan kesehatannya.
Dapat dikatakan bahwa orang-orang pada tingkatan ini memiliki ketergantungan penuh dan seumur hidup pada orang lain untuk setiap kebutuhan dan rutinitas hariannya.
Pada klasifikasi retardasi mental menurut IQ, mereka yang memiliki kebutuhan bantuan pada tingkatan ini juga masuk pada kelompok retardasi mental sangat berat.
Tunagrahita Membutuhkan Penanganan Profesional
Retardasi mental adalah disabilitas yang membutuhkan penegakkan diagnosis dari ahli. Tak hanya berperan penting untuk mendiagnosis, ahli seperti psikolog akan memberikan rekomendasi penanganan yang spesifik.
Setiap kasus retardasi mental, atau yang juga umum dikenal dengan istilah tunagrahita, dapat membutuhkan penanganan atau tindakan bantuan yang berbeda meski berapa pada klasifikasi yang sama.
Sebagai contoh, dua orang berusia 15 dan 16 tahun dengan klasifikasi retardasi mental ringan. Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh ahli, orang pertama lebih membutuhkan penanganan untuk fungsi komunikasi sedang yang kedua fungsi emosional.
Kedua orang ini tentu akan membutuhkan penanganan atau pelatihan dengan fokus yang berbeda untuk meningkatkan kemandirian dan kualitas hidupnya secara umum.
Penyebab retardasi mental bisa beragam antara satu kasus dengan kasus lainnya. Demikian juga penanganannya. Oleh karena itu, menemui profesional adalah tindakan preventif dan solusi terbaik untuk memastikan kondisi dan menerima arahan penanganan. Dengan penanganan yang tepat, orang dengan retardasi mental dapat mencapai kemandirian yang optimal.
Menemui profesional adalah tindakan preventif dan solusi terbaik untuk memastikan kondisi dan menerima arahan penanganan.
Referensi
Gull, Mubashir (2015) Mental Retardation: Early Identification and Prevention. The International Journal of Indian Psychology. Vol 2, Issue 3, ISSN 2349-3429 (e).
Katz, Gregorio. Lazcano-Ponce, Eduardo (2007) Intellectual disability: definition, etiological factors, classification, diagnosis, treatment and prognosis. Mediagraphic Artemisa. Institudo Nacional de Salud Publica. Mexico.
Mediani, Henny S. Hendrawati, Sri. Fatimah, Siti (2022) Kualitas Hidup Anak dengan Retardasi Mental. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 6, Issue 4, h.2626-2641. ISSN: 2549-8959
Shree, Abha. Shukla, P.C. (2016) Intellectual Disability: definition, classification, causes and characteristics. New Delhi Publisher. Learning Community: 7 (1): 9-20 April, 2016. DOI: 10.5958/2231-458X.2016.00002.6
Singh, Thiyam Kiran, et al (2008) Impact of Disability of Mentally Retarded Persons on their Parents. Indian J Psychol Med, Jul-Des 2008, Vol 30, Issue 2. VIMHANS, Vijayawada, Andhra Pradesh, India.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog