Sub Topik
- Perlakuan Masyarakat kepada Penderita Skizofrenia
- Apa itu Skizofrenia?
- Kapan Gejala Skizofrenia Muncul?
- Apa yang Menyebabkan Skizofrenia?
- Apakah Skizofrenia Sama Dengan Paranoid Personality Disorder?
- Apa Itu Skizofrenia Paranoid?
- Penyebab Paranoid
- Apakah Skizofrenia Merupakan Penyakit Keturunan?
- Faktor Fisiologis dan Genetik Memicu Skizofrenia
- Apakah Skizofrenia Bisa Disebabkan oleh Trauma?
- Kesimpulan: Penyebab Skizofrenia
Perlakuan Masyarakat kepada Penderita Skizofrenia

Skizofrenia dikenal sebagai “orang gila” pada masyarakat awam merupakan salah satu gangguan mental kronis yang terjadi pada masyarakat global termasuk Indonesia.
Penderita skizofrenia di masyarakat biasanya mengalami stigma yang buruk, diskriminasi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Hal ini setidaknya disampaikan oleh WHO dalam fakta umum yang terjadi di masyarakat secara global.
Bahkan di Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Kesehatan pada tahun 2013, sekitar 14, 3% dari 400.000 orang penderita skizofrenia pada masa itu pernah mengalami pemasungan oleh masyarakat sekitarnya. Di tingkat perkotaan, angka pemasungan ini mencapai 10, 7%. Sementara itu, di pedesaan angkanya justru lebih tinggi yakni sebesar 18,2 %.
Apa itu Skizofrenia?
Lantas apa sebenarnya skizofrenia tersebut? Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) menjelaskan skizofrenia adalah gangguan mental yang identik dengan adanya kondisi dimana kognitif, perilaku bahkan emosi seseorang yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Skizofrenia adalah gangguan mental yang identik dengan adanya kondisi dimana kognitif, perilaku bahkan emosi seseorang yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Skizofrenia memiliki gejala seperti adanya:
- Delusi
Orang yang mengalami skizofrenia memilki keyakinan yang kuat dan merasa benar akan sesuatu hal, padahal faktanya tidak sesuai atau bertentangan dengan keyakinan mereka tersebut.
- Halusinasi
Gejala yang satu ini dicirikan dengan ketika orang yang mengalami skizofrenia merasa mendengar, merasakan,mencium, melihat atau menyentuh sesuatu yang sebenarnya tidak ada di saat itu.
- Omongan yang kacau (melantur)
Penderita skizofrenia sering berbicara namun apa yang disampaikan kerap kali tidak berhubungan dengan lawan bicaranya.
- Perilaku tidak teratur (perilaku katatonik)
Orang dengan skizofrenia menujukkan perilaku yang aneh dan tidak memiliki tujuan.
- Gejala-gejala negatif seperti berkurangnya ekspresi emosional, menarik diri dari lingkungan sosial
Respon atau ekspresi emosional orang dengan skizofrenia sering tidak dapat diduga. Hal ini lah yang mengakibatkan mereka cenderung kesulitan mengatur perilaku mereka.
Menurut DSM V, seseorang dikatakan mengalami skizofrenia ketika setidaknya gejala-gejala diatas terjadi selama minimal enam bulan, namun masing-masing gejala harus muncul secara terus-menerus dalam waktu satu bulan di periode enam bulan tersebut. Jadi contohnya apabila seseorang hanya mengalami halusinasi saja, bisa jadi gejala itu bukan gangguan mental skizofrenia.
Kapan Gejala Skizofrenia Muncul?
Gejala skizofrenia umumnya muncul antara usia akhir masa remaja dan pertengahan usia 30an. Jika dilihat dari sisi gender, puncak muncul gejala skizofrenia ini berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Pada laki-laki gejalanya muncul di awal hingga pertengahan usia 20an. Sementara itu, pada perempuan muncul pada usia akhir 20an.
Apa yang Menyebabkan Skizofrenia?
Penyebab skizofrenia dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yakni genetik, lingkungan, serta penggunaan obat-obatan.
- Genetik
Beberapa ilmuwan menyebutkan bahwa skizofrenia memiliki hubungan kuat dengan faktor genetik penderitanya. Keluarga dengan riwayat kesehatan mengalami gangguan mental skizofrenia cenderung mewarisi gangguan ini juga kepada anggotanya.
Tidak hanya itu, skizofrenia dapat dipengaruhi dari kondisi ibu ketika mengandung penderita skizofrenia tersebut. Ibu yang hamil dan mengalami komplikasi saat melahirkan cenderung memiliki resiko melahirkan bayi yang mengidap skizofrenia.
- Lingkungan
Selain faktor genetik, skizofrenia juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan misalnya terjadinya bullying, kekerasan fisik atau verbal, pelecehan seksual. Kondisi ini biasanya dapat muncul pada usia anak-anak yang sedang bertumbuh khususnya pada lingkungan perkotaan dan kelompok etnis minoritas.
- Penggunaan obat-obatan
Faktor eksternal lainnya yang juga menjadi penyebab skizofrenia adalah penggunaan obat-obatan. Penggunaan obat-obatan terutama pada usia remaja dan dewasa awal dapat meningkatkan terjadinya resiko skizofrenia. Mengendalikan faktor ini merupakan salah satu upaya untuk mencegah skizofrenia.
Penyebab skizofrenia dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yakni genetik, lingkungan, serta penggunaan obat-obatan.
Apakah Skizofrenia Sama Dengan Paranoid Personality Disorder?
Skizofrenia sering disebut sebagai paranoid personality disorder. Namun sebenarnya skizofrenia dan paranoid personality disorder merupakan dua gangguan mental yang berbeda.
Gejala paranoid biasanya dapat muncul pada penderita skizofrenia. Hal ini lah yang mengakibatkan kadang kala penyakit skizofrenia sulit didiagnosa secara akurat.
Apa Itu Skizofrenia Paranoid?
Pada DSM-IV skizofrenia diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yakni
- Paranoid type
- Disorganized type
- Catatonic type
- Undifferentiated type
- Residual type
Namun setelah dirilisnya DSM-V pada tahun 2013, klasifikasi skizofrenia tersebut dihapuskan. Menyoroti salah satu jenis skizofrenia yakni paranoid type, seseorang dikatakan tergolong skizofrenia jenis ini apabila mengalami gejala paranoid terutama delusi dan halusinasi.
Penyebab Paranoid
Paranoid dicirikan dengan perilaku delusi, halusinasi, gelisah, acuh tak acuh, marah bahkan perilaku argumentatif.
Paranoid bisa disebabkan faktor lingkungan. Orang-orang yang mengalami trauma, kekerasan, kondisi rumah tangga yang bermasalah, situasi penuh stres serta terisolasi memiliki resiko lebih tinggi mengalami paranoid.
Apakah Skizofrenia Merupakan Penyakit Keturunan?
Skizofrenia: Apakah akan menurun ke anak? Sekitar 10 % keluarga inti (ayah, ibu, saudara kandung) dengan mengidap skizofrenia, cenderung memiliki anggota keluarga yang mengalami skizofrenia. Hal ini dapat dikatakan bahwa skizofrenia merupakan penyakit keturunan.
Faktor Fisiologis dan Genetik Memicu Skizofrenia
Secara genetik, munculnya skizofrenia dipicu karena adanya kecenderungan resiko alel. Alel adalah bentuk alternatif dari gen dari suatu lokus.
Resiko alel ini berkaitan dengan DNA seseorang dimana mempengaruhi tingkat kedekatan dengan kerabat/saudaranya.
Tidak hanya faktor genetik, faktor fisiologis yang memicu skizofrenia dimulai dari masa kehamilan seorang ibu. Ibu yang mengalami komplikasi hipoksia serta usia ayah yang jauh lebih tua memiliki kecenderungan melahirkan anak dengan gangguan skizofrenia.
Dalam dunia kedokteran, hipoksia merupakan sebuah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam sel dan jaringan tubuh.

Apakah Skizofrenia Bisa Disebabkan oleh Trauma?
Bertolak dari salah satu gejala skizofrenia yang adalah paranoid dimana bisa diakibatkan oleh kondisi trauma seseorang, maka trauma juga bisa menyebabkan skizofrenia.
Namun hal ini mungkin masih menjadi perdebatan. Mengapa demikian?
Bethany Yeiser, seorang penulis buku berjudul Mind Estranged: My Journey from Schizophrenia and Homelessness to Recovery mematahkan mitos yang menyebutkan bahwa gangguan skizofrenia berkaitan erat dengan trauma masa kecil.
Beliau menceritakan masa kecilnya bersama orangtuanya sungguh menyenangkan. Namun pada kenyataannya dia tumbuh menjadi seorang skizofrenia. Hari-harinya dilalui dengan kebutuhan akan pertolongan orang tua dan dokter, untuk memulihkannya dari skizofrenia.
Kesimpulan: Penyebab Skizofrenia
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental kronis baik secara global maupun di Indonesia. Skizofrenia tidak semata-mata dipengaruhi oleh genetik (keturunan), melainkan juga oleh lingkungan serta penggunaan obat-obatan. Dapat atau tidaknya pengalaman trauma mengakibatkan skizofrenia masih jadi perdebatan.
Perlakuan masyarakat kepada penderita skizofrenia masih cenderung negatif. Oleh karena itu, penting sekali memberikan edukasi yang tepat tentang skizofrenia baik kepada keluarga penderita bahkan kepada masyarakat luas agar memperlakukan penderita dengan baik sehingga penderita mengalami kepulihan. Kompleksitas ini menimbulkan keraguan tentang kemungkinan skizofrenia bisa disembuhkan.
Referensi
American Psychiatric Assoication. (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition. America: Washington.
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical of Mental Disorders, Fifth Edition. America: Arlington.
https://intelresos.kemensos.go.id/new/?module=Program+Gsp&view=fakta#:~:text=Jika%20mengacu%20pada%20prevalensi%20badan,sekitar%202%2C6%20juta%20orang
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog