Sub Topik

Benarkah tingkat depresi meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia? Atau ini hanya isu yang dibesar-besarkan? Dan yang lebih penting lagi, apa yang mempengaruhi angka kasus depresi di Indonesia?
Statistik Orang Indonesia Alami Depresi
Di Indonesia, sangat sulit untuk mengumpulkan data terkait kesehatan mental. WHO sendiri menggolongkan data kesehatan mental Indonesia pada level 4. Ini artinya data yang didapat tidak akurat. Walau demikian, ada berbagai sumber dan penelitian yang bisa digunakan sebagai gambaran tentang angka dan persentase depresi di Indonesia.
Depresi di Indonesia: Tahun 2017
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh WHO, Indonesia memiliki prevalensi depresi sebesar 3.7% di tahun 2017. Dalam satuan individu, persentase tersebut adalah sebanyak 9,162,886 orang.
Depresi di Indonesia: Tahun 2018
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2018, 12 juta orang di Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Populasi penduduk Indonesia pada tahun itu adalah 267.1 juta jiwa. Ini berarti ada lebih dari 4.49% penduduk Indonesia yang mengalami depresi. Persentase ini masih belum termasuk penduduk usia di bawah 15 tahun. Salah satu laporan bahkan menyatakan prevalensi depresi di Indonesia pada tahun 2018 adalah sebesar 6.1%.
Depresi di Indonesia: Tahun 2021
Di tahun 2021, survei yang bisa dipercaya adalah yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) dan University of Queensland, dengan didukung oleh berbagai pihak di Indonesia dan internasional. Penelitian ini berfokus pada remaja. Angka-angka yang mereka tunjukkan dapat membantu kita untuk mengerti kondisi kesehatan mental di Indonesia.
Mereka mengumpulkan data dari 5,750 orang remaja, 2,900 orang laki-laki dan 2,850 orang perempuan. Hasil survei tersebut menunjukkan adanya peningkatan emosi sedih maupun depresif. Pada laki-laki sebesar 1.5% dan perempuan 1.7%. Secara keseluruhan, para remaja tersebut mengalami kecenderungan depresi sebesar 1.6%.
Indonesia dari Tahun ke Tahun: Kasus Depresi Meningkat
Terlepas dari sulitnya mendapat data yang akurat dan berkesinambungan, berbagai laporan dari sumber yang terpercaya cukup mampu memberikan gambaran depresi di Indonesia. Mengamati berbagai angka tersebut, tampak adanya peningkatan kasus depresi di indonesia. Mengapa hal tersebut terjadi?
Kasus Depresi Meningkat secara Global
Penelitian dan survei menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan kasus depresi secara global yang berkaitan dengan perubahan akibat modernisasi. Ini terutama terjadi di negara-negara maju. Pengecualian adalah untuk negara Jepang.
Penelitian dan survei menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan kasus depresi secara global yang berkaitan dengan perubahan akibat modernisasi.
Modernisasi dan Depresi
Modernisasi dalam penelitian ini merujuk pada peningkatan teknologi dan pendapatan per kapita. Bersama modernisasi, tersebut, ditemukan adanya berbagai perubahan pada masyarakat yang kemudian meningkatkan risiko depresi.
Kesehatan Fisik dan Depresi
Tidak bisa dipungkiri, ada berbagai penyakit fisik yang sekarang lebih banyak berkembang dibandingkan beberapa dekade lalu. Misalnya obesitas yang banyak terjadi di negara-negara barat. Diabetes juga menjadi suatu penyakit yang banyak ditemukan saat ini jika dibandingkan beberapa dekade lalu. Berbagai masalah kesehatan fisik merupakan faktor risiko untuk gangguan depresi.
Gaya Hidup dan Depresi
Modernisasi juga mempengaruhi gaya hidup. Yang termasuk di dalamnya antara lain adalah diet, aktivitas fisik, paparan sinar matahari, dan kualitas tidur.
Aspek diet dan aktivitas fisik merupakan faktor yang membuat Jepang tidak jatuh pada perangkap depresi. Mereka memiliki diet yang sehat, yaitu berupa makanan laut, sayuran, berbagai macam hasil fermentasi, dan teh. Sedangkan di berbagai negara maju, terutama di wilayah barat, diet masyarakat lebih kepada makanan cepat saji, karbohidrat, dan minuman manis. Kondisi di Jepang juga membuat aktivitas hidup sehari-hari melibatkan pergerakan. Misalnya seperti berjalan kaki.
Lingkungan Sosial
Modernisasi juga berdampak pada gaya sosialisasi masyarakat. Penelitian menemukan bahwa masyarakat di negara-negara maju cenderung lebih kompetitif, kesepian, dan terisolasi. Aspek ini berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi depresi.
Indonesia: Kenapa Depresi Terus Meningkat?
Indonesia bukan negara maju sehingga berbagai aspek modernisasi yang mempengaruhi depresi tidak terlalu berpengaruh di indonesia. Penelitian bahkan menemukan bahwa salah satu suku asli Toraja yang masih memiliki gaya hidup berburu memiliki prevalensi depresi yang sangat rendah. Namun itu adalah pengecualian. Secara umum, prevalensi depresi di Indonesia juga tidak boleh diabaikan.
Di Indonesia, ada berbagai hal yang mempengaruhi tingkat kasus depresi. Mulai dari kebudayaan, kondisi ekonomi, sosiodemografi, dan tidak meratanya penyebaran berbagai informasi. Selain itu, ada aspek-aspek global lainnya yang mempengaruhi tingkat depresi di Indonesia.
Faktor Global: Gaya Hidup
Tidak bisa dipungkiri, ada kelompok masyarakat Indonesia yang terpengaruh oleh aspek modernisasi. Mereka mungkin bukan sebagian besar masyarakat Indonesia namun mereka mengadopsi gaya hidup yang meningkatkan risiko depresi. Termasuk di dalamnya adalah diet yang tidak sehat, rendahnya aktivitas fisik, minimnya sosialisasi, dan aspek modernisasi lainnya.
Faktor Global: Pandemi Covid-19 Tingkatkan Depresi Anak
Salah satu aspek global yang cukup mempengaruhi tingkat depresi di Indonesia adalah pandemi Covid-19. Sebuah survei tentang kesehatan mental di Indonesia melaporkan adanya peningkatan masalah kesehatan mental remaja selama pandemi Covid-19. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan prevalensi depresi.
Sosiodemografi: Kesadaran akan Kesehatan Mental Tidak Merata
Sebagian dari depresi yang terjadi di Indonesia mungkin bisa dicegah sebelum berkembang menjadi gangguan. Orang yang menunjukkan gejala awal depresi harusnya mendapatkan penanganan profesional. Sayangnya, tidak semua orang sadar akan berbagai gejala dan gangguan terkait kesehatan mental. Akibatnya mereka tidak mencoba untuk mencari bantuan sebelum kasus menjadi parah.
Penyebaran dan pendidikan tentang kesehatan mental memang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Selain demografi, ini juga dipengaruhi oleh sifat atau bentuk interaksi masyarakat.
Budaya dan Agama: Stigma Negatif pada Gangguan Mental
Masyarakat Indonesia masih memiliki stigma negatif terhadap berbagai gangguan mental, termasuk depresi. Orang-orang dengan gangguan mental dianggap kurang beriman. Ini membuat keluarga cenderung menyembunyikan kondisi anggota keluarga lainnya yang mengalami depresi. Akibatnya, orang-orang dengan depresi tidak mendapatkan penanganan yang layak dan kondisi mereka menjadi semakin parah.
Penyebaran Informasi: Cara Mendapatkan Layanan
Bagi sebagian orang, kurangnya informasi tentang kesehatan mental menjadi hambatan tersendiri. Pengetahuan masyarakat terkait instansi pemberi layanan kesehatan mental terbatas pada rumah sakit jiwa saja. Padahal layanan kesehatan mental bisa didapatkan juga di puskesmas, di berbagai praktik kesehatan mental, maupun institusi pendidikan psikologi.
Sosioekonomi: Ketakutan akan Biaya
Masih banyak orang yang menganggap bahwa layanan kesehatan mental adalah suatu kemewahan. Padahal, sekarang gangguan mental sudah ditanggung oleh BPJS. Depresi sendiri merupakan salah satu gangguan mental serius yang masuk dalam tanggungan BPJS.
Bagaimana Mencegah Lajunya Angka Depresi?
Lajunya peningkatan kasus depresi harus diperlambat. Usaha ini tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Semua orang harus turut terlibat dalam kapasitasnya masing-masing.
Tingkatkan Pengetahuan tentang Kesehatan Mental
Setiap orang harusnya bisa mengedukasi diri sendiri tentang kesehatan mental. Ini penting untuk diri sendiri dan orang sekitar. Pemahaman dasar tentang kesehatan mental akan membantu meningkatkan kewaspadaan. Dengan demikian, setiap orang bisa mengenali berbagai situasi yang membutuhkan bantuan profesional.
Dukung Orang dengan Gangguan Mental
Pemahaman tentang kesehatan mental juga bisa membuka mata tentang gangguan mental yang dialami orang lain. Dengan demikian, individu bisa berpikir terbuka tentang gangguan mental dan tidak memiliki pemikiran yang negatif. Selain itu, pemahaman akan meningkatkan empati yang pada akhirnya membuat individu lebih siap untuk memberikan dukungan pada orang dengan gangguan mental.
Bagikan Informasi Kesehatan Mental pada Orang lain
Saat ini, sangat mudah untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan mental. Terutama dari internet. Tidak semua informasi yang ada bisa dipercaya, namun sangat banyak juga yang bisa diuji kebenarannya. Temukan sumber informasi kesehatan mental yang bisa dipercaya dan bagikan dengan orang lain.

Ikut Program BPJS
Pemerintah sudah menyediakan BPJS untuk semua orang. Tidak hanya untuk menjaga kesehatan secara fisik, setiap orang perlu mempersiapkan berbagai kemungkinan terkait kesehatan mental juga. Karena itu, jangan ragu untuk ikut dalam program BPJS dan memanfaatkannya saat ada keluhan terkait kesehatan mental.
Mengurangi Depresi Dengan Merubah Stigma Negatif Gangguan Mental
Ada peningkatan prevalensi depresi yang dikaitkan dengan modernisasi di berbagai negara maju. Selain itu, secara umum depresi juga terus terjadi di Indonesia. Berbeda dengan berbagai negara maju, aspek yang mempengaruhi depresi di Indonesia bersumber dari kebudayaan, kondisi ekonomi, sosiodemografi, dan kurangnya pemahaman akan kesehatan mental secara umum.
Berbeda dengan berbagai negara maju, aspek yang mempengaruhi depresi di Indonesia bersumber dari kebudayaan, kondisi ekonomi, sosiodemografi, dan kurangnya pemahaman akan kesehatan mental secara umum.
Untuk itu, yang harus dilakukan adalah mengubah berbagai hal terkait faktor tersebut, termasuk merubah stigma negatif terhadap gangguan mental. Ingat, tingkat depresi meningkat terus tanpa intervensi, karena itu setiap orang perlu terlibat untuk mengurangi lajunya.
Referensi
Center for Reproductive Health, University of Queensland, & John Hopkins Bloomberg School of Public Health. (2022). Indonesia-National adolescent mental health survey (I-NAMHS) report. Center for Reproductive Health.
Hartini, N., Fardana, N. A., Ariana, A. D., & Wardana, N. D. (2018). Stigma toward people with mental health problems in Indonesia. Psychol Res Behav Manag, 11: 535-541.
Hidaka, B. H. (2012). Depression as a disease of modernity: explanations for increasing prevalence. J Affect Disord, 140(3): 205-214.
Rokom. (07 Oktober 2021). Kemenkes beberkan masalah permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia. Retrieved July 02, 2023, from https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/
Suryaputri, I. Y., Musbasyiroh, R., Idaiani, S., & Indrawati, L. (2021). Determinants of depression in Indonesian youth: Findings from a community-based survey. J Prev Med Public Health, 55(1): 88-97.
World Health Organization. (2017). Depression and other common mental disorders: Global health estimates. WHO: Geneva.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog