Sub Topik

Kesehatan mental guru sangat menentukan kualitas dan kemampuan guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pengajar dan pendidik. Masalahnya, profesi guru memiliki risiko stres dan burnout akibat beban tugas yang tinggi. Padahal kesehatan mental juga berperan besar dalam membangun daya tahan. Daya tahan inilah yang membuat seorang guru tidak meninggalkan profesi sebagai pengajar. Tetapi, apakah peran kesehatan mental guru hanya sebatas itu saja?
Gambaran Kesehatan Mental Guru
Guru dikenal dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa. Sebutan ini sebenarnya tidak berlebihan mengingat peran mereka dalam mendidik generasi penerus bangsa. Perjuangan mereka juga tidak bisa disepelekan, walau kadang orang tua dan masyarakat tidak menyadari hal tersebut.
Risiko Profesi Guru
Penelitian menunjukkan bahwa profesi guru merupakan salah satu pekerjaan dengan risiko tinggi. Risiko ini berkaitan dengan berbagai aspek individual dan organisasi. Permasalahan dan gangguan yang sering ditemukan pada guru antara lain adalah stres, burnout, kepuasan kerja yang rendah, ketidakhadiran, hingga keinginan yang tinggi untuk berhenti mengajar.
Permasalahan dan gangguan yang sering ditemukan pada guru antara lain adalah stres, burnout, kepuasan kerja yang rendah, ketidakhadiran, hingga keinginan yang tinggi untuk berhenti mengajar.
Beban Emosional Seorang Guru
Mengajar adalah pekerjaan dengan beban emosional yang tinggi. Berbagai tekanan dan tuntutan yang ada membuat guru lelah secara emosional. Masalah emosional ini pada akhirnya bahkan bisa menimbulkan keluhan kesehatan fisik.
Beban Tugas dan Tekanan Orang Tua
Stres yang dialami seorang guru bisa datang dari berbagai sumber. Di antaranya adalah ukuran kelas yang harus ditanggungjawabi, tuntutan dari pihak sekolah dan orang tua, serta kesenjangan antara harapan dengan keterampilan mengajar. Di dalam kelas, guru juga harus mampu mengatur siswa dengan latar belakang, kepribadian, dan kemampuan belajar yang beragam.
Kesehatan Mental Guru di Masa Pandemi
Kesenjangan antara tuntutan profesi guru dan keterampilan mengajar terlihat semakin nyata selama pandemi Covid-19. Guru dipaksa untuk beradaptasi dengan proses mengajar yang berbeda dari yang selama ini mereka lakukan. Ini menjadi tekanan baru tersendiri. Guru yang lambat beradaptasi dengan perubahan tersebut bisa kehilangan motivasi kerja, merasa tidak percaya diri, dan berbagai kondisi lainnya. Secara spesifik, pandemi juga meningkatkan masalah kecemasan dan depresi pada guru.
Peran Kesehatan Mental Guru dalam Proses Mengajar
Kesehatan mental seseorang biasanya berdampak tidak hanya pada dirinya sendiri. Lingkungan tempat seseorang berada akan terpengaruh oleh berbagai tingkah laku orang tersebut. Demikian juga dengan seorang guru. Selain lingkungan pribadinya, ia akan mempengaruhi lingkungan sekolah tempat ia mengajar.
Kesehatan Mental dan Kepercayaan Diri Guru
Guru yang memiliki masalah kesehatan mental biasanya memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hal ini kemudian mempengaruhi persepsi guru tentang dirinya sendiri, terutama terkait kemampuan untuk membimbing siswa.
Jika siswa memiliki masalah, guru tidak memiliki kepercayaan diri untuk membantu siswa. Ini terutama jika masalah yang dihadapi adalah masalah emosional. Akibatnya, guru tidak maksimal dalam memberikan dukungan pada proses perkembangan siswa.
Kemampuan Guru Melaksanakan Fungsi Pekerjaan
Guru dengan masalah kesehatan mental akan mengalami kesulitan untuk mengatur kelas secara efektif. Sebagai akibatnya, proses belajar di kelas tidak maksimal. Dampaknya bisa dirasakan siswa dalam jangka panjang. Mereka mungkin tidak menyerap pelajaran secara maksimal dan tidak berprestasi maksimal.
Selain itu, guru juga kesulitan untuk menerapkan disiplin pada siswa. Padahal disiplin merupakan salah satu hal penting yang bisa dipelajari di kelas.
Guru Tidak Menjadi Model yang Positif
Saat guru tidak efektif dalam mengatur kelas, guru juga menunjukkan contoh performa kerja yang tidak maksimal. Selain itu, jika masalah kesehatan mental mempengaruhi kemampuan guru mengatur emosinya, ia berisiko menunjukkan ekspresi emosi yang tidak stabil di kelas.
Misalnya, seorang guru menjadi agresif karena stres. Ia mudah marah, menggunakan kata-kata kasar, dan cenderung kurang rasional dalam merespons siswa. Ini akan menjadi contoh buruknya regulasi emosi guru sebagai orang dewasa di ruang kelas.
Kemampuan Guru Menjalin Hubungan dengan Siswa
Guru dengan masalah kesehatan mental akan mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan yang bermakna. Demikian sebaliknya. Guru dengan kesejahteraan mental yang baik mampu menjalin hubungan positif dengan lingkungannya. Termasuk di dalamnya adalah siswa didik.
Kesehatan Mental Guru dan Siswa
Kesehatan mental guru memiliki hubungan dengan kesejahteraan mental siswa. Siswa yang memiliki hubungan positif dengan guru memiliki kecenderungan depresi yang lebih rendah. Hubungan yang demikian dapat menjadi salah satu unsur dukungan sosial bagi siswa. Dari sisi guru, hubungan positif tersebut hanya bisa dibangun jika guru memiliki kesejahteraan mental yang baik.
Kehadiran Guru di Kelas
Masalah kesehatan mental tertentu mungkin membuat guru sulit untuk hadir di kelas. Misalnya jika guru mengalami depresi. Ia tidak memiliki energi dan motivasi untuk beraktivitas. Guru kemudian absen dari kelas sehingga proses belajar siswa terhambat.
Tips Menjaga Kesehatan Mental Guru
Mengingat kesehatan mental guru berdampak pada siswa, maka penting bagi guru untuk menjaga kesehatan mental pribadi. Untungnya ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan dan menjaga kesehatan mental seorang guru.
Psikoedukasi tentang Kesehatan Mental
Langkah pertama untuk meningkatkan kesehatan mental pribadi setiap orang adalah pengenalan tentang kesehatan mental. Sama seperti setiap orang menyadari pentingnya kesehatan fisik, maka setiap orang juga perlu tahu apa itu kesehatan mental dan arti pentingnya.
Langkah pertama ini bisa dilakukan secara pribadi maupun dengan bantuan pelatihan. Secara pribadi, guru bisa membaca berbagai buku dan artikel terpercaya yang menjelaskan tentang kesehatan mental. Sedangkan pelatihan yang lebih terstruktur bisa didapatkan dari para profesional di bidang kesehatan mental.

Pelatihan Manajemen Emosi
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan emotional intelligence yang baik dapat mengatur emosinya. Dengan kemampuan tersebut, mereka tidak rentan terhadap berbagai tekanan yang ada.
Kemampuan tersebut bisa dipelajari dengan pelatihan manajemen emosi. Pelatihan ini terbukti cukup efektif untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis (psychological well being) guru.
Pelatihan Manajemen Pekerjaan
Beban kerja guru membuat risiko stres dan burnout lebih tinggi. Hal ini bisa dicegah dengan manajemen pekerjaan. Ini tentunya membutuhkan pelatihan tersendiri. Guru perlu berlatih memilah prioritas, membuat jadwal pekerjaan dan kegiatan pribadi, serta berbagai teknik lainnya. Tujuannya adalah untuk mencegah pekerjaan menumpuk di satu rentang waktu tertentu.
Work-Life Balance
Menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci penting untuk setiap pekerjaan. Bagi guru, ini berarti menyeimbangkan peran sebagai guru dan sebagai individu. Keseimbangan ini harus disertai dengan kemampuan untuk mengatur waktu, pengenalan diri, dan dukungan sosial yang memadai. Manajemen waktu berguna untuk memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi. Pengenalan diri akan membantu menemukan suatu aktivitas yang bisa mengembalikan energi dan semangat kerja. Sedangkan dukungan sosial dapat berguna saat guru sebagai individu berada pada situasi yang rentan.
Kesehatan Mental Guru akan Tentukan Kualitas Pendidikan
Profesi guru adalah pekerjaan dengan risiko permasalahan kesehatan mental yang tinggi. Guru yang mengalami masalah terkait kesehatan mental sulit untuk menjalin hubungan positif dengan siswa, tidak percaya diri dalam mengajar dan membantu siswa, gagal menjadi model dan dukungan sosial bagi siswa, dan secara umum tidak efektif dalam mengajar.
Guru yang mengalami masalah terkait kesehatan mental sulit untuk menjalin hubungan positif dengan siswa, tidak percaya diri dalam mengajar dan membantu siswa, gagal menjadi model dan dukungan sosial bagi siswa, dan secara umum tidak efektif dalam mengajar.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesehatan mental guru antara lain adalah dengan psikoedukasi terkait kesehatan mental, manajemen emosi, dan manajemen pekerjaan. Terlepas dari itu, penting bagi orang tua dan manajemen sekolah untuk paham tentang kondisi kesehatan mental guru mengingat peran mereka dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Referensi
Gray, C., Wilcox, G., & Nordstokke, D. (2017). Teacher mental health, school climate, inclusive education and student learning: A review. Canadian Psychology/Psychologie canadienne, 58(3), 203–210.
Harding, S. et al. (2019). Is teachers’ mental health and wellbeing associated with students’ mental health and wellbeing? Journal of Affective Disorders, 242: 180-187.
McLean, L. & Connor, C. M. (2015). Depressive symptoms in third-grade teachers: Relations to classroom quality and student achievement. Child Development, 86(3): 945-954.
Mérida-López, S. & Extremera, N. (2017). Emotional intelligence and teacher burnout: A systematic review. International Journal of Educational Research, 85: 121-130.
Ozamiz-Etxebarria, N., Mondragon, N. I., Bueno-Notivol, J., Pérez-Moreno, M., & Santabárbara, J. (2021). Prevalence of anxiety, depression, and stress among teachers during the Covid-19 pandemic: A rapid systematic review with meta-analysis. Brain Sciences, 11(9).
Vesely, A. K., Saklofske, D. H., & Nordstokke, D. W. (2014). EI training and pre-service teacher wellbeing. Personality and Individual Differences, 65: 81-85.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog