Sub Topik

Aku sedang menyesap kopi di suatu kafe. Lalu segerombolan anak remaja duduk membelakangiku.
“Eh tau ga sih, aku semalem bipolar tau” ucap salah satu remaja tersebut (sebut saja Anggrek). Aku hampir tersedak mendengar ucapannya.
“Kemarin aku tiba-tiba seneng banget karena biasku mau comeback. Tapi abis itu aku jadi galau sampe nangis bombai” ucap Anggrek. “Eh kalo gitu waktu itu aku juga bipolar dong!” seru si B, teman Anggrek. “Itu loh, pas aku labrak si C. Kan awalnya aku seneng-seneng bareng kalian. Terus pas dia lewat aku malah tiba-tiba labrak” ucap si B.
“Yee itu ma gara-gara kamu tau si C pacarnya mantan kamu, makanya kamu ga terima” celetuk D. Segerombolan remaja itu pun tertawa.
Perbincangan tersebut mendorongku untuk menulis artikel ini menjelaskan tentang bipolar. Tentunya didukung dengan hasil riset para ahli agar kita memiliki pemahaman yang benar mengenai bipolar.
Apa Itu Bipolar?
Bipolar adalah gangguan suasana hati (mood) yang terjadi secara berulang, dimulai dari adanya kesenangan yang ekstrem atau mania hingga depresi berat (American Psychiatric Association, 2013).
Gangguan bipolar bukan hanya tentang perubahan suasana hati saja. Gangguan ini merupakan kondisi kesehatan mental yang serius karena melibatkan perubahan suasana hati yang ekstrem.
Bipolar adalah gangguan suasana hati (mood) yang terjadi secara berulang, dimulai dari adanya kesenangan yang ekstrem atau mania hingga depresi berat
Gangguan Bipolar dalam Angka
Gangguan bipolar bukan kondisi yang langka. Faktanya, gangguan ini mempengaruhi berbagai populasi dunia sebanyak 1% terlepas dari kebangsaan, status sosial ekonomi, dan asal etnis (Grande et al., 2016). Hasil survei the National Institute of Mental Health mengatakan bahwa sebanyak 2.8% (sekitar 5 juta jiwa) orang dewasa di Amerika Serikat didiagnosis gangguan bipolar (Holland & Raypole, 2021).
Jenis-jenis Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Bipolar I, Bipolar II, dan cyclothymia.
Bipolar I
Orang dengan gangguan Bipolar I setidaknya mengalami satu kali episode manik. Selain itu, mereka dapat mengalami episode hipomanik yang lebih ringan daripada episode manik. Mereka juga mungkin mengalami episode depresi mayor sebelum dan sesudah episode manik (American Psychiatric Association, 2013).
Bipolar II
Orang dengan gangguan Bipolar II mengalami satu episode depresi mayor yang terjadi selama 2 minggu. Mereka juga mempunyai satu episode hipomanik yang berlangsung sekitar 4 hari (American Psychiatric Association, 2013).
Cyclothymia
Orang dengan gangguan cyclothymia mengalami episode hipomania dan depresi. Episode yang dirasakan dari gangguan ini lebih pendek dan kurang parah daripada mania dan depresi yang disebabkan oleh gangguan bipolar I atau bipolar II. Perbedaan gangguan ini dengan gangguan bipolar I dan bipolar II adalah kebanyakan mereka tidak mengalami gejala perubahan mood selama 1 atau 2 bulan pada waktu tertentu (American Psychiatric Association, 2013).
Gejala Gangguan Bipolar
Orang dengan gangguan bipolar mengalami perubahan suasana hati yang dramatis seperti depresi dan mania. Sifat dan tingkat keparahan gejalanya pun bergantung pada jenis gangguan bipolar yang mereka miliki.
Gejala Bipolar Mania atau Hipomania
Gejala episode mania atau hipomania yang dirasakan oleh orang dengan gangguan bipolar adalah (American Psychiatric Association, 2013):
- Mudah terdistraksi
- Jam tidur yang berkurang
- Delusi atau halusinasi
- Suasana hati yang meningkat drastis
- Harga diri yang meningkat drastis
- Munculnya perilaku impulsif yang berisiko (misal pembelian impulsif, tergiur investasi bodong, dan sebagainya)
- Meningkatnya hasrat seksual
- Menanggapi stimulus yang berlebihan dari orang lain (iritabilitas)
- Munculnya tindakan permusuhan dan agresi kepada orang lain
- Agitasi fisik dan bergerak tanpa henti
- Lebih sering berbicara daripada sebelumnya
- Racing thoughts (pola pikiran repetitif yang membuat mereka kewalahan)
Episode manik berlangsung setidaknya selama tujuh hari. Sedangkan episode hipomanik berlangsung setidaknya selama empat hari.
Gejala Bipolar Depresi
Selama episode depresi, orang dengan gangguan bipolar mungkin mengalami beberapa gejala di bawah ini (American Psychiatric Association, 2013):
- Menangis tanpa alasan dalam waktu lama
- Sulit berkonsentrasi atau ragu-ragu
- Merasa pusing dan lelah sepanjang hari
- Merasa bersalah dan tidak berguna sepanjang hari
- Hilangnya minat untuk melakukan hobi atau aktivitas lainnya
- Insomnia atau hipersomnia
- Adanya pikiran untuk bunuh diri atau dorongan untuk melukai diri sendiri
Gejala Bipolar Pada Remaja
Kebanyakan orang didiagnosis gangguan bipolar saat remaja atau dewasa. Namun, gejalanya dapat muncul lebih awal di masa anak-anak. Gangguan bipolar seringkali bersifat episodik dan dapat berlangsung seumur hidup. Perubahan suasana hati dan perilaku yang dialami remaja dengan gangguan bipolar sangat berbeda dengan suasana hati dan perilaku remaja pada umumnya (NIMH, 2020).
Gejala-gejala episode manik yang tampak pada remaja adalah (Birmaher, 2013; NIMH, 2020):
- Terlihat bahagia dan konyol yang intens dalam waktu lama
- Mempunyai temperamen yang sangat pendek dan mudah tersinggung
- Berbicara cepat tentang banyak hal berbeda
- Susah tidur dan tidak merasa lelah
- Sulit fokus dan konsentrasi

- Tertarik atau terlibat dalam aktivitas menyenangkan yang berisiko (misal pesta narkotika, kebut-kebutan, dan lainnya)
- Melakukan hal-hal yang berisiko dan sembrono (misal mencoba terbang dari pohon tinggi, menyeberang jalan tanpa memperhatikan lalu lintas, dan lainnya)
- Peningkatan aktivitas seksual (misal menggambar orang telanjang, menyentuh alat kelamin, dan lainnya)
Sedangkan gejala-gejala episode depresi yang tampak pada remaja adalah (Birmaher, 2013; NIMH, 2020):
- Terlihat marah dan agresif
- Banyak mengeluh sakit seperti sakit perut dan sakit kepala
- Insomnia atau hipersomnia
- Sulit berkonsentrasi
- Merasa putus asa dan tidak berharga
- Sulit berkomunikasi dan mempertahankan hubungan
- Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit
- Hanya punya sedikit energi dan tidak tertarik dengan hobi
- Memiliki pikiran tentang kematian dan bunuh diri
Penyebab Gangguan Bipolar
Mengapa bisa terjadi bipolar? Para ahli tidak tahu secara pasti apa penyebab gangguan bipolar. Namun, beberapa menyebutkan bahwa ada faktor-faktor penyebab bipolar adalah di antaranya (Holland & Raypole, 2021; NIMH, 2020):
- Trauma & Stress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trauma dan peristiwa yang stressful dapat meningkatkan risiko gangguan bipolar. Peristiwa yang stressful dapat mencakup pelecehan di masa kanak-kanak atau kematian orang yang dicintai.
- Riwayat Keluarga. Hasil penelitian menunjukkan kemungkinan orang mengalami gangguan lebih tinggi jika mereka memiliki anggota keluarga terdekat dengan riwayat gangguan bipolar. Namun, perlu digaris bawahi bahwa hanya karena salah satu anggota keluarga memiliki gangguan bipolar, bukan berarti seluruh anggota keluarga akan mengalaminya.
Hanya karena salah satu anggota keluarga memiliki gangguan bipolar, bukan berarti seluruh anggota keluarga akan mengalaminya
Apakah Bipolar Menurun?
Hasil penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa faktor genetik terhadap gangguan bipolar memiliki kontribusi sebesar 40-70%. Selain itu, persentase risiko gangguan bipolar menurun kepada anggota keluarga terdekat adalah 5-10% (Rowland & Marwaha, 2018). Tapi bukan berarti gen menjadi faktor utama penyebab gangguan bipolar, karena beberapa faktor lainnya pun turut berperan dalam menyebabkan gangguan bipolar.
Penutup: Gejala dan Penyebab Bipolar
Semoga artikel ini dapat membantu kamu untuk memiliki pemahaman yang benar tentang bipolar. Untuk identifikasi lebih lanjut, kamu bisa pergi ke profesional untuk membantu kamu mengetahui kondisi kesehatan mental yang sedang kamu rasakan.
Perlu diingat bahwa membaca artikel saja tidak cukup untuk menyimpulkan apakah kamu mengalami gangguan bipolar atau tidak. Jadi, jangan ragu untuk pergi ke profesional.
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorder 5thEdition (DSM-V). American Psychiatric Publishing.
Birmaher, B. (2013). Bipolar disorder in children and adolescents. Child and Adolescent Mental Health, 18(3), 140–148. https://doi.org/10.1111/CAMH.12021
Grande, I., Berk, M., Birmaher, B., & Vieta, E. (2016). Bipolar disorder. The Lancet, 387(10027), 1561–1572. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(15)00241-X
Holland, K., & Raypole, C. (2021, November 29). What’s Bipolar Disorder? How Do I Know If I Have It? Retrieved July 5 2022, from https://www.healthline.com/health/bipolar-disorder
NIMH. (2020). Bipolar Disorder in Children and Teens. Retrieved July 5 2022, from https://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolar-disorder-in-children-and-teens
Rowland, T. A., & Marwaha, S. (2018). Epidemiology and risk factors for bipolar disorder. Therapeutic Advances in Psychopharmacology, 8(9), 251–269. https://doi.org/10.1177/2045125318769235
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog