Sub Topik

“Retardasi mental apa bisa disembuhkan?” tanya adikku setelah kami menjenguk anak salah seorang sepupu yang didiagnosis mengalami retardasi mental. “Itu cacat mental kan? Apa cacat mental bisa disembuhkan?”
Pertanyaan yang sama pasti memenuhi benak sepupu kami tadi. Dan, ketakutan terhadap berbagai kemungkinan jawabannya menghantui orang tua dan keluarga dari setiap anak dengan retardasi mental.
Apa Itu Cacat Mental?
Cacat mental retardasi adalah suatu gangguan yang ditandai dengan fungsi intelektual yang di bawah rata-rata dan kurangnya keterampilan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Ciri lainnya dari cacat mental adalah adanya defisit pada penalaran, pemikiran abstrak, penilaian, pembelajaran akademik, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman (American Psychiatric Association, 2013).
Dalam buku Diagnostic and Statistical Mental Disorders (DSM) versi ke-empat, tingkat keparahan cacat mental diklasifikasikan berdasarkan IQ. Saat ini, tingkat keparahan cacat mental ditentukan berdasarkan kemampuan seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan sehari-hari. Tingkat ini dikategorikan sebagai ringan, sedang, berat, atau mendalam (American Psychiatric Association, 2013). Lebih lanjut, penyandang cacat mental umumnya memiliki kondisi mental, saraf, medis, dan fisik yang terganggu dan terjadi secara bersamaan. Misalnya gangguan mental lain dan epilepsi dapat terjadi tiga sampai empat kali lebih tinggi pada orang dengan cacat mental dibandingkan pada populasi pada umumnya (Psychology Today, 2022).
Retardasi Mental Pada Anak
Retardasi mental pada anak dapat muncul selama masa bayi, atau mungkin terlihat saat anak menginjak usia sekolah. Tanda ini muncul bergantung pada tingkat keparahan retardasi mental. Beberapa tanda retardasi mental yang paling umum muncul pada anak adalah (American Psychiatric Association, 2013):
- Terlambat belajar duduk, merangkak, dan berjalan
- Berbicara terlambat atau mengalami masalah dengan berbicara
- Lambat menguasai kehidupan sehari-hari seperti latihan toileting, berpakaian, dan makan sendiri
- Sulit mengingat sesuatu
- Bertindak impulsif tanpa memikirkan konsekuensi
- Masalah perilaku seperti tantrum yang meledak-ledak
- Sulit berpikir logis dan problem solving
Anak-anak dengan retardasi mental yang parah atau berat memiliki kemungkinan untuk mengalami masalah kesehatan juga. Masalah kesehatan ini terdiri dari kejang, gangguan mood, gangguan keterampilan motorik, masalah penglihatan, atau masalah pendengaran.
Apakah Retardasi Mental Bisa Disembuhkan?
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang pasti untuk menyembuhkan retardasi mental. Kondisi ini dapat berlangsung seumur hidup sehingga perlu penanganan yang berkesinambungan. Kunci perawatan yang tepat adalah intervensi sejak dini. Selain itu, mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang akurat setelah melihat gejala awal sangat penting. Perawatan untuk orang dengan retardasi mental bukan untuk menyembuhkan mereka melainkan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi sehari-hari sehingga mereka dapat mengaktualisasikan diri secara maksimal di masyarakat (Boat & Wu, 2015).
Perawatan untuk orang dengan retardasi mental bukan untuk menyembuhkan mereka melainkan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi sehari-hari sehingga mereka dapat mengaktualisasikan diri secara maksimal di masyarakat
Lebih lanjut, kejadian retardasi mental dapat terdeteksi ketika individu berusia sekolah. Hal ini dilihat ketika anak tidak mampu mencapai atau mengalami keterlambatan dalam melewati fase tugas perkembangan. Orangtua dapat segera pergi ke profesional jika keterampilan motorik, bahasa, dan kognitif anak tampak berkembang lebih lambat daripada teman-teman sebayanya (Psychology Today, 2022).
Bagaimana Cara Pengobatan Pada Penderita Retardasi Mental?
Pengobatan dan perawatan orang dengan retardasi mental harus segera dilakukan secepat mungkin setelah asesmen dilakukan. Tujuannya adalah untuk meminimalisir gejala retardasi mental, mencegah kondisi orang dengan retardasi mental memburuk, dan meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.
Kualitas hidup seseorang dapat meningkat jika mendapatkan perawatan, dukungan, dan layanan yang tepat. Untuk mengembangkan rencana perawatan yang tepat, penilaian harus dilakukan sesuai dengan umur anak. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui tugas perkembangan yang terlewat pada anak. Melalui perawatan ini, anak dapat mengembangkan potensi mereka sepenuhnya sehingga dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial (Psychology Today, 2022).
Di bawah ini terdapat cara pengobatan dan perawatan yang dapat dilakukan orang dan keluarga dengan retardasi mental (Lee et al., 2022):
- Memberikan pendidikan yang tepat/Educational Support
Orang dengan retardasi mental perlu mendapatkan pendidikan yang tepat. Hal ini merupakan komponen yang penting dari manajemen retardasi mental. Salah satu pendidikan yang dapat diberikan pada orang dengan retardasi mental adalah pendidikan khusus. Perbedaan pendidikan khusus dengan pendidikan pada umumnya adalah kurikulum pendidikan khusus dirancang secara komprehensif untuk merencanakan transisi dari masa anak-anak ke dewasa dengan fokus pada peningkatan kemandirian. Selain itu, individu akan diajarkan tentang bagaimana mereka mencari bantuan, keterampilan perilaku, keterampilan komunikasi, keterampilan kehidupan sehari-hari, dan keterampilan sosial.
Di sisi lain, individu tetap dapat bersekolah di sekolah umum. Namun, mereka membutuhkan pendamping saat di sekolah untuk menciptakan kenyamanan dan memenuhi kebutuhannya

- Memberikan edukasi kepada keluarga/Family education
Pemberian edukasi kepada keluarga dapat dilakukan dengan membantu anggota keluarga dalam memahami retardasi mental, seperti definisi, manajemen, dan prognosis. Kemudian profesional dapat memfasilitasi keluarga mereka dengan memberikan layanan dan peralatan yang sesuai serta memberikan pelatihan penanganan orang dengan retardasi mental yang tepat.
Melalui edukasi yang tepat, keluarga dapat membangun dukungan yang kuat sehingga lingkungan rumah yang peduli tercipta untuk orang dengan retardasi mental. Pemahaman yang tepat juga penting untuk mencegah anggota keluarga mengalami masalah kesehatan mental akibat beban merawat orang dengan retardasi mental.
- Intervensi psikofarmakologi/psychopharmacologic interventions
Intervensi melalui obat-obatan juga memainkan peran penting dalam proses perawatan orang dengan retardasi mental. Salah satu gejala perilaku yang tampak pada orang dengan retardasi mental adalah perilaku agresif. Untuk mengelola perilaku tersebut, pemberian risperidone dan aripiprazole dapat digunakan pada orang dengan retardasi mental.
Namun, orang dengan retardasi mental memiliki risiko polifarmasi (penggunaan 5 obat atau lebih pada saat bersamaan) sehingga profesional perlu berhati-hati saat meresepkan obat agar tidak terjadi risiko efek samping yang tinggi.
Terapi Untuk Anak Retardasi Mental
Saat memulai terapi, profesional perlu menyadari berbagai cara dan perawatan yang tepat untuk menangani retardasi mental. Penanganan orang dengan retardasi mental membutuhkan perawatan yang kompleks dan perlu dirancang sesuai dengan kebutuhan individu. Di bawah ini terdapat terapi yang dapat diterapkan pada orang dengan retardasi mental (Lee et al., 2022):
- Intervensi perilaku/Behavioral intervention
Intervensi perilaku dilakukan dengan tujuan untuk mendorong individu melakukan perilaku positif sekaligus mencegah mereka terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan. Contoh intervensi perilaku yang dapat diberikan pada orang dengan retardasi mental adalah memberikan apresiasi positif dan hukuman ringan jika berbuat salah, menghindari pemicu munculnya perilaku negatif, menghindari perbuatan yang salah, dan mengarahkan ulang individu agar mandiri.
Selain itu, terapi kognitif juga dapat dilakukan pada orang dengan retardasi mental yang memenuhi syarat tertentu. Terapi kognitif dilakukan berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku, emosi, dan kognitif seseorang terhubung. Terapi kognitif bertujuan untuk memperbaiki perilaku negatif seseorang dengan cara mengidentifikasi dan menyesuaikan pikiran negatif dan tekanan emosional.
- Pelatihan vokasi/Vocational Training
Pelatihan vokasi dapat diberikan pada orang dengan retardasi mental yang beranjak remaja hingga dewasa muda. Tujuan pelatihan vokasi diberikan adalah agar mereka mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk memasuki pasar tenaga kerja. Dalam pelatihan ini, orang dengan retardasi mental melakukan kegiatan yang telah dijadwalkan sebelumnya di bawah pengawasan tim multidisiplin yang terdiri dari pekerja sosial, terapis, guru, konselor, dan psikolog. Mereka diajari untuk menjaga kebersihan diri, memakai pakaian yang pantas, dan melaksanakan tanggung jawab mereka.
Aktualisasi Diri Pada Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan kondisi permanen yang belum bisa diobati. Kesembuhan bagi orang dengan retardasi mental adalah aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang ada. Penggunaan obat untuk mengurangi perilaku agresif, terapi tingkah laku, vocal training, dukungan keluarga, dan pemberian pendidikan yang sesuai dengan kapasitas masing-masing merupakan berbagai intervensi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan retardasi mental. Intervensi yang tepat tersebut baru bisa diketahui melalui pemeriksaan dari para profesional, seperti psikolog dan psikiater.
Penggunaan obat untuk mengurangi perilaku agresif, terapi tingkah laku, vocal training, dukungan keluarga, dan pemberian pendidikan yang sesuai dengan kapasitas masing-masing merupakan berbagai intervensi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan retardasi mental.
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edition (5th ed.). American Psychiatric Publishing.
Boat, T. F., & Wu, J. T. (2015). Clinical Characteristics of Intellectual Disabilities. Mental Disorders and Disabilities Among Low-Income Children. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK332877/
Lee, K., Cascella, M., & Marwaha, R. (2022). Intellectual Disability. The Cambridge Handbook of Intelligence, 241–257. https://doi.org/10.1017/9781108770422.012
Psychology Today. (2022). Intellectual Disability (Intellectual Developmental Disorder). https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/intellectual-disability-intellectual-developmental-disorder
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog