Sub Topik

Retardasi mental atau keterbelakangan mental adalah kondisi yang menetap. Secara klinis, seseorang yang mengalami gangguan ini memiliki angka intelegensi jauh di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan oleh terlambat atau terhentinya perkembangan mental.
Disabilitas ini tentu membawa dampak signifikan yang berpengaruh pada semua aspek kehidupan orang tersebut. Retardasi mental bahkan dikenal sebagai kondisi klinis yang memiliki efek sosial cukup besar. Ini karena dampaknya juga dirasakan oleh keluarga dan orang lain di sekitar individu yang mengalaminya.
Selain karena rendahnya kemandirian hidup yang menimbulkan ketergantungan, efek sosial juga disebabkan oleh macam-macam gangguan bicara yang dialami orang dengan keterbelakangan mental. Komunikasi dua arah dengan orang retardasi mental seringkali sulit dilakukan.
Gangguan Fungsi Komunikasi pada Retardasi Mental
Disabilitas ini memang menyebabkan terbatasnya fungsi komunikasi. Keterbatasan ini pada dasarnya tidak hanya menyulitkan individu dengan keterbelakangan mental untuk menjalin relasi sosial. Gangguan fungsi komunikasi juga membuat retardasi mental berdampak dalam belajar baik secara akademik maupun keterampilan hidup sehari-hari. Dalam komunikasi, dampak retardasi mental bersumber dari kesulitan untuk memusatkan perhatian, lambat menguasai bahasa, dan rendahnya pengaturan diri saat berkomunikasi dengan orang lain.
#1 Kesulitan Memusatkan Perhatian
Shree, et al (2016) menjelaskan bahwa seseorang dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan untuk merespon stimulus. Ia tidak mampu memilah stimulus yang relevan untuk kemudian memusatkan perhatian hanya pada stimulus tersebut. Akibatnya, ia menunjukkan respon yang lambat atau justru tidak merespon sama sekali.
Minimnya respon pada individu yang mengalami retardasi mental adalah karena mereka tidak menangkap stimulus yang diberikan. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang sulitnya komunikasi dua arah dengan individu yang mengalami retardasi mental.
Minimnya respon pada individu yang mengalami retardasi mental adalah karena mereka tidak menangkap stimulus yang diberikan.
#2 Lambatnya Penguasaan Bahasa
Dampak lainnya adalah lambatnya penguasaan bahasa untuk berkomunikasi. Kesulitan untuk fokus akan mengganggu proses belajar bahasa. Akibatnya, individu dengan keterbelakangan mental memang membutuhkan bimbingan intensif untuk dapat menguasai bahasa.
Gull (2015) menyebutkan bahwa keterlambatan perkembangan fungsi komunikasi pada anak adalah salah satu screening awal yang penting untuk mengenali adanya disabilitas ini. Contohnya antara lain adalah keterlambatan yang signifikan untuk mengucapkan kata pertama.
Oleh sebab itu, orang tua perlu waspada agar dapat segera mengenali kondisi dan memberikan bimbingan intensif apabila memang diperlukan.
#3 Rendahnya Self-Regulation
Rendahnya self-regulation adalah dampak keterbelakangan mental berikutnya. Individu dengan disabilitas ini kesulitan untuk mengontrol gerak motorik untuk aktivitas keseharian. Oleh karena itu, pada klasifikasi retardasi mental tertentu, seseorang mungkin membutuhkan bantuan dengan intensitas tinggi.
Di sisi lain, dalam hal berkomunikasi, rendahnya fungsi regulasi diri menyebabkan seseorang kesulitan mengontrol waktu untuk bicara (Shree, et al, 2016). Ia tidak dapat membedakan waktu untuk berbicara dan waktu untuk diam. Akibatnya, situasi komunikasi dapat menjadi kurang kondusif dan pesan tidak tersampaikan.
Tujuan Belajar Berkomunikasi pada Individu dengan Retardasi Mental
Para ahli belum bisa menentukan dengan pasti penyebab retardasi mental dan penyembuhan kondisi retardasi mental. Walau demikian, ada berbagai terapi dan pelatihan yang dikembangkan untuk orang dengan retardasi mental. Salah satu tujuan terapi untuk individu dengan keterbelakangan mental adalah agar ia dapat berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi akan menjadi landasan untuk meningkatkan kualitas hidup orang dengan keterbelakangan mental.
SSA (Sarva Shiksha Abhiyan) menjelaskan bahwa terdapat 3 target yang ingin dicapai ketika mengajarkan komunikasi pada individu atau anak dengan retardasi mental. Dalam hal ini, kemampuan membaca menjadi yang utama.
Berikut ini adalah 3 tingkatan target yang dimaksud:
#1 Melindungi dari Bahaya
Target pertama dan utama adalah melindungi individu atau anak tersebut dari bahaya. Stimulus yang muncul di sekitar kita seringkali adalah tanda bahaya yang harus direspon dengan segera. Ketidakmampuan mengelola stimulus dapat menjadi ancaman tersendiri.
Contohnya adalah tanda bahaya suhu tinggi pada peralatan elektronik tertentu atau sinyal suara peringatan dari orang lain. Oleh sebab itu, kemampuan untuk membaca dan menerima informasi adalah penting dan utama untuk kelangsungan hidup individu dengan retardasi mental.
#2 Memahami Informasi dan Instruksi
Kemudian target selanjutnya adalah agar individu tersebut dapat memahami informasi dan instruksi. Ini adalah capaian yang lebih tinggi dari sekedar menjauh dari bahaya.
Salah satu dilema dalam komunikasi adalah ketika individu dengan keterbelakangan mental tidak menangkap informasi dari sumber stimulus. Tidak hanya tidak merespon, ini menjadikannya sulit untuk belajar menguasai aktivitas sehari-hari. Penyebabnya adalah ia tidak memahami instruksi yang diberikan.
Apabila target kedua ini dapat dicapai, individu dengan retardasi mental kemungkinan dapat mengalami kemajuan kemandirian yang signifikan. Kemandirian ini memungkinkan mereka untuk menjalankan fungsi sehari-hari dengan pengawasan dan bantuan yang lebih minim.

#3 Bersenang-Senang
Target tertinggi dari belajar membaca dan berkomunikasi adalah untuk dapat bersenang-senang. Individu dengan keterbelakangan mental akan dapat menjalin keterikatan dengan lingkungannya lewat komunikasi.
Relasi inilah yang akan membawa kesenangan baginya dan dampak positif bagi lingkungan sosialnya.
Tips Berkomunikasi dengan Individu Retardasi Mental
Keterlibatan orang-orang sekitar untuk mendukung perkembangan kemampuan komunikasi individu dengan keterbelakangan mental sangatlah penting. Schalick, et al (2012) memberikan beberapa tips agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.
#1 Asesmen Level Kosakata
Asesmen sederhana perlu dilakukan untuk mengetahui level kosakata yang dipahami oleh individu dengan keterbelakangan mental. Caranya adalah dengan melakukan pengamatan pada komunikasi keseharian individu tersebut.
Guna menambah informasi, dapat juga dilakukan pengamatan tentang konteks yang familiar dan asing bagi individu tersebut. Dengan demikian, pendamping atau orang sekitar dapat segera memberikan bantuan pemahaman ketika individu berada pada konteks yang masih asing baginya.
#2 Menggunakan Kata yang Sederhana
Tips berikutnya adalah menggunakan kata-kata sederhana yang sudah familiar bagi individu dengan retardasi mental. Hasil asesmen yang telah dilakukan sebelumnya menjadi landasan pemilihan kosakata untuk berkomunikasi.
Selain pemilihan kata, lawan bicara juga perlu memperhatikan penggunaan kalimat. Kalimat yang terlalu panjang atau mengandung kosakata sulit sebaiknya dihindari.
#3 Mengulang Informasi Verbal
Ketiga, lawan bicara dapat melakukan pengulangan informasi verbal ketika berkomunikasi. Ini adalah bantuan agar individu tersebut dapat menyaring pengulangan stimulus dan dapat fokus pada informasi yang relevan.
Pengulangan juga akan membantu mengurangi distraksi sehingga individu tersebut dapat segera memberikan respon yang sesuai untuk stimulus yang tepat.
#4 Menambahkan Sinyal Nonverbal
Tips keempat adalah dengan menambah sinyal nonverbal. Misalnya dengan gerakan tangan, tubuh, atau gambar. Sinyal-sinyal ini akan membantu individu dengan keterbelakangan mental untuk mengaitkan stimulus di hadapannya dengan memori yang sudah ada.
#5 Mengecek Pemahaman
Pengecekan pemahaman juga penting untuk dilakukan. Schalick, et al (2012) menekankan bahwa hal ini perlu dilakukan bahkan setelah adanya delay (penundaan) reaksi dari individu dengan keterbelakangan mental. Hal ini dilakukan untuk memastikan individu tersebut memahami informasi dengan benar.
Retardasi Mental dan Mengatasi Susah Bicara
Retardasi mental memang dikenal sebagai salah satu penyakit yang menyebabkan susah bicara. Meski demikian, kondisi ini bukanlah disabilitas yang tidak dapat diatasi. Cara mengatasi susah bicara pada disabilitas ini adalah pengenalan dini, dan tindakan segera.
Mengenali ciri-ciri retardasi mental sejak dini dapat menjadi landasan diambilnya bimbingan intensif sebagai pertolongan untuk keterlambatan perkembangan fungsi bicara dan komunikasi.Dengan demikian, meskipun mengalami ketertundaan, individu dengan disabilitas ini masih tetap dapat berkomunikasi dan hidup mandiri.
Mengenali ciri-ciri retardasi mental sejak dini dapat menjadi landasan diambilnya bimbingan intensif sebagai pertolongan untuk keterlambatan perkembangan fungsi bicara dan komunikasi.
Referensi
Gull, Mubashir (2015) Mental Retardation: Early Identification and Prevention. The International Journal of Indian Psychology. Vol 2, Issue 3, ISSN 2349-3429 (e).
Schalick III, Walton O, et al (2012) Communication with Individuals with Intellectual Disabilities and Psychiatric Disabilities: A Summary of the Literature. University of Michigan: Michigan Retirement Research Center.
Shree, Abha. Shukla, P.C. (2016) Intellectual Disability: definition, classification, causes and characteristics. New Delhi Publisher. Learning Community: 7 (1): 9-20 April, 2016. DOI: 10.5958/2231-458X.2016.00002.6
Training Module of Mental Retardation by Sarva Shiksha Abhiyan (SSA), Indian Government Program.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog