Sub Topik

Retardasi mental, atau yang saat ini secara resmi dikenal sebagai disabilitas intelektual dialami oleh 1-3% populasi di Indonesia (Dewi, et al, 2018). Seperti namanya, kondisi ini teridentifikasi dengan rendahnya tingkat intelektual dibandingkan dengan angka rata-rata.
Individu dengan jenis disabilitas ini mengalami hambatan perkembangan kognitif. Sebagai akibatnya, individu tersebut menunjukkan adanya ketertundaan dalam penguasaan berbagai keterampilan hidup.
Pada klasifikasi retardasi mental tertentu, individu bahkan dapat mengalami ketergantungan intens dalam jangka panjang pada orang lain.
Dampak disabilitas intelektual sangat nyata dalam semua aspek kehidupan. Antara lain adalah dampak retardasi mental dalam belajar yang mengganggu proses belajar baik akademik maupun non akademik. Sedangkan dampak retardasi mental dalam berbicara dan komunikasi menjadi hambatan tersendiri ketika membangun relasi sosial.
Meskipun dengan berbagai kesulitan, individu dengan disabilitas intelektual pada dasarnya dapat diupayakan untuk menjalani hidup normal. Berbagai dampak retardasi mental dalam kehidupan sehari-hari, seperti perawatan pribadi, pelaksanaan fungsi sosial, maupun berpikir dasar, sangat ditentukan oleh tingkat keparahannya. Berikut ini adalah gambaran kesulitan sehari-hari yang umumnya dialami.
Meskipun dengan berbagai kesulitan, individu dengan disabilitas intelektual pada dasarnya dapat diupayakan untuk menjalani hidup normal.
Dampak Retardasi Mental dalam Keterampilan Dasar Sehari-Hari
Seperti telah disebutkan sebelumnya, retardasi mental berdampak pada sulitnya penguasaan keterampilan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, penguasaan beberapa keterampilan berikut ini adalah capaian kemandirian yang paling mendasar bagi individu dengan disabilitas intelektual.
Apabila dapat mencapainya, maka individu tersebut dapat didorong untuk menguasai keterampilan lebih lanjut hingga dapat menjalani hidup normal.
#1 Menggunakan Toilet
Individu dengan kondisi ini memang mengalami defisit dalam perkembangan kemampuan adaptif (Shree, et al, 2016). Salah satu akibatnya, ia tidak mampu mengakomodasi rangsang yang muncul dari tubuh sendiri maupun lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, meskipun telah menerima pengajaran berulang kali dari orang tua atau terapis, anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih untuk mengendalikan dorongan untuk buang air. Keterampilan yang ingin dicapai adalah anak mampu mengelola rangsang tubuh ketika perlu buang air dan menguasai keterampilan menggunakan toilet.
#2 Mengenakan Pakaian
Salah satu gejala lain retardasi mental adalah defisit pada perkembangan motorik kasar, halus, dan konfigurasinya dengan panca indra. Pada keterampilan hidup sehari-hari, hal ini terkait erat dengan kemampuan mengenakan pakaian secara mandiri.
Mulai dari memasukkan tangan atau kaki ke pakaian hingga hal yang lebih rumit seperti memasang kancing dan menarik resleting. Kegiatan sehari-hari ini jelas membutuhkan kerjasama antara mata dan gerakan pada jari-jemari.
Lambatnya perkembangan motorik ini dapat menjadi salah satu pertanda kapan kita curiga kalau anak mengalami retardasi mental. Oleh sebab itu, orang tua perlu mencermati tahapan perkembangan anak sesuai dengan usianya.
#3 Makan
Dampak retardasi mental dalam kehidupan sehari-hari berikutnya adalah sulitnya menguasai keterampilan untuk makan secara mandiri.
Ketika makan, kita melakukan gerakan tangan yang cukup kompleks. Mulai dari gerakan motorik halus oleh jemari tangan yang memegang sendok. Kemudian, menyendok hingga menggerakkannya ke arah mulut dengan otot yang lebih besar.
Defisit perkembangan intelektual seringkali menyebabkan individu mengalami ketidakmampuan dalam mengontrol gerakan. Sehingga, kegiatan makan secara mandiri menjadi terhambat dalam menjalani hidup normal.
#4 Kebersihan Personal
Hambatan pada keterampilan dasar berikutnya adalah berkaitan dengan kebersihan personal. Beberapa kegiatan kebersihan yang semestinya dilakukan secara mandiri adalah mencuci tangan, menggosok gigi, membasuh wajah, hingga mandi.
Namun pada klasifikasi retardasi mental berat, individu akan mengalami ketidakmampuan melakukan kegiatan kebersihan personal ini. Sedangkan pada klasifikasi ringan hingga sedang, dibutuhkan pelatihan yang intens untuk menguasainya.
Dampak Retardasi Mental dalam Keterampilan Vokasional
Penguasaan keterampilan vokasional oleh individu dengan retardasi mental berkaitan erat dengan kesiapannya untuk terlibat dalam sekolah formal. Oleh karena itu, keterlambatan dalam penguasaanya tak jarang membuat anak-anak dengan disabilitas intelektual kesulitan untuk mengikuti sekolah umum.
Berikut ini dampak retardasi mental pada beberapa keterampilan vokasional sehari-hari:
#1 Membaca
Hal pertama yang paling nampak adalah kesulitan untuk belajar membaca. Sebab, anak dengan retardasi mental memiliki rentang konsentrasi yang singkat. Dalam proses belajar membaca, mereka juga sulit untuk mengingat dan mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah ada di memori.
Akibatnya, penguasaan keterampilan membaca membutuhkan pengajaran yang berulang serta kesabaran orang yang melatih.
#2 Berhitung
Sedangkan dalam hal berhitung, anak dengan disabilitas intelektual akan lambat dalam penguasaan konsep-konsep dasar matematika. Selain itu, setelah pemahaman tercapai pun, mereka juga kesulitan untuk menerapkannya dalam situasi nyata sehari-hari (Shree, et al, 2016).
#3 Mengingat
Telah disinggung sebelumnya, bahwa anak-anak dengan jenis disabilitas ini sulit untuk mengingat sesuatu. Padahal, berbagai keterampilan membutuhkan peran penting ingatan.
Shree, et al, (2016) mengatakan bahwa inilah salah satu latar belakang mengapa anak-anak dengan kondisi seringkali mengalami keterlambatan dalam proses belajar akademis maupun non akademis.
#4 Menggambar
Kemampuan menggambar adalah salah satu ciri perkembangan anak untuk menjalani hidup normal.
Namun, seperti telah dibahas sebelumnya bahwa anak dengan retardasi mental mengalami ketertundaan dalam perkembangan motorik halus. Sedangkan kegiatan menggambar melibatkan gerakan motorik halus dan koordinasinya dengan kemampuan kognitif seperti imajinasi.
Dampak Retardasi Mental dalam Keterampilan Lain
Dalam kehidupan sehari-hari, retardasi mental juga berdampak pada keterampilan lain yang tidak termasuk dalam keterampilan dasar dan vokasional. Berikut ini adalah gambaran 2 aktivitas yang terpengaruh oleh disabilitas ini:
#1 Aktivitas Instrumental Sehari-Hari
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dewi, et al (2018) ingin membuktikan tentang kemampuan beberapa orang muda dengan disabilitas intelektual untuk melakukan aktivitas instrumental sehari-hari.
Beberapa aktivitas tersebut antara lain bermain musik, menggunakan telepon, mengetik dengan komputer, menggunakan uang, dan menyiapkan makanan. Para responden ternyata menunjukkan kecakapan yang bervariasi, yaitu mampu melakukan beberapa aktivitas dan tidak dengan beberapa lainnya.
Hal ini menunjukkan adanya spesialisasi dalam tiap kasus disabilitas intelektual. Yaitu, meskipun berada pada klasifikasi retardasi mental yang sama, individu dengan disabilitas intelektual dapat menunjukkan kemampuan yang berbeda.

#2 Aktivitas Non-Vokasional
Sedangkan aktivitas non vokasional adalah yang merujuk pada hobi dan rekreasi. Masih dari penelitian yang sama, beberapa aktivitas yang menjadi objek penelitian adalah berbelanja, menonton, hang out, bernyanyi, dan berolahraga.
Penelitian yang melibatkan 8 remaja dan pemuda dengan retardasi mental ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden dapat melakukan hampir semua aktivitas tersebut.
Sebagai catatan, hang out adalah satu-satunya aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh separuh responden. Hal ini dapat dimengerti sebab aktivitas ini membutuhkan keterampilan sosial tinggi yang mungkin sulit dicapai oleh individu dengan disabilitas intelektual.
Kemungkinan Anak dengan Retardasi Mental Menjalani Hidup Normal
Jadi, bisakah anak dengan retardasi mental menjalani hidup normal? Jawabannya adalah tergantung pada preventif dan penanganan tepat yang dikenakan pada anak.
Jadi, bisakah anak dengan retardasi mental menjalani hidup normal? Jawabannya adalah tergantung pada preventif dan penanganan tepat yang dikenakan pada anak.
Pengenalan dini dan pelatihan yang intens akan sangat membantu untuk individu dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari. Sehingga, meski dengan beberapa ketertundaan penguasaan keterampilan, hidup normal dapat diupayakan.
Dengan demikian, bagaimana cara menghadapi anak dengan retardasi mental adalah dengan segera konsultasi pada profesional seperti psikolog. Psikolog akan menegakkan diagnosis dan memberikan rujukan pelatihan intens bagi anak.
Dukungan berupa keterlibatan orang sekitar juga merupakan pengaruh penting yang dibutuhkan oleh individu dengan disabilitas intelektual untuk mencapai kehidupan normal.
Referensi
Dewi, Yustika Tri, et al (2018) Activity Daily Living (ADL) of Young People with Intellectual Disabilities. Atlantis Press. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 153. International Conference on Diversity and Disability Inclusion in Muslim Societies (ICDDIMS 2017)
Udonwa, Rose Ekaete, et al (2015) Mentally Retarded Children and Deficits in Daily Living Skills: Case Study of Calabar Municipality Local Government Area, Cross River State, Nigeria. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME). Volume 5, Issue 2 Ver. III, PP 21-26. e-ISSN: 2320–7388
Shree, Abha. Shukla, P.C. (2016) Intellectual Disability: definition, classification, causes and characteristics. New Delhi Publisher. Learning Community: 7 (1): 9-20 April, 2016. DOI: 10.5958/2231-458X.2016.00002.6
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog