Sub Topik

Apakah kesehatan mental berpengaruh pada kehidupan sehari-hari? Ya, tentu saja. Dampak kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari sangatlah signifikan. Hanya saja, minimnya pemahaman tentang hal ini membuat masyarakat kurang merasakan relevansi kesehatan mental dengan aktivitas keseharian.
Mengenali status kesehatan mental memang berbeda dengan kesehatan fisik. Tidak terlalu sulit bagi kita untuk mengenali sinyal ketika fisik sedang kurang sehat. Demam, sakit kepala, atau nyeri pada bagian tubuh tertentu membuat kita menyadari adanya masalah kesehatan fisik.
Sedangkan untuk mengecek status kesehatan mental, kita membutuhkan bantuan profesional, yaitu psikolog atau psikiater. Para profesional pun dapat menerapkan berbagai metode untuk melakukan pemeriksaan atau asesmen sebelum menegakkan diagnosis.
Beberapa metode yang cukup umum di antaranya adalah observasi, wawancara, dan psikotes.
Pada artikel ini akan dibahas secara singkat mengenai kesehatan mental. Mulai dari definisi, beberapa faktor risiko yang membentuk kesehatan mental, dampak kesehatan mental, hingga sinyal pertanda untuk mencari bantuan profesional.
Pengertian Kesehatan Mental
World Health Organization (WHO) menjelaskan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera secara mental. Kesehatan mental memungkinkan individu untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari, menyadari kapasitas diri, sehingga dapat belajar dan bekerja dengan baik untuk memberikan kontribusi pada komunitas sosial.
Lebih lanjut, Bhugra, et al (2013) menekankan bahwa kesehatan mental tidak berdiri sendiri. Kesehatan mental terhubung secara integral sebagai bagian yang esensial dari kesehatan seseorang secara utuh.
Sederhananya, kita dapat memahami bahwa mental yang sehat adalah ketika seseorang dapat berperan dengan baik sesuai fungsinya dalam masyarakat.
Sebagai contoh, kesehatan mental pada orang dewasa yang bekerja. Indikatornya dapat dilihat dari kemampuan orang tersebut untuk bekerja dengan baik tanpa gangguan mental yang dapat menurunkan performanya. Gangguan mental yang dimaksud misalnya seperti, sulit berkonsentrasi atau cemas berlebih.
Bagi orang tua dengan anak remaja, penting untuk memahami apa dampak gangguan kesehatan mental pada remaja.
The Montreal World Health Organization Simulation (MonWHO, 2015) merangkum gangguan mental yang rentan dialami oleh remaja adalah self-harm atau menyakiti diri sendiri, penggunaan atau adiksi obat terlarang, hingga keinginan bunuh diri.
Kedua contoh di atas menunjukkan dengan jelas pada kita bahwa mental yang tidak sehat berdampak signifikan pada kualitas hidup secara menyeluruh dan berlaku untuk semua kelompok usia.
Kesehatan mental memungkinkan individu untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari, menyadari kapasitas diri, sehingga dapat belajar dan bekerja dengan baik untuk memberikan kontribusi pada komunitas sosial.
Faktor Risiko Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah kondisi yang dibentuk sepanjang masa hidup seseorang. Oleh karena itu, terdapat banyak faktor yang terlibat secara holistik. Secara ringkas, berikut ini lima faktor yang membentuk kesehatan mental seseorang.
Genetik
Faktor pertama adalah genetik atau keturunan. Beberapa masalah pada kesehatan mental memang dapat diturunkan (Hyman, 2000). Contohnya adalah gangguan kepribadian bipolar, kecemasan, skizofren, dan gangguan makan seperti anoreksia.
Seorang yang memiliki orang tua atau kerabat dekat yang pernah didiagnosis mengalami gangguan tertentu, umumnya lebih rentan mengalami hal serupa daripada yang tidak memiliki riwayat keturunan.
Komplikasi Selama Kehamilan
Komplikasi selama proses kehamilan juga dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang. Salah satu contohnya adalah down syndrome yang disebabkan oleh masalah pada kromosom janin dalam kandungan (MacLennan, 2019).
Trauma
Faktor berikutnya adalah trauma. Kejadian traumatis yang tidak diselesaikan dapat membawa dampak seumur hidup pada diri seseorang.
Misalnya, remaja yang mengalami bullying ketika duduk di bangku SMP. Apabila tidak terselesaikan, kejadian traumatis tersebut dapat terus membayangi meski ia telah duduk di bangku kuliah atau bahkan bekerja.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bjornsson, et al (2020) menjelaskan fenomena ini. Studi yang melibatkan 139 orang berusia di atas 18 tahun di Iceland ini membuktikan bahwa trauma sosial seperti penghinaan dan penolakan berimplikasi pada berkembangnya gangguan social anxiety disorder (SAD) dan posttraumatic stress disorder (PTSD).
Stres Kronis
Perasaan tertekan atau stres yang dirasakan terus-menerus juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Sebuah jurnal psikiatris dan kesehatan mental menjelaskan bahwa stres yang kadang dianggap remeh ini dapat berujung pada gangguan kecemasan dan depresi (Khan, et al, 2017).
Kesalahan Belajar
Perilaku dan kebiasaan kita pada dasarnya adalah hal yang kita pelajari. Kenyataannya, kesalahan dalam belajar dapat memicu gangguan mental tertentu.
Salah satu yang paling umum adalah gangguan adiksi. Gangguan ini dipelajari atau dibentuk melalui perilaku tidak tepat yang dibiarkan terjadi terus-menerus. Contohnya adiksi smartphone yang kini banyak dialami oleh anak dan remaja.
Lebih parahnya lagi, belakangan kita mengenal parental smartphone addiction, yaitu para orang tua yang kecanduan smartphone. Hal ini tidak hanya memberi contoh buruk pada anak.
Anak dan remaja dengan orang tua yang mengalami gangguan adiksi smartphone cenderung mengalami hal serupa karena belajar dari meniru. Tak hanya itu, penelitian menunjukkan bahwa remaja juga merasa tertolak karena menganggap di mata orang tua dirinya kalah penting dari smartphone (Mun, et al, 2020).
Dampak Kesehatan Mental Dalam Aktivitas Sehari-hari
Kesehatan mental mempengaruhi produktivitas dalam aktivitas sehari-hari. Seperti telah disinggung sebelumnya, hal ini berlaku untuk semua kelompok usia. Kita dapat merasakan dampak kesehatan mental bagi kehidupan sehari-hari dalam empat hal berikut ini.
Kemampuan untuk Bersosialisasi
Bergaul atau bersosialisasi adalah aktivitas yang tidak mungkin absen dalam keseharian kita. Namun, apabila kondisi mental kita tidak atau kurang sehat, kita dapat mengalami hambatan atau kesulitan tertentu dalam menjalin relasi sosial.
Bhugra, et al (2013) menjelaskan tentang hal ini. Kesehatan mental mempengaruhi kognisi dan kemampuan mengenali serta mengontrol emosi saat berkomunikasi. Seseorang yang sehat secara mental akan mampu bertindak dan merespon komunikasi dengan positif.
Tak hanya itu, dengan mental yang sehat kita juga akan menikmati relasi sosial yang kita jalin.

Kapasitas Belajar dan Bekerja
Kedua, kesehatan mental berdampak pada kapasitas belajar dan bekerja. Kita membutuhkan mental yang sehat untuk dapat menampilkan performa yang optimal ketika mempelajari hal baru maupun bekerja.
Masalah kesehatan mental secara umum memang akan menurunkan performa kita. Sebagai contoh, gangguan Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak usia sekolah akan membuat anak tersebut sulit menyerap materi pelajaran di sekolah. (MonWHO, 2015)
Sedangkan gangguan skizofrenia dan depresi yang rentan dialami orang dewasa (MonWHO, 2015) tercatat sebagai masalah kesehatan mental yang menyebabkan cacat kerja permanen pada orang dewasa usia 40 tahunan di Jerman (Warner, et al, 2001).
Kesehatan Fisik
Khan, et al (2017) menjelaskan bahwa stres yang kita rasakan dapat melemahkan imunitas, menaikkan tekanan darah, hingga menyebabkan nyeri otot. Sedangkan gangguan mental yang secara langsung berdampak nyata pada kesehatan fisik adalah gangguan makan.
Orang dengan gangguan makan anoreksia melakukan pembatasan konsumsi makanan secara berlebihan. Sedangkan pada gangguan bulimia, seseorang akan memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan. Perilaku ini tentu dapat membahayakan kesehatan fisik.
Maka, apabila terdapat pertanyaan, apa gangguan mental yang paling berbahaya? Barangkali gangguan makan adalah salah satunya. Kondisi ini dapat memicu malnutrisi hingga kematian.
Kesejahteraan Secara Umum
Seperti dijelaskan oleh WHO, mental yang sehat adalah kondisi sejahtera secara mental. Dengan mental yang sehat, individu dapat menikmati aktivitas sehari-hari, produktif, dan bermakna.
Bahkan ketika harus berhadapan dengan hal yang tidak disukai, individu tersebut memahaminya sebagai tantangan yang akan dilaluinya. Ia tahu benar bahwa ia memiliki kapasitas untuk menjalani kehidupan dengan baik.
Individu yang sehat mental bukan berarti tidak pernah mengalami emosi negatif seperti kemarahan, sedih, putus asa, atau ketidaknyamanan lainnya. Namun, dengan mental yang sehat, individu akan dapat mengelola dan mengekspresikannya dengan baik.
Individu yang sehat mental bukan berarti tidak pernah mengalami emosi negatif seperti kemarahan, sedih, putus asa, atau ketidaknyamanan lainnya. Namun, dengan mental yang sehat, individu akan dapat mengelola dan mengekspresikannya dengan baik.
Kapan Perlu Mencari Bantuan Profesional?
Beberapa sinyal berikut ini dapat menjadi pertanda adanya masalah kesehatan mental. Apabila mulai merasakannya, sebaiknya segera mencari informasi tentang bantuan profesional.
Gangguan Tidur
Sinyal pertama adalah adanya gangguan tidur. Sulit tidur dan tidur tidak lelap yang terjadi terus-menerus dapat menjadi pertanda bahwa seseorang mengalami gejala gangguan mental tertentu.
Mengalami Gejala Fisik
Beberapa gangguan mental juga menunjukkan gejala fisik. Antara lain adalah sesak nafas, gemetar, dan jantung berdebar kencang terus-menerus.
Masalah Emosi
Sinyal berikutnya adalah masalah emosi seperti ekspresi meledak-ledak yang sulit dikontrol, kesedihan berkepanjangan, putus asa, atau justru merasa datar.Ini menunjukkan betapa pentingnya kesehatan mental dalam membentuk emosi yang sehat.
Ketidakmampuan Tertentu
Gangguan mental dapat menyebabkan individu tidak mampu melakukan sesuatu yang semestinya sehingga mengganggu keseharian. Misalnya, tidak mampu berkomunikasi, fokus, dan mengontrol diri.
Halusinasi dan Pikiran yang Mengganggu
Memang adakalanya kita terus memikirkan sesuatu. Misalnya ketika perlu mengambil keputusan penting seperti memilih jurusan kuliah atau berhenti bekerja.
Namun, jika yang terus muncul di pikiran bukan sesuatu yang mendatangkan manfaat baik dan justru berakibat buruk, maka kita wajib waspada.
Terus memikirkan tentang kematian, melukai diri sendiri atau orang lain, hingga mendengar suara-suara halusinasi di pikiran yang sulit dikontrol adalah gejala gangguan mental.
Yuk, Jaga Kesehatan Mental Kita!
Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesehatan secara utuh. Oleh karenanya, dampak kesehatan mental sangat nyata pada keseharian. Yuk, jaga kesehatan mental agar kita lebih sejahtera dan dapat menikmati hidup.
Referensi
Bhugra, D., et al (2013). What is mental health? International Journal of Social Psychiatry 59(1) 3-4. DOI: 10.1177/0020764012463315. Isp.sagehub.com
Bjornsson, A. S. et al (2020). Social trauma and its association with posttraumatic stress disorder and social anxiety disorder. Elsevier: Journal of Anxiety Disorder 72 (2020) 102228.
Hyman, Steven E. (2000). The genetics of mental illness: implications for practice. Bulletin of the World Health Organization (WHO), 78 (4). P455-463.
Khan, S. et al (2017). Chronic Stress Leads to Anxiety and Depression. SciMedCentral: Annals of Psychiatry and Mental Health 5(1): 1091. ISSN: 2374-0124.
MacLennan, Sarah (2019). Down’s Syndrome. InnovAiT, 2020, Vol. 13(1) 47-52. DOI: 10.1177/1755738019886612. Journals.sagehub.com
MonWHO (2015). Mental health. www.monwho.org
Mun, Bong. Lee Seyoung (2020). How Does Parental Smartphone Addiction Affect Adolescent Smartphone Addiction?: Testing the Mediating Roles of Parental Rejection and Adolescent Depression. Marry Ann Liebert, Inc. Behavior, and Social Networking, Vol.24 No.6
Warner, R. (2001). The Prevention of Schizophrenia: What Interventions are Safe and Effective? Schizophrenia Bulletin, Vol 27, No.4. Mental Health Center of Boulder Country.
WHO (2014). Social Determinant of Mental Health. Geneva: WHO Press. ISBN 978 92 4 150680 9.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog