
Merasa cemas adalah hal yang wajar pada segala usia, termasuk pada anak-anak. Dampak kecemasan pada anak bahkan bisa bersifat positif jika dijadikan peluang untuk berkembang. Walau demikian, orang tua maupun orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak perlu mengenali kapan suatu kecemasan menjadi masalah atau bahkan gangguan.
Apa Itu Kecemasan pada Anak?
Seperti pada orang dewasa, anak-anak juga bisa merasakan kecemasan. Hanya saja, mereka meresponnya dengan cara yang berbeda. Itu sebabnya tanda-tanda yang mereka tunjukkan kadang sulit dikenali orang dewasa sebagai akibat kecemasan.
Kecemasan, Rasa Takut dan Khawatir
Kecemasan sering dikaitkan dengan rasa takut dan khawatir. Rasa cemas berasal dari ekspektasi bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan atau buruk akan terjadi. Hal buruk tersebut dianggap sebagai ancaman, baik terhadap keselamatan fisik maupun psikis.
Misalnya, seorang siswa merasa cemas saat akan menyanyi di depan kelas untuk pelajaran seni musik. Kesejahteraan psikisnya terancam oleh kemungkinan ia melakukan kesalahan dan ditertawakan. Menyanyi di depan kelas kemudian menjadi sumber kecemasan siswa tersebut.
Respon pada Kecemasan
Saat anak merasa cemas, respon yang ia tunjukkan adalah upaya untuk menghindari ancaman atau melawan ancaman. Pada contoh siswa tadi, ia mungkin merespon dengan berlatih menyanyi agar tidak melakukan kesalahan, atau menolak untuk menyanyi di depan kelas.
Anxiety Symptoms: Kenali Kecemasan pada Anak
Terkadang sulit untuk mengenali ekspresi kecemasan anak. Orang tua mungkin salah memahaminya sebagai sifat manja, penakut, cengeng, dan lain sebagainya. Ini terjadi karena tidak semua anak dapat mengekspresikan kecemasan yang mereka rasakan dengan baik.
Itu sebabnya, penting bagi orang tua atau pendidik untuk mengenali tanda-tanda kecemasan pada anak. Tanda-tanda tersebut antara lain adalah:
- Anak sulit berkonsentrasi saat belajar
- Anak bolak-balik ke toilet
- Anak sering menangis tanpa sebab yang jelas
- Anak gelisah dan mudah marah
- Anak sulit tidur atau terbangun karena mimpi buruk
- Selera makan anak menurun
- Anak selalu mengikuti orang tua ke mana-mana, bahkan saat di rumah
- Sering merasa takut dan khawatir
- Muncul masalah kesehatan, seperti sakit perut
Penyebab Anak Merasa Cemas
Seperti pada orang dewasa, anak merasa cemas karena merasakan ancaman. Ancaman tersebut bisa nyata, atau sebenarnya hanya dalam pikiran anak saja. Biasanya ini bersumber dari kurangnya pemahaman, berhadapan dengan situasi baru, maupun pengalaman terpisah dari orang terdekat.
Keterbatasan Pengetahuan dan Pemahaman
Kadang kala anak-anak menganggap berbagai hal yang tidak mereka pahami sebagai ancaman. Suara angin kencang di luar rumah mungkin mereka terjemahkan sebagai suara hantu, suara kucing berkelahi terdengar seperti monster yang mengamuk, bunyi tetesan air keran seperti hewan yang bermain-main di bak mandi, dan lain sebagainya. Akibatnya mereka mungkin tidak mau tidur atau ke kamar mandi sendirian.
Berhadapan dengan Situasi Baru
Anak juga bisa merasakan cemas saat berhadapan dengan situasi yang baru. Misalnya bertemu dengan orang yang baru, pindah sekolah, hari pertama di kursus biola, dan lain sebagainya. Mereka mungkin menunjukkan keengganan untuk berinteraksi dengan orang baru tersebut atau menolak pergi ke sekolah.
Berpisah dari Orang Tersayang
Salah satu kecemasan yang juga sering terjadi pada anak adalah saat berpisah dari orang tua atau orang yang dekat dengannya. Mereka takut ditinggal sendirian dengan pengasuh atau dititipkan ke anggota keluarga walaupun dalam waktu yang singkat. Mereka khawatir bahwa mereka tidak akan bertemu lagi dengan orang tua. Ketakutan atau kecemasan seperti ini cukup wajar pada anak-anak.
Dampak Kecemasan terhadap Anak
Kecemasan pada taraf yang normal diperlukan untuk perkembangan anak. Jika berlebihan, kecemasan pada anak dapat mengganggu pelaksanaan fungsi belajar, fungsi sosial, dan perkembangan emosi lainnya.
Jika berlebihan, kecemasan pada anak dapat mengganggu pelaksanaan fungsi belajar, fungsi sosial, dan perkembangan emosi lainnya.
Dampak Positif dari Kecemasan
Rasa cemas ada sebagai peluang untuk pengembangan diri. Misalnya, rasa cemas pada hari pertama sekolah mendorong anak untuk beradaptasi atau membuka komunikasi dengan anak lainnya. Ini merupakan bagian dari perkembangan keterampilan sosial dan komunikasi.
Selain itu, rasa cemas terhadap berbagai hal yang tidak diketahui dapat dijadikan dorongan untuk mencari tahu dan mempelajari hal baru. Contohnya adalah anak yang cemas tentang cuaca karena takut mendengar bunyi petir. Ini merupakan peluang bagi anak untuk mempelajari tentang cuaca, hujan, maupun petir.
Berbagai peluang tersebut tentunya membutuhkan perhatian dari orang tua dan guru. Sebagai orang dewasa yang berada di sekitar anak, mereka perlu membaca berbagai tanda-tanda yang dapat dijadikan kesempatan untuk mendukung perkembangan anak.
Dampak Negatif dari Kecemasan
Kecemasan menjadi masalah jika menghambat atau mengganggu pelaksanaan fungsi sehari-hari anak. Misalnya fungsi berteman, belajar, atau bertumbuh secara emosional. Ini bisa terlihat dari berbagai tingkah laku anak sehari-hari.
Misalnya, anak selalu bersembunyi di kamar saat ada tamu dan menolak keluar sampai tamu tersebut pergi. Atau anak mengalami tantrum setiap kali berpisah dari orang tua. Secara ekstrem, anak juga bisa menunjukkan gejala fisik yang signifikan saat mengalami atau berhadapan dengan objek yang menimbulkan kecemasan. Misalnya, sakit perut setiap kali akan ke sekolah.
Dampak Kecemasan pada Kesehatan
Baik dalam jangka pendek maupun panjang, kecemasan mempengaruhi otak dan tubuh manusia. Rasa cemas bisa dengan cepat memicu berbagai reaksi fisik, seperti badan tegang, kerongkongan kering, lidah kelu, dan lain sebagainya. Itu sebabnya keluhan kesehatan menjadi salah satu tanda anak mengalami masalah kecemasan. Anak bisa mengalami sakit perut, muntah, atau bahkan pingsan saat merasakan cemas berlebihan.
Dampak Kecemasan Anak pada Orang Lain
Masalah kecemasan pada anak juga bisa menjadi masalah baru bagi orang terdekat. Misalnya, orang tua jadi sulit beraktivitas karena anak tidak mau ditinggal. Atau abang dan kakak terbangun tiap malam karena anak menangis ketakutan. Berbagai dampak ini akan semakin nyata dan luas jika masalah kecemasan berkembang menjadi gangguan kecemasan.
Masalah Kecemasan dan Gangguan Kecemasan pada Anak
Tidak semua anak yang mengalami masalah kecemasan berarti mengalami gangguan kecemasan. Walau demikian, jika masalah kecemasan pada anak dibiarkan berlarut-larut, tidak tertutup kemungkinan akan berkembang menjadi gangguan kecemasan tertentu. Dan pada akhirnya, gangguan kecemasan berdampak pada perkembangan anak.
Ada beberapa gangguan kecemasan yang sering dialami anak-anak. Antara lain adalah general anxiety disorder, separation anxiety disorder, selective mutism, maupun specific phobia. Setiap gangguan kecemasan tersebut memiliki gejala (anxiety symptoms) dan diagnosisnya masing-masing. Psikolog dan psikiater adalah para profesional yang dapat menegakkan diagnosis gangguan kecemasan dengan benar.

Komunikasi Orang Tua dan Guru Terkait Kecemasan Anak
Interaksi utama anak biasanya adalah dalam keluarga dan sekolah. Di rumah, orang tua maupun orang dewasa lainnya perlu waspada saat anak mulai menunjukkan gejala kecemasan intens dalam rentang waktu yang lama.
Di sekolah, guru adalah orang dewasa yang diharapkan dapat memperhatikan anak-anak sebagai siswanya. Masalahnya, apakah guru tahu bagaimana mengatasi kecemasan pada siswa? Tidak semua guru dipersiapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan psikologis. Walau demikian, komunikasi antara guru dan orang tua bisa membantu mengumpulkan informasi tentang anak dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi masalah atau gangguan.
Cegah Masalah Kecemasan Berkembang Menjadi Gangguan
Saat merasa cemas, anak akan melakukan tingkah laku menghindar (misalnya bersembunyi atau menolak ke sekolah), menangis, atau bahkan menunjukkan respon fisik seperti sakit perut maupun muntah. Masalah kecemasan yang ekstrem dan berlangsung lama bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan. Sebelum hal ini terjadi, orang tua dan guru perlu waspada. Berkonsultasilah pada profesional, seperti psikiater dan psikolog, untuk menangani masalah kecemasan pada anak.
Saat merasa cemas, anak akan melakukan tingkah laku menghindar (misalnya bersembunyi atau menolak ke sekolah), menangis, atau bahkan menunjukkan respon fisik seperti sakit perut maupun muntah.
Referensi
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorder, fifth edition, text revision. APA: Washington, DC.
APA. (n.d.). Anxiety. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved February 09, 2023, from https://dictionary.apa.org/anxiety
APA. (n.d.). Fear. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved February 09, 2023, from https://dictionary.apa.org/fear
Bhatia, M.S. & Goyal, A. (2018). Anxiety disorders in children and adolescents: Need for early detection. J Postgrad Med, 64(2):75-76.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog