Sub Topik

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami gangguan bipolar mengalami kesulitan untuk mempertahankan pekerjaan. Selain itu, kondisi mood yang tidak stabil membuat hubungan interpersonal yang mereka miliki menjadi berbeda dari orang lain pada umumnya.
Sekilas tentang Bipolar Disorder
Gangguan bipolar atau bipolar disorder adalah gangguan suasana hati atau mood. Individu yang mengalami gangguan ini menunjukkan gejala suasana hati yang sangat bertentangan, yaitu mania dan depresi. Keduanya muncul bergantian dalam suatu rentang atau episode tertentu.
Episode Mania/Hipomania
Episode mania adalah episode suasana hati yang meningkat atau menggelembung. Pada episode ini, tingkah laku yang dapat diamati antara lain adalah peningkatan aktivitas dan pergerakan motorik, banyak berbicara, grandiosity (harga diri yang meningkat secara tidak normal), dan mudah teralihkan perhatiannya.
Episode Depresi
Episode depresi pada gangguan bipolar ditandai dengan suasana hati yang depresif. Gejala-gejala yang dapat dilihat pada episode ini antara lain adalah munculnya perasaan sedih, pesimis, atau terlalu negatif. Muncul rasa bersalah atau tidak berharga, mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan, serta pemikiran untuk bunuh diri.
Bahaya Gangguan Bipolar
Seperti penyakit fisik yang memiliki rentang bahaya yang luas, gangguan mental juga memiliki rentang bahaya dan risiko tersendiri. Sebagian gangguan mental hanya mengakibatkan sedikit kesulitan dalam fungsi sehari-hari, sementara sebagian lagi dapat mengancam keselamatan individu. Bipolar disorder sendiri termasuk salah satu gangguan mental yang berbahaya.
Tingkah Laku Ceroboh pada Episode Mania/Hipomania
Mood yang dirasakan pada episode mania/hipomania membuat individu yang mengalami bipolar disorder memiliki berbagai ide yang berpacu dalam pikirannya. Mereka menunjukkan penurunan kebutuhan akan tidur. Selain itu, mereka juga menunjukkan tingkah laku ceroboh yang biasanya memiliki konsekuensi tidak menyenangkan. Misalnya seperti belanja berlebihan, minum berlebihan (binge drinking), atau melakukan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
Apakah Bipolar Bisa Menyebabkan Bunuh Diri?
Individu dengan gangguan bipolar memiliki risiko kehilangan nyawanya akibat bunuh diri. Pikiran untuk bunuh diri ini merupakan salah satu gejala yang muncul pada episode depresi. Tidak jarang pikiran ini diikuti dengan usaha individu untuk mengakhiri hidupnya.
Statistik Bunuh Diri pada Gangguan Bipolar
Risiko bunuh diri pada individu dengan gangguan bipolar meningkat sebesar 20 sampai 30 kali lipat dibandingkan orang lain umumnya. Penelitian juga memperkirakan bahwa sekitar 25-60% dari individu dengan gangguan bipolar pernah melakukan usaha bunuh diri setidaknya satu kali. Dari kelompok tersebut, 4-9% berakhir dengan kematian.
Apakah Orang dengan Gangguan Bipolar Berbahaya?
Kekhawatiran terkait gangguan bipolar tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya. Orang-orang di sekitar individu dengan gangguan tersebut juga ingin mengetahui apakah orang bipolar berbahaya.
Sumber Bahaya
Individu yang mengalami gangguan bipolar pada dasarnya tidak berbahaya bagi orang lain. Sumber bahaya yang berkaitan dengan gangguan bipolar adalah tingkah laku yang mereka tunjukkan sebagai gejala dari gangguan tersebut.
Tingkah Laku Ceroboh dan Orang Sekitar
Pada episode mania, individu dengan gangguan bipolar dapat menunjukkan tingkah laku ceroboh. Jika ini melibatkan orang lain, maka bahaya yang mengancam individu tersebut dapat mengancam orang lain di sekitarnya. Misalnya, mengemudi dalam kecepatan tinggi dengan membawa penumpang atau mengemudi saat mabuk. Selain itu, aktivitas seksual yang tidak sehat memiliki risiko terkena penyakit seksual menular (sexual transmitted disease).
Gangguan Bipolar dan Pekerjaan
Dampak bipolar dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari fungsi-fungsi yang ada pada individu. Berbagai gejala yang menyertai gangguan bipolar bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang, termasuk dalam bekerja dan membangun hubungan interpersonal.
Apakah Orang Bipolar Bisa Bekerja?
Harus diakui, dengan kondisi mood yang bisa berubah sewaktu-waktu, individu dengan gangguan bipolar membutuhkan usaha lebih untuk mempertahankan performa dalam bekerja. Walau demikian, tergantung tingkat keparahan gejala yang dialaminya, mereka tetap bisa bekerja. Selain itu, semakin lama individu memiliki mood yang stabil, semakin mampu ia untuk mempertahankan pekerjaannya.
Harus diakui, dengan kondisi mood yang bisa berubah sewaktu-waktu, individu dengan gangguan bipolar membutuhkan usaha lebih untuk mempertahankan performa dalam bekerja.
Pengangguran pada Individu dengan Gangguan Bipolar
Jika seseorang dengan gangguan bipolar memiliki gejala yang lebih berat, maka akan sulit untuk bekerja atau mempertahankan pekerjaan. Apalagi jika episode mood stabil yang dialaminya berlangsung singkat. Penelitian memang menunjukkan bahwa tingkat pengangguran cenderung tinggi pada kelompok orang-orang dengan gangguan bipolar.
Apakah Orang Bipolar Bisa Sukses?
Terlepas dari berbagai kesulitan yang mereka alami, ada banyak orang-orang terkenal yang hidup berdampingan dengan gangguan bipolar. Mereka tidak hanya menghasilkan berbagai karya yang luar biasa, namun juga berkontribusi bagi masyarakat dan tercatat dalam sejarah. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Vincent van Gogh (pelukis), Jean-Claude Van Damme (aktor), Demi Lovato (musisi), Winston Churchill (politikus), dan masih banyak tokoh penting lainnya.
Bagaimana Bipolar Mempengaruhi Relasi?
Pada dasarnya, membangun hubungan interpersonal memang membutuhkan usaha. Walau demikian, tuntutan dan situasinya bisa sangat berbeda bagi individu dengan gangguan mental. Ini terutama jika hubungan yang dibangun adalah dengan pasangan atau lawan jenis.
Tingkah Laku yang Tidak Konsisten
Karena mood yang berubah secara ekstrem, tingkah laku individu dengan gangguan bipolar juga mengalami perubahan ekstrem dan mempengaruhi kualitas hubungan yang mereka bangun. Kadang mereka menunjukkan antusiasme tinggi, di lain waktu mereka menarik diri dan menghindar. Perubahan yang terjadi silih berganti membuat bingung orang sekitar dan mereka dianggap tidak konsisten, tidak dapat dipercaya, atau tidak sungguh-sungguh dalam menjalin hubungan.
Karena mood yang berubah secara ekstrem, tingkah laku individu dengan gangguan bipolar juga mengalami perubahan ekstrem dan mempengaruhi kualitas hubungan yang mereka bangun.
Episode Depresi dan Keinginan untuk Menyendiri
Pada episode depresi, individu dengan gangguan bipolar kadang ingin menyendiri. Mereka tidak hanya menghindari aktivitas sosial, namun juga aktivitas seksual. Ini bisa mengurangi keintiman dengan pasangan, baik secara fisik maupun mental. Pasangan juga bisa merasa tertolak dengan sikap mereka.
Episode Mania dan Antusiasme yang Tinggi
Sebaliknya pada episode mania, individu memiliki energi dan semangat yang tinggi untuk beraktivitas, termasuk aktivitas seksual. Mereka lebih bergairah dan berinisiatif memulai aktivitas seksual lebih sering dari biasanya. Sayangnya, pasangan tidak selalu bisa menyesuaikan dengan tingkat energi dan semangat mereka. Jika pasangan menolak, individu bisa merasa tidak dicintai atau mencari pemuasan di luar.
Apakah Orang Bipolar Bisa Setia?
Statistik dan penelitian memang menunjukkan kecenderungan terjadinya perselingkuhan oleh orang dengan gangguan bipolar. Ini dikarenakan pada episode mania mereka mengalami kesulitan untuk mengendalikan dorongan (impuls) yang mereka rasakan, termasuk dorongan seksual. Walau demikian, komunikasi terbuka, terapi, dan obat-obatan dapat membantu individu untuk mengendalikan dorongan ini.
Bagaimana Menghadapi Pasangan Bipolar?
Menjadi pasangan dari individu dengan gangguan bipolar juga memiliki tantangan yang unik. Karena mereka adalah orang terdekat, mereka biasanya diharapkan dapat menjadi sistem dukungan sosial (social support system) yang utama.
Edukasi Diri
Orang terdekat perlu mengenali gangguan ini dengan lebih baik. Berbekal pemahaman yang cukup, mereka dapat mengerti bahwa berbagai tingkah laku ”tidak biasanya” yang ditunjukkan adalah akibat gangguan yang dialami. Ini dapat mencegah kecurigaan, persepsi penolakan, dan rasa tidak dicintai yang bisa muncul.
Terlibat dalam Treatment
Tidak cukup hanya mengetahui tentang gangguan ini, pasangan juga bisa melibatkan diri dengan proses penanganan. Sebagai orang terdekat, mereka memiliki peluang terbesar untuk membantu individu berhadapan dengan berbagai gejolak yang muncul. Mereka juga bisa menjadi sesuatu yang konsisten dalam berbagai perubahan yang dialami individu.

Bangun Komunikasi yang Sehat
Salah satu kunci dari setiap hubungan adalah komunikasi. Secara khusus, ini menjadi lebih penting pada pasangan yang salah seorang di antaranya didiagnosis mengalami gangguan bipolar.
Dukungan Sosial untuk Pasangan
Karena gangguan bipolar juga bisa mempengaruhi orang lain di sekitar individu, maka orang terdekat juga memerlukan dukungan sosial. Ini bisa didapatkan dari teman, keluarga, atau support group untuk keluarga dengan gangguan mental.
Konsultasi pada Profesional
Tidak jarang orang terdekat juga mengalami berbagai tekanan psikologis akibat memiliki pasangan dengan gangguan bipolar. Untuk itu, mereka bisa berkonsultasi pada psikolog atau psikiater. Para profesional ini bisa memberikan berbagai bentuk konseling atau pelatihan untuk menghadapi berbagai situasi terkait gangguan bipolar.
Efek Bipolar Disorder Bisa Disiasati
Gangguan bipolar adalah gangguan mental berbahaya yang mempengaruhi mood seseorang. Berbagai gejala akibat gangguan ini menyebabkan seseorang memiliki tantangan tersendiri dalam menjalankan fungsi sehari-hari, seperti pekerjaan dan hubungan interpersonal. Mereka membutuhkan usaha lebih untuk mempertahankan pekerjaan dan membangun hubungan yang sehat. Tingkah laku yang mereka tunjukkan juga bisa mempengaruhi orang terdekat, terutama pasangan. Untuk mencegah berbagai masalah yang bisa muncul akibat gejala-gejala tersebut, keduanya perlu bekerja sama dalam proses treatment dan membangun komunikasi dua arah.
Referensi
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorder, fifth edition, text revision. APA: Washington, DC.
Fountoulakis, K. N. (2015). Bipolar disorder: An evidence-based guide to manic depression. Springer: Heidelberg.
Grover, S., Nehra, R., & Thakur, A. (2017). Bipolar affective disorder and its impact on various aspects of marital relationship. Industrial Psychiatry Journal, 26 (2), 114-120.
List of people with bipolar disorder. (2022, August 30). In Wikipedia. https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_people_with_bipolar_disorder
Wadood, A., Karim, R., Hussain, A. M., Rana, M., & Hossain, G. (2021). Bipolar disorder and self-perceived interpersonal relationships in the family: A household cross-sectional study among married adults in Rajshahi city, Bangladesh. Journal of Affective Disorders Reports, 5 (1), 1-8.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog