
Dampak conduct disorder dalam kehidupan sehari-sehari sebenarnya terasa sebagai masalah yang sangat nyata. Sayangnya, gangguan ini sering tidak dikenali. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak dan remaja dianggap sebagai kenakalan. Sedangkan pada dewasa dianggap sebagai kriminalitas.
Padahal, jika gangguan perilaku pada anak ini dapat dikenali dengan segera dan mendapat penanganan yang tepat, dampak buruk jangka panjang tentunya dapat diminimalisir.
Artikel ini akan membawa kita berkenalan dengan conduct disorder serta memahami apa dampak yang muncul dalam kehidupan sehari-sehari. Meski penanganannya perlu melibatkan profesional untuk assessment, diagnosis, dan pendampingan,; artikel ini akan memberikan gambaran penanganan sebagai rujukan.
Apa itu Conduct Disorder?
Conduct disorder (CD) adalah pola perilaku agresif, menentang aturan atau norma, serta antisosial yang berulang secara persisten (Tackett J.L., et al, 2005; Murray, 2010). Kondisi ini seringkali dikenali sebagai kenakalan anak atau remaja sehingga terlambat mendapat penanganan yang tepat.
Padahal, apabila berkelanjutan, gangguan ini berpotensi menimbulkan dampak serius. Kerekes, et al (2020) mengatakan bahwa CD pada masa anak dan remaja adalah faktor terkuat pemicu gangguan kepribadian antisosial.
Lebih dari itu, gangguan perilaku ini juga membuat seorang berisiko terlibat kriminalitas, penyalahgunaan zat, serta gangguan kecemasan dan depresi pada masa dewasa.
Sebuah survei yang dilakukan di UK menunjukkan bahwa anak yang mengalami gangguan CD menunjukkan perilaku maladaptif yang dimulai pada usia 5-15 tahun (Bywater, 2009). Orang tua atau orang dewasa di sekitar anak dapat mengenalinya melalui ciri-ciri perilaku berikut ini.
Conduct disorder adalah pola perilaku agresif, menentang aturan atau norma, serta antisosial yang berulang secara persisten
Ciri-ciri Conduct Disorder
Gangguan tingkah laku pada anak ini berbeda dengan kenakalan yang wajar. Merujuk pada International Classification of Disease 10th (ICD-10), Scott (2012) menjelaskan ciri-ciri conduct disorder ke dalam empat kategori berikut ini:
Perilaku Agresif Terhadap Manusia dan Hewan
Ciri CD yang pertama adalah ketika anak-anak menunjukkan perilaku agresif yang ditujukan pada manusia maupun hewan. Agresivitas pada manusia misalnya sering terlibat perkelahian dengan teman atau saudara kandung.
Anak dengan CD juga memiliki kecenderungan menggunakan senjata untuk mencederai fisik, misalnya memukul atau menusuk dengan benda yang ada. Kecenderungan perilaku penindasan dan intimidasi sangat nyata sebagai ciri gangguan ini.
Selain pada sesama, tingkah laku kejam ini juga ditujukan pada hewan. Tindakan seperti memukul, mendendang, membanting hewan adalah tandanya. Intinya, anak menunjukkan perilaku tak berperasaan
Perusakan Barang
Agresivitas anak dan remaja dengan gangguan CD juga menyasar barang atau benda mati. Caranya adalah dengan melakukan pemukulan, membanting, memotong, hingga membakar.
Barang yang dirusak adalah milik sendiri maupun milik orang lain. Namun, akan lebih cenderung barang milik orang lain karena seorang dengan CD memiliki tendensi melanggar hak orang lain.
Penipuan dan Pencurian
Ciri conduct disorder berikutnya adalah suka berbohong untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan menghindari kewajiban. Mereka juga menunjukkan perilaku negatif yang tidak bertanggung jawab. Misalnya mengingkari janji, menipu, hingga memalsukan sesuatu, seperti tanda tangan orang tua.
Pada kondisi yang ekstreim, anak dapat mencuri barang milik orang lain dengan atau tanpa terlibat konfrontasi dengan pemiliknya.
Pelanggaran Serius Terhadap Aturan
Anak atau remaja dengan CD suka menentang aturan atau melakukan pelanggaran serius. Contohnya antara lain membolos sekolah atau les, malas belajar, melarikan diri dari rumah, merokok atau minum alkohol, hingga menggunakan zat terlarang.
Apa Dampak Conduct Disorder Dalam Kehidupan Sehari-hari
Penjelasan ciri-ciri CD di atas tentu memberi gambaran tentang sulitnya menghadapi anak atau remaja dengan kondisi ini. Kenyataannya anak-anak ini juga mengalami pergumulan yang tak kalah pelik dalam dirinya sendiri.
Dampak conduct disorder pada anak dan remaja dalam keseharian nyata pada beberapa kondisi berikut ini (Slough, et al, 2007).
Dampak Conduct Disorder Pada Anak
Hubungan Orang Tua – Anak yang Memburuk
Orang tua kemungkinan akan menegakkan disiplin yang keras ketika anak melakukan perilaku yang menyimpang. Pada kondisi ini, ada risiko penerapan disiplin yang tidak konsisten yang justru akan memperburuk kondisi.
Risiko lainnya adalah orang tua yang terlanjur kesal bisa saja kelepasan menggunakan verbal yang kasar dan memaksa. Hal ini akan membuat hubungan orang – tua anak menjadi buruk. Kebutuhan interaksi positif antara orang tua – anak akan semakin tidak terpenuhi.
Kondisi sebaliknya, di mana orang tua membuat permakluman berlebih atas dasar kenakalan wajar anak, juga tak kalah berisiko. Seperti telah disebutkan sebelumnya, dampak jangka panjang gangguan CD dapat menurunkan kualitas hidup anak.
Penolakan Dari Teman Sebaya
Perilaku agresif anak dengan CD akan membuat teman-temannya menjauh sebagai bentuk antisipasi. Kondisi ini akan membuat anak dengan CD semakin sulit untuk mengembangkan keterampilan sosial.
Kemungkinan lebih buruknya adalah anak mulai mengembangkan kepribadian antisosial karena ia selalu waspada akan isyarat dan niat bermusuhan dari orang lain.
Defisit Perkembangan Sosial-kognisi
Dampak gangguan perilaku pada aspek perkembangan sosial-kognisi adalah kesulitan mengembangkan metode pemecahan masalah tanpa agresivitas. Ia berorientasi pada tindakan alih-alih strategi yang lebih asertif dan kooperatif (Dogde, 2003).
Hal ini juga menunjukan bahwa anak dengan CD mengalami kesulitan dalam meregulasi ekspresi emosinya. Ia cenderung akan menggunakan tindakan negatif untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Rendahnya Prestasi Belajar
Anak dengan CD membutuhkan dukungan ekstra dari orang tua dan guru dalam proses belajarnya di sekolah. Mereka kerap mengalami keterlambatan belajar, seperti terlambat membaca dan menulis. Apabila orang tua dan guru tidak menyadari hal ini, tentu kebutuhan dukungan ekstra ini tidak akan terpenuhi.
Orang tua dan guru kemungkinan akan menganggap anak dengan CD sebagai anak nakal, sulit diatur, dan malas belajar. Akibatnya, anak tidak memiliki kesiapan belajar yang cukup dan semakin sulit berprestasi di sekolah.
Oleh karena itu, ketika didapati ciri-ciri anak malas belajar, maka sebaiknya mulai ada kewaspadaan lebih baik dari orang tua, guru, atau orang dewasa lain yang mendampingi anak.
Dampak Conduct Disorder Pada Remaja
Remaja memiliki karakteristik yang mulai berbeda dengan anak-anak. Kebutuhan akan ikatan sosial dengan teman sebaya semakin kuat. Di sisi lain, pemantauan dari orang tua dan guru semakin berkurang.
Pada remaja dengan CD, dampak dalam kehidupan sehari-seharinya menjadi semakin kompleks.
Makin Renggangnya Hubungan Orang Tua – Remaja
Orang tua dan anak remaja dapat terlibat perselisihan sengit dalam proses pendisiplinan perilaku. Bahkan (Slough, et al, (2007) mengatakan bahwa orang tua kemungkinan menunjukkan penolakan nyata pada anak remajanya atas dasar perilaku negatif yang dilakukan.
Di sisi lain, orang tua kemungkinan juga menyerah dalam usaha mendisiplinkan remaja sehingga terjadi pembiaran. Akibatnya, perilaku negatif anak remaja dapat semakin menjadi.
Prestasi Belajar Buruk Hingga Putus Sekolah
Berbeda dengan anak dengan CD yang cenderung berperilaku negatif secara mandiri, remaja dengan CD mulai melakukannya bersama teman sebaya. Pelanggaran aturan dilakukan bersama-sama, seperti membolos sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya.

Cairns, et al (1989) mengatakan, remaja dengan CD memiliki kecenderungan lebih tinggi akan mengalami putus sekolah karena absennya tanggung jawab.
Terlibat Kriminalitas
Perilaku negatif yang menjadi ciri khas gangguan ini dapat mengantar remaja untuk mudah terlibat dalam kriminalitas. Mulai dari vandalisme, perkelahian atau tawuran, pencurian, perampokan, dan sebagainya.
Slough, et al (2007) menggarisbawahi bahwa seorang dengan CD cenderung terlibat kriminalitas dengan kekerasan dan menjadi residivis.
Penyalahgunaan Zat
Remaja dengan CD memiliki relasi yang minim dengan remaja yang tidak mengalami CD. Mereka cenderung bergaul dengan rekan yang dirasa memiliki kesamaan (similar) (Scott, 2012; Slough et al, 2007).
Ketika hal ini terjadi, mereka tidak hanya saling memperkuat keyakinan antisosial satu sama lain, tetapi juga cenderung saling mempengaruhi untuk terlibat hal negatif bersama. Misalnya seperti awal penggunaan zat (Chassin, et al, 1996).
Aktivitas Seksual Dini
Penentangan terhadap norma juga terjadi dalam hal aktivitas seksual. Slough, et al (2007) mengatakan bahwa remaja dengan CD cenderung melakukan aktivitas seksual dini. Hal ini tentu membawa dampak negatif selanjutnya yaitu seks bebas dan penyakit menular seksual.
Penanganan Conduct Disorder
CD adalah kondisi yang rumit. Penanganannya membutuhkan bantuan profesional karena perlu dilakukan assessment yang mendalam untuk menentukan metode yang tepat.
Tindakan harus segera dilakukan untuk mengurangi dampak conduct disorder dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat menurunkan kualitas hidup.
Gambaran rujukan metode penanganan gangguan perilaku ini sebagai berikut:
Intervensi Berkelanjutan Oleh Orang Tua
Sebuah studi di UK (Bywater, et al, 2009; Scott, 2012) menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak atau remaja dengan CD mampu mengurangi perilaku negatif yang tidak diharapkan.
Intervensi yang dimaksud adalah berupa peningkatan keterampilan pengasuhan anak oleh orang tua. Hal ini rupanya tidak hanya mengurangi penyimpangan perilaku anak tetapi juga stres dan depresi yang orang tua alami selama proses pengasuhan.
Dalam studi tersebut dijelaskan bahwa metode ini dalam jangka panjang akan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk akses layanan kesehatan dan pendidikan khusus.
Sebagai catatan, orang tua tentu memerlukan pendampingan profesional atau lembaga terkait dalam rangka peningkatan keterampilan pengasuhan (Scott, 2012). Oleh karena itu, langkah pertama penanganan adalah menemui profesional.
Menguatkan Aktivitas Positif
Scott (2012) menjelaskan bahwa mengembangkan kekuatan diri anak remaja melalui aktivitas positif juga akan berdampak baik. Kegiatan olahraga seperti sepak bola atau bermain musik dapat dicoba.
Harapannya, anak atau remaja akan menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas positif sehingga tidak punya waktu untuk berkeliaran dan terlibat masalah. Selain itu, hal ini juga akan meningkatkan harga diri anak dan harapan yang lebih baik untuk masa depan.
Mengejar Ketertinggalan
Penanganan anak dan remaja dengan CD tidak hanya bertujuan untuk mengurangi perilaku negatif dan antisosial, tetapi juga mengajarkan perilaku positif yang diharapkan (Scott, 2012).
Penanganan anak dan remaja dengan conduct disorder tidak hanya bertujuan untuk mengurangi perilaku negatif dan antisosial, tetapi juga mengajarkan perilaku positif yang diharapkan
Anak-anak perlu diajarkan tentang keterampilan sosial seperti berteman dan bernegosiasi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sedangkan keterampilan kognitif yang diajarkan disesuaikan dengan tingkat pendidikan. Misalnya, anak-anak pada sekolah dasar yang mengalami CD umumnya mengalami keterlambatan membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya.
Metode ini tentu tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua. Diperlukan keterlibatan pihak lain seperti guru di sekolah dan layanan profesional seperti psikolog anak dan terapis anak berkebutuhan khusus.
Pendekatan Farmakologi
Penanganan CD dengan farmakologi atau obat-obatan jarang dilakukan. Psikiater akan menggunakan pendekatan ini hanya jika anak, remaja, atau dewasa dengan CD menunjukkan gejala psikiatris.
Kesimpulan
Conduct disorder perlu dikenali dan ditangani dengan tepat dan segera untuk mencegah dampak conduct disorder dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menurunkan kualitas hidup orang tersebut dan keluarga terdekat.
Referensi
Cairns R.B, et al. (1989) Early school dropout: Configurations and determinants. NIH National Library of Medicine. PubMed Central. Dec;60(6):1437-52. doi: 10.1111/j.1467-8624.1989.tb04015.x
L Chassin, et al (1996) The relation of parent alcoholism to adolescent substance use: A longitudinal follow-up study. Journal of Abnormal Psychology. NIH National Library of Medicine. PubMed Central. doi: 10.1037//0021-843x.105.1.70
Dodge K.A. (2003) Do social information-processing patterns mediate aggressive behavior? In: Lahey BB, Moffitt TE, Caspi A, editors. Causes of conduct disorder and delinquency. New York: Guilford Press. pp. 254–274
Joseph Murray, et al (2010) Risk Factors for Conduct Disorder and Delinquency: Key Findings From Longitudinal Studies. In Review: The Canadian Journal of Psychiatry, Vol 55, No. 10, October 2010.
Nancy M. Slough, et al (2007) Preventing Serious Conduct Problems in School-Age Youths: The Fast Track Program. NIH National Library of Medicine. PubMed Central. doi:10.1016/j.cbpra.2007.04.02
Nora Kerekes, et al (2020) Conduct disorder and somatic health in children: a nationwide genetically sensitive study. BMC Psychiatry. Sweden: Department of Health Science, University West. https://doi.org/10.1186/s12888-020-03003-2
Stephen Scott (2012) Conduct Disorders. Externalising Disorders, Chapter D3. IACAPAP e-Textbook of Child and Adolescent Mental Health. Geneva: International Association for Child and Adolescent Psychiatry and Allied Professions.
Tackett J.L., et al (2005). Symptom-based subfactors of DSM-defined conduct disorder: evidence for etiologic distinctions. Journal Abnormal Psychology. 2005;114(3):483
Tracey Bywater, et al (2009) Long-term effectiveness of a parenting intervention for children at risk of developing conduct disorder. The British Journal of Psychiatry 195, 318-324. UK: Cambridge University Press. https://doi.org/10.1192/bjp.bp.108.056531
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog