Sub Topik

Bunuh diri adalah keputusan yang buruk. Dampak negatifnya tidak hanya bagi korban, lingkungan sosial yang ditinggalkan juga merasakan dampak bunuh diri tersebut.
Ini sebabnya mengapa bunuh diri menjadi masalah sosial. Terpapar peristiwa bunuh diri dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang luas (Cerel, et al, 2016).
Identifikasi lebih mendalam terkait dampak peristiwa bunuh diri perlu dilakukan, baik kepada keluarga korban maupun lingkungan sosial yang lebih luas. Dengan demikian, efek domino dari peristiwa ini dapat dicegah.
Artikel ini merupakan rujukan edukatif tentang bunuh diri dan dampaknya pada lingkungan sosial. Apabila pembaca merasa kurang nyaman, mohon untuk tidak melanjutkan membaca. Pembaca dapat segera membuat janji temu dengan konselor profesional jika perasaan tidak nyaman terus berlanjut dan mengganggu keseharian.
Siapa Saja yang Terdampak dari Peristiwa Bunuh Diri?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Cerel, et al (2018) berusaha mencari tahu tentang seberapa banyak orang yang terdampak dari setiap peristiwa bunuh diri. Hasilnya, setidaknya ada 135 orang terpengaruh dari setiap kejadian di Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut, sebagian tidak sekedar berduka. Kedekatan tertentu dapat memicu dampak lain yang lebih buruk (Cerel, et al, 2016). Yang mengalami dampaknya tidak hanya keluarga korban, tetapi mungkin juga lingkungan sosial yang lebih luas. Misalnya seperti teman dan komunitas.
Dampaknya akan berbeda lagi apabila peristiwa tersebut tersiar secara luas. Misalnya jika korban adalah idol atau selebriti. Jumlah orang yang terpengaruh secara negatif bisa lebih banyak dan lebih signifikan.
Sebagai contoh adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa selebriti asal Korea Selatan. Kejadian tersebut memicu dampak yang luas mengingat selebriti memiliki posisi yang signifikan bagi kehidupan pribadi para penggemarnya. Padahal, mereka tidak memiliki hubungan kekerabatan.
Dampak Bunuh Diri pada Lingkungan Sosial
Berikut ini adalah beberapa dampak fenomena bunuh diri di masyarakat. Mereka yang terdampak adalah yang mengetahui peristiwa tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Syok
Dampak pertama adalah syok atau kaget. Hal ini terjadi terutama apabila individu memiliki kedekatan tertentu dengan almarhum. Misalnya sebagai rekan kerja, teman kuliah, atau sekedar kenalan yang bertemu secara reguler.
Lipkin (2017) menulis sebuah artikel yang menggambarkan suasana yang terjadi ketika peristiwa bunuh diri terjadi di lingkungan tenaga kesehatan. Respon pertama adalah syok atau kaget.
Orang-orang di sekitarnya akan mulai bertanya-tanya terkait beberapa hal. Mulai dari alasan mengapa ini terjadi, kenapa tidak menyadari gejalanya, dan pertanyaan pengandaian seperti “bagaimana kalau”. Bagaimana kalau seandainya aku lebih memperhatikan dia? Bagaimana kalau seandainya aku mengangkat teleponnya minggu lalu?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat diikuti dengan duka, penyesalan, rasa bersalah, amarah, hingga penyangkalan. Diawali dengan syok, dampak bunuh diri pada lingkungan sosial dapat berkembang menjadi lebih serius. Individu dapat terlarut dalam sedih berkepanjangan atau rasa bersalah seumur hidup karena gagal mencegah terjadinya peristiwa buruk ini.
2. Kecemasan dan Depresi
Cerel, et al juga meneliti tentang adanya gejala kecemasan dan depresi pada orang-orang yang terpapar informasi kejadian bunuh diri. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 7 pertanyaan terkait gejala kecemasan dan 9 pertanyaan terkait gejala depresi.
Hasilnya, para responden menjawab “ya” untuk minimal empat pertanyaan pada masing-masing kuesioner. Ini menunjukkan kemungkinan adanya diagnosis kecemasan maupun depresi apabila asesmen dilanjutkan dengan lebih mendalam.
Sedangkan penelitian sebelumnya, yang juga dilakukan oleh Cerel, et al (2016) mengungkap hasil yang senada. Orang yang terpapar kejadian buruk ini dua kali lipat lebih mungkin mengalami kecemasan dan depresi.

3. Ide Bunuh Diri
Munculnya ide bunuh diri tidak hanya dialami oleh keluarga korban, namun juga lingkungan sosial yang lebih luas (Abraham, et al, 2021). Laporan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cerel, et al (2016).
Terpapar peristiwa bunuh diri dapat membuat seseorang berpikir bahwa tindakan ini adalah hal yang rasional untuk dilakukan. Cerel, et al (2016) membandingkan tentang munculnya ide ini pada orang yang terpapar bunuh diri dan yang tidak. Hasilnya, orang yang terpapar informasi terkait bunuh diri lebih banyak melaporkan adanya ide untuk melakukan bunuh diri. Angka perbandingannya adalah 9% vs 5%.
Sedangkan Hom, et al (2017) mengungkapkan bahwa mengetahui dan merasa kehilangan akibat peristiwa bunuh diri memiliki dampak psikologis seumur hidup. Artinya, individu diprediksi lebih mungkin melakukan usaha bunuh diri di masa depan. Hal ini dapat terjadi bahkan apabila ia telah berusaha mengendalikan gejala bunuh diri yang sebelumnya sudah nampak.
4. Insomnia dan Mimpi Buruk
Schmied, et al (2023) melakukan penelitian tentang dampak bunuh diri pada lingkungan sosial. Khususnya, pada anggota militer Amerika Serikat.
Salah satu hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang terpapar peristiwa ini mengalami gejala gangguan tidur. Antara lain adalah insomnia dan mimpi buruk yang mengganggu.
Sayangnya, stigma akan perawatan kesehatan mental dapat membuat orang-orang menolak perawatan atau bahkan menghindari pemeriksaan. Hal ini tentu merugikan karena dapat menghambat proses pemulihan. Selain itu, stigma buruk mempersulit usaha pencegahan berkembangnya gejala ke arah yang lebih buruk.
Penelitian ini memang hanya melibatkan anggota militer yang mungkin berada pada situasi yang berbeda dengan masyarakat umum. Hasilnya juga tidak dapat digeneralisasikan begitu saja. Walau demikian, hasil penelitian tersebut dapat menjadi gambaran tentang kerugian akibat terpapar peristiwa bunuh diri.
5. PTSD
Dampak bunuh diri kepada masyarakat berikutnya adalah timbulnya gejala PTSD (Schmeid, et al, 2023 dan Cerel, et al 2016). PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder adalah gangguan pada kesejahteraan psikologis pasca kejadian yang menyebabkan trauma.
Cerel, et al (2016) menanyakan sejumlah pertanyaan terkait gejala PTSD pada mereka yang baru saja terpapar kejadian bunuh diri. Hasilnya, gejala PTSD dapat meningkat hingga empat kali lipat tergantung tingkat kedekatan individu pada almarhum.
PTSD adalah gangguan yang membutuhkan diagnosis oleh profesional seperti psikolog atau psikiater. Individu dengan diagnosis gangguan ini perlu mendapatkan penanganan yang serius.
Oleh sebab itu, identifikasi tentang seberapa luas dampak bunuh diri sangat dibutuhkan. Hal ini mengingat bahwa dampaknya pada lingkungan sosial yang lebih luas tak kalah seriusnya.
Apa yang Perlu Dilakukan Apabila Terdampak Bunuh Diri?
Tak dapat disangkal bahwa bunuh diri memicu dampak merugikan secara mental kepada orang-orang sekitar. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dampak bunuh diri tak terbatas dalam lingkup lingkungan keluarga.
Orang-orang di sekitar korban yang tidak memiliki hubungan kerabat dekat juga dapat mengalami dampaknya. Mulai dari syok, kecemasan dan depresi, munculnya ide bunuh diri, gangguan tidur, hingga PTSD, adalah beberapa contoh gangguan yang dialami lingkungan sosial akibat terpapar peristiwa bunuh diri.
Mulai dari syok, kecemasan dan depresi, munculnya ide bunuh diri, gangguan tidur, hingga PTSD, adalah beberapa contoh gangguan yang dialami lingkungan sosial akibat terpapar peristiwa bunuh diri.
Berbagai gejala dapat individu rasakan sejak terpapar peristiwa ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Individu yang mulai merasakan gejala ketidaknyamanan psikis yang mengganggu dapat segera menghubungi profesional, misalnya psikolog dan psikiater. Mereka adalah profesional di bidang kesehatan mental yang dapat segera memberikan bantuan untuk memperbaiki kondisi dan mencegah memburuknya dampak bunuh diri.
Referensi
Abraham, Samuel P, et al (2021) The Impact of Suicide on Family Functioning. International Journal of Science and Research Methodology (IJSRM). Vol.:20, Issue:2.
Cereal, Julie, et al (2018) How Many People Are Exposed to Suicide? Not Six. The Journal of The American Association of Suicidology: Suicide and Life-Threatening Behavior. DOI: 10.1111/sltb.12450
Cerel, Julie, et al (2016) Exposure to Suicide in the Community: Prevalence and Correlates in One U.S. State. Public Health Report. Vol. 131(1): 100–107. doi: 10.1177/003335491613100116
Hom, Melanie A, et al (2017) Exploring the association between exposure to suicide and suicide risk among military service members and veterans. ELSEVIER: The Journal of Affective Disorder. Vol 207, page 327-335. https://doi.org/10.1016/j.jad. 2016.09.043
Lipkin, Mack (2017) When Suicide Happens in the Medical Community. Journal of General Internal Medicine. Springer, Vol. 34(2): 317–319. doi: 10.1007/s11606- 018-4734-x
Schmied, Emily A, et al (2023) Investigating the effects of suicide exposure among a clinical sample of active duty service members. WILEY: Journal of Traumatic Stress.https://doi.org/10.1002/jts.22909
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog