Sub Topik

Gangguan bipolar berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk pada relasi sosial seseorang. Gejala yang ekstrem membuat orang dengan gangguan bipolar harus mengerahkan usaha lebih untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain.
Bagi orang di sekitar mereka, kondisi yang ada juga tidak mudah untuk dihadapi. Orang dengan gangguan bipolar cenderung kehilangan dukungan sosial yang mereka butuhkan begitu orang sekitar mengetahui tentang gangguan yang mereka alami.
Orang dengan gangguan bipolar cenderung kehilangan dukungan sosial yang mereka butuhkan begitu orang sekitar mengetahui tentang gangguan yang mereka alami.
Apa yang Dialami Penderita Bipolar?
Gangguan bipolar atau bipolar disorder adalah gangguan yang berhubungan dengan mood atau suasana hati. Tema utama gangguan ini adalah 2 suasana hati yang berlawanan, yaitu mania dan depresi. Perbedaan yang bertolak belakang tersebutlah yang membuat gangguan ini dinamai bipolar (dua kutub).
Episode yang Bergantian
Orang dengan gangguan bipolar mengalami suasana hati mania dan/atau depresi dalam rentang waktu tertentu. Ini disebut dengan episode. Selain itu, terdapat rentang waktu di mana mereka tidak dipengaruhi oleh kedua suasana hati tersebut. Ini adalah periode di mana mereka berada pada kondisi “normal”. Para ahli menyebutnya sebagai euthymia.
Perubahan Suasana Hati yang Ekstrem
Episode yang dialami orang dengan gangguan bipolar mengubah suasana hati mereka secara ekstrem. Di episode mania mereka merasakan antusiasme yang tinggi, penuh semangat, harga diri tinggi, bahkan perasaan tidak terkalahkan. Sementara pada episode depresi, mereka merasa sedih, khawatir, atau merasakan kekosongan.
Perubahan Energi yang Ekstrem
Tidak terbatas pada emosi, perubahan juga terjadi pada tingkat energi mereka. Pada episode mania, mereka merasakan energi yang tinggi. Ini membuat mereka banyak berbicara, bergerak, memulai suatu proyek, beraktivitas tinggi, hingga sulit untuk tidur.
Sebaliknya pada periode depresi, mereka memiliki energi yang rendah, bahkan kadang sama sekali tidak bertenaga. Mereka juga tidak memiliki motivasi atau keinginan untuk menikmati apapun.
Dampak Gangguan Bipolar pada Relasi Sosial
Secara umum, orang dengan gangguan bipolar mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial yang berkualitas. Hal ini terjadi pada berbagai tahapan kehidupan mereka. Selain itu, masalah hubungan sosial juga terjadi pada berbagai area kehidupan. Termasuk di dalamnya pertemanan, hubungan intim, lingkungan pekerjaan atau sekolah, dan lingkungan sosial yang lebih luas.
Orang dengan Gangguan Bipolar di Mata Orang Lain
Berbagai perubahan yang terjadi akibat pergantian episode membuat orang di sekitar individu dengan bipolar lelah menghadapi mereka. Di mata orang lain, individu dengan gangguan bipolar tidak bisa diprediksi, tidak bisa diandalkan, dan tidak bisa dipercaya.
Emosi mereka berubah dengan drastis sehingga apa yang dihadapi oleh orang lain seringkali berbeda dari ekspektasi dan prediksi. Level energiyang berfluktuasi ekstrem juga membuat orang sekitar sulit mengikuti irama mereka. Di satu saat mereka antusias tentang sesuatu, termasuk hubungan, di saat lain mereka tidak berminat pada apapun.
Sulit Membangun Kelekatan yang Sehat
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang dengan gangguan bipolar mengalami kesulitan untuk mengembangkan kelekatan yang sehat dengan orang lain. Padahal kelekatan yang sehat merupakan fondasi untuk hubungan yang kuat dan berlangsung lama. Hubungan bermakna seperti inilah yang dibutuhkan oleh setiap individu sebagai makhluk sosial.
Stigma dan Diskriminasi
Stigma masyarakat di Indonesia terhadap orang dengan gangguan mental masih bersifat negatif. Ini berkaitan juga dengan budaya dan agama. Masyarakat menganggap orang dengan gangguan mental adalah orang yang lemah dan kurang beriman. Stigma negatif ini kemudian berkembang menjadi diskriminasi. Bentuknya bisa berupa isolasi sosial hingga bullying.
Stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan gangguan bipolar akan menambah tantangan untuk membangun hubungan yang bermakna. Bagaimanapun, biasanya orang lebih tertarik untuk berinteraksi atau menjalin hubungan dengan orang yang berkarakter positif.

Konflik dengan Orang Sekitar
Orang dengan gangguan bipolar juga sering mengalami konflik dengan orang di sekitar mereka. Baik itu pasangan, anggota keluarga, teman, maupun rekan kerja. Konflik tersebut tentu menurunkan kualitas hubungan yang mereka miliki.
Hubungan Asmara dengan Penderita Bipolar
Orang dengan gangguan bipolar memiliki risiko lebih tinggi mengalami perceraian. Mereka juga biasanya memiliki usia perkawinan yang lebih singkat dibandingkan pasangan lain yang tidak memiliki gangguan. Akibatnya, banyak orang dengan gangguan bipolar yang pada akhirnya hidup sendirian.
Dukungan Sosial pada Penderita Bipolar
Manusia adalah makhluk sosial. Ini artinya manusia membutuhkan interaksi dan hubungan dengan orang lain untuk bertumbuh, berkembang, dan bertahan hidup. Hubungan sosial dengan orang lain terbukti mampu membendung efek stres dari kejadian dalam hidup. Ini berlaku bagi orang normal, apalagi kepada orang dengan gangguan mental.
Dukungan Sosial dan Pencegahan Bunuh Diri
Walaupun tidak secara langsung dan seketika berhasil, dukungan sosial dapat mencegah tingkah laku bunuh diri. Peneliti menemukan bahwa dukungan sosial yang memadai dapat mengubah pemikiran bunuh diri pada orang dengan gangguan bipolar. Ini dikarenakan pemikiran bunuh diri biasanya berkaitan dengan perasaan tidak berdaya atau tanpa harapan. Adanya dukungan sosial bisa mengurangi pemikiran tersebut dan mencegah terjadinya bunuh diri.
Dukungan Sosial dalam Lingkungan Kerja
Idealnya, orang dengan gangguan bipolar perlu memberitahu perusahaan atau orang yang mempekerjakan tentang kondisi mereka. Risikonya memang tidak kecil. Stigma dan diskriminasi bisa terjadi dan mereka bisa kehilangan berbagai peluang promosi, bahkan kehilangan pekerjaan.
Walau demikian, dalam lingkungan kerja yang sehat, ini akan memungkinkan lingkungan kerja memberikan dukungan yang mereka butuhkan. Dukungan tersebut bisa berupa jam kerja yang lebih fleksibel, beban kerja yang lebih realistis, waktu istirahat yang lebih sering, dan lain sebagainya.
Secara sosial, rekan kerja juga bisa memberikan dukungan sosial tersendiri. Misalnya dengan berbagi informasi, dengan penguatan sehari-hari, dan hal-hal sederhana lainnya. Selain itu, dukungan terbesar yang bisa didapatkan dalam lingkungan kerja adalah dengan menyingkirkan stigma negatif tentang gangguan mental.
Interaksi Sosial dalam Pemulihan Orang Bipolar
Bagi orang dengan gangguan bipolar yang dalam masa perawatan, berbagai interaksi sosial yang mereka miliki akan mempengaruhi suksesnya penanganan. Ini berlaku juga pada interaksi dengan tenaga profesional yang menangani, seperti psikolog, psikiater, konselor, terapis, maupun perawat.
Selain itu, penting untuk diketahui bahwa penanganan orang dengan gangguan bipolar biasanya melibatkan pasangan dan anggota keluarga. Ini bisa dalam bentuk terapi keluarga maupun anggota keluarga sebagai sumber dukungan sosial dan akuntabilitas.
Gangguan Bipolar Berdampak pada Relasi Sosial
Dampak gangguan bipolar pada relasi sosial antara lain adalah kesulitan untuk membangun hubungan yang sehat dan berkualitas, diskriminasi dan bullying akibat stigma, serta isolasi dan kesepian.
Dampak gangguan bipolar pada relasi sosial antara lain adalah kesulitan untuk membangun hubungan yang sehat dan berkualitas, diskriminasi dan bullying akibat stigma, serta isolasi dan kesepian.
Ini sangat disayangkan karena dukungan sosial merupakan faktor penting untuk membantu orang dengan bipolar berfungsi secara maksimal. Itu sebabnya, masyarakat perlu memahami tentang gangguan mental secara umum untuk menghapus stigma negatif yang ada. Dengan demikian, orang dengan gangguan mental bisa membangun relasi sosial bermakna dan mendapatkan dukungan yang mereka perlukan.
Referensi
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorder, fifth edition, text revision. APA: Washington, DC.
Greenberg, S., Rosenblum, K. L., McInnis, M. G., & Muzik, M. (2014). The role of social relationships in bipolar disorder: A review. Psychiatry Research, 219(2): 248-254.
Grover, S., Nehra, R., & Thakur, A. (2017). Bipolar affective disorder and its impact on various aspects of marital relationship. Industrial Psychiatry Journal, 26 (2), 114-120.
O’Donnell, L., Himle, J. A., Ryan, K., Grogan-Kaylor, A., McInnis, M. G., Weintraub, J., Kelly, M., & Deldin, P. (2017). Social aspects of the workplace among individuals with bipolar disorder. J Soc Social Work Res. 8(3):379-398.
Owen, R., Jones, S. H., Dempsey, R. C., & Gooding, P. A. (2022). Directly or indirectly? The role of social support in the psychological pathways underlying suicidal ideation in people with bipolar disorder. Int. J. Environ. Res. Public Health, 19(9).
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog