Sub Topik

Apakah penderita bipolar bisa bekerja? Pertanyaan ini wajar terlontar mengingat gejala gangguan bipolar adalah perubahan mood yang ekstrem. Dengan kondisi tersebut, sulit bagi mereka untuk bisa menjaga profesionalisme dan produktivitas kerja. Tetapi nyatanya, banyak juga orang dengan gangguan bipolar yang sukses dan berkontribusi pada masyarakat.
Tantangan Penderita Bipolar di Tempat Kerja
Di tempat kerja, tantangan yang dihadapi orang dengan gangguan bipolar berbeda dengan tantangan yang dihadapi orang tanpa gangguan. Orang dengan gangguan bipolar sulit untuk bekerja secara maksimal sehingga prestasi kerja mereka rendah, sikap kerja mereka tidak memuaskan, dan pada akhirnya kehilangan pekerjaan yang dimiliki.
Orang dengan gangguan bipolar sulit untuk bekerja secara maksimal sehingga prestasi kerja mereka rendah, sikap kerja mereka tidak memuaskan, dan pada akhirnya kehilangan pekerjaan yang dimiliki.
Dua Kutub: Mania dan Depresi
Ada banyak orang dengan gangguan bipolar yang sulit mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan. Ini berkaitan erat dengan gejala gangguan bipolar yang menyerupai 2 kutub. Mania ditandai dengan suasana hati yang meningkat sementara depresi ditandai dengan suasana hati depresif dan murung.
Tingkat Keparahan dan Pekerjaan
Statistik menunjukkan bahwa sekitar 40-60% orang dengan gangguan bipolar memang memiliki pekerjaan. Walau demikian, seiring waktu dampak bipolar mempengaruhi performa mereka di tempat kerja. Sekitar 40-50% kemudian mengalami perubahan status pekerjaan. Selain itu, orang dengan gangguan bipolar pada tahap awal memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan dibandingkan yang sudah lama mengalami gangguan.
Terlambat dan Absen
Pada fase depresi, orang dengan gangguan bipolar tidak memiliki motivasi untuk melakukan apapun, termasuk bekerja. Akibatnya mereka sering terlambat atau bahkan absen dari kantor. Ketika gejala memburuk, sebagian bahkan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ini menyebabkan angka absensi orang dengan bipolar menjadi tinggi.
Kemampuan Berpikir dan Konsentrasi
Gangguan bipolar bisa mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Beberapa aspek yang sering dikaitkan dengan pekerjaan antara lain adalah daya ingat dan kemampuan untuk berkonsentrasi. Menurunnya kemampuan berpikir tentu menurunkan produktivitas kerja seseorang.
Fluktuasi Energi dan Antusiasme
Ada kalanya orang dengan gangguan bipolar akan menunjukkan lonjakan energi dan antusiasme yang tinggi. Mereka memulai suatu proyek atau pekerjaan. Sayangnya, mereka kemudian kehilangan motivasi dan kemampuan untuk bekerja sebelum pekerjaan tersebut selesai. Hal ini disebabkan oleh pergantian episode dan bukan karena kehilangan minat yang wajar.
Efek Samping Obat dan Performa Kerja
Obat yang digunakan untuk menangani gangguan bipolar terkadang memiliki efek samping. Di antaranya adalah pusing, mengantuk, dan gemetar. Berbagai efek samping ini ikut mempengaruhi kemampuan untuk bekerja. Mereka tidak maksimal dalam bekerja dan akhirnya performa kerjanya rendah atau di bawah harapan.
Gangguan Bipolar dan Relasi di Tempat Kerja
Gangguan bipolar mempengaruhi kemampuan sosialisasi individu. Ini berlaku juga di tempat kerja. Aspek sosial di tempat kerja ikut mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja maksimal. Tidak jarang aspek sosial membuat mereka mengalami penurunan karier, kehilangan kesempatan promosi, dan bahkan kehilangan pekerjaan.
Stigma: Hilangnya Dukungan Sosial dan Diskriminasi
Stigma negatif terhadap gangguan mental berdampak di berbagai area, termasuk pekerjaan. Stigma terkait orang dengan gangguan mental antara lain adalah intelegensi yang rendah, lemah, tidak bisa dipercaya dan tidak kompeten, agresif, melakukan kekerasan, tidak bisa diprediksi, dan lain sebagainya.
Seseorang yang diketahui memiliki masalah mental biasanya kehilangan dukungan sosial. Ini berlaku juga pada orang dengan gangguan bipolar. Tanpa dukungan sosial, individu akan semakin sulit untuk bertahan di tempat kerja. Selain itu, stigma negatif bisa berkembang menjadi tingkah laku diskriminasi.
Konflik dengan Rekan Kerja
Perubahan suasana hati atau mood mempengaruhi cara pikir dan tingkah laku seseorang. Termasuk di dalamnya kemampuan untuk berkomunikasi. Berbagai perubahan tersebut bisa menyebabkan masalah atau konflik antara orang bipolar dengan rekan kerja. Penelitian menemukan bahwa konflik di tempat kerja merupakan salah satu masalah yang dialami orang dengan bipolar.
Bullying di Tempat Kerja
Bullying di tempat kerja juga menjadi salah satu permasalahan sosial bagi orang dengan gangguan bipolar. Bentuk bullying yang paling sering mereka alami adalah pengasingan sosial. Ini membuat mereka terisolasi dari aspek sosial di tempat kerja. Pengasingan di tempat kerja tidak hanya merugikan secara sosial namun juga menghambat pelaksanaan pekerjaan.
Cara Penderita Bipolar Produktif di Lingkungan Kerja
Pertanyaan yang coba dijawab di sini bukan lagi tentang bisakah orang bipolar bekerja atau tidak. Walaupun gangguan bipolar meningkatkan risiko pengangguran, banyak juga orang dengan gangguan bipolar yang bisa mendapatkan pekerjaan. Bagi orang-orang tersebut, tujuannya adalah menjadi produktif dalam bekerja.
Jam Kerja: Teratur Vs. Fleksibel
Orang dengan gangguan bipolar mengalami episode mania dan depresi secara bergantian. Ini membuat mereka sulit mempertahankan pekerjaan dengan jadwal yang teratur. Sebagian besar dari mereka kemudian memilih pekerjaan dengan jadwal yang fleksibel sehingga mereka bisa tetap bekerja dalam berbagai episode yang berlangsung. Selain itu, ini memungkinkan mereka untuk memiliki waktu istirahat yang lebih panjang dan lebih sering di antara pekerjaan.
Walau demikian, penelitian menunjukkan bahwa sebagian dari mereka lebih memilih pekerjaan dengan jadwal yang teratur. Bagi orang dengan kecenderungan tersebut, jadwal yang teratur menjadi suatu struktur dalam bekerja. Selain itu, kemampuan untuk memenuhi jadwal yang ada menjadi suatu kepuasan tersendiri. Ini pada akhirnya memberikan efek terapi yang bersifat positif.

Status Kepegawaian: Kontrak Vs. Tetap
Kesulitan sebagian besar dari orang dengan gangguan bipolar adalah bekerja dengan konstan dalam waktu yang lama. Itu sebabnya sebagian mencari pekerjaan paruh waktu, freelancer, atau pekerjaan dengan kontrak dalam jangka waktu tertentu. Harapannya adalah mereka bisa produktif dalam rentang waktu tersebut sebelum mengalami episode mania atau depresi.
Lokasi Pekerjaan: Rumah Vs. Kantor
Sebagian besar dari orang dengan gangguan bipolar lebih memilih pekerjaan yang memberi mereka kebebasan untuk bekerja dari rumah. Jika sewaktu-waktu mereka mengalami suasana hati yang buruk, mereka tetap bisa bekerja tanpa supervisi yang terlalu ketat.
Uniknya, sebagian merasa bekerja di kantor atau lokasi pekerjaan khusus justru membantu mereka mengatasi gejala yang ada. Keharusan untuk bangun dan pergi ke tempat yang berbeda menjadi sumber dorongan untuk melakukan sesuatu saat depresi. Lebih lanjut, bertemu dengan rekan kerja membantu mengatasi perasaan terasing atau terisolasi yang kadang muncul.
Posisi: Pemilik Vs. Karyawan
Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk memulai usahanya sendiri. Walau demikian, sebagian dari orang dengan gangguan bipolar berhasil memulai dan mempertahankan suatu usaha. Sebagai pemilik, mereka memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka akan bekerja. mereka bisa memiliki jadwal yang teratur maupun fleksibel, mereka bisa bekerja dari rumah atau pergi ke tempat khusus (kantor), mereka juga bisa menentukan akan menerima suatu proyek atau tidak.
Memang ada banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk memulai dan mengembangkan suatu usaha. Ini tidak mudah bagi orang normal, terlebih bagi orang dengan gangguan mental yang berat. Walau demikian, kebebasan yang dimiliki membuat bentuk usaha yang dibangun bisa disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu dengan gangguan bipolar tersebut.
Profesi yang Cocok bagi Penderita Bipolar
Layaknya orang normal, orang dengan gangguan bipolar memiliki minat, bakat, kepribadian, dan gaya kerja masing-masing. Itu sebabnya, pekerjaan atau profesi yang cocok untuk individu dengan gangguan bipolar bisa berbeda-beda. Walau demikian, beberapa penelitian dan contoh tokoh-tokoh dengan bipolar yang sukses menunjukkan kecenderungan tersendiri.
Memiliki Aspek Kreativitas
Salah satu hal yang menarik perhatian peneliti terkait orang dengan gangguan bipolar adalah peningkatan kreativitas pada periode mania. Orang dengan gangguan bipolar menunjukkan peningkatan tertentu dalam kemampuan untuk berkreasi saat suasana hati mereka meningkat. Itu sebabnya bidang pekerjaan yang cenderung lebih sesuai dengan mereka adalah yang melibatkan kreativitas pada level tertentu. Ini tidak terbatas pada seni tetapi juga hal praktis seperti merangkai bunga, mendesain taman, dan lain sebagainya.
Melibatkan Empati
Karena mereka memiliki kemampuan untuk merasakan emosi yang dalam, orang dengan bipolar bisa memilih profesi atau bidang pekerjaan yang berhubungan dengan emosi. Misalnya sebagai penulis, musisi, penyair, aktor, dan lain-lain.
Kombinasi Meditatif dan Gejolak
Beberapa pekerjaan bisa melibatkan unsur rutinitas dan pengulangan. Misalnya seperti memasak. Pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang bisa memberikan efek menenangkan. Pada saat yang sama, tergantung kepada apa yang dikerjakan, memasak bisa penuh dengan gejolak. Pekerjaan dengan kombinasi kedua sifat ini juga bisa dijadikan pertimbangan untuk orang dengan gangguan bipolar.
Apakah Penderita Bipolar Bisa Bekerja?
Gangguan bipolar merupakan salah satu gangguan dengan risiko pengangguran yang tinggi. Walau demikian, ada banyak orang dengan gangguan bipolar yang memiliki pekerjaan dan mampu mempertahankan pekerjaan tersebut.
Terlepas dari itu, tidak bisa dipungkiri bahwa mereka memiliki tantangan tersendiri untuk tetap produktif dan memiliki hubungan yang sehat di lingkungan pekerjaan. Di tempat kerja, orang dengan gangguan bipolar menjadi korban stigma dan diskriminasi, mengalami konflik dengan rekan kerja, hingga menjadi korban bullying.
Di tempat kerja, orang dengan gangguan bipolar menjadi korban stigma dan diskriminasi, mengalami konflik dengan rekan kerja, hingga menjadi korban bullying.
Pada akhirnya, apakah penderita bipolar bisa bekerja atau tidak sangat ditentukan oleh tingkat keparahan gejala, dukungan dari lingkungan pekerjaan, dan sifat dari pekerjaan yang mereka miliki.
Referensi
Galvez, J. F., Thommi, S., & Ghaemi, S. N. (2011). Positive aspects of mental illness: A review in bipolar disorder. Journal of Affective Disorder, 128(3): 185-190.
Hawke, L. D., Parikh, S. V., & Michalak, E. E. (2013). Stigma and bipolar disorder: A review of the literature. Journal of Affective Disorders, 150(2): 181-191.
Marwaha, S., Durrani, A., & Singh, S. (2013). Employment outcomes in people with bipolar disorder: A systematic review. Acta Psychiatrica Scandinavica, 128(3): 179-193.
McCraw, S., Parker, G., Fletcher, K., & Friend, P. (2013). Self-reported creativity in bipolar disorder: Prevalence, types and associated outcomes in mania versus hypomania. Journal of Affective Disorder, 151(3): 831-836.
O’Donnell, L., Himle, J. A., Ryan, K., Grogan-Kaylor, A., McInnis, M. G., Weintraub, J., Kelly, M., & Deldin, P. (2017). Social aspects of the workplace among individuals with bipolar disorder. J Soc Social Work Res. 8(3):379-398.
Rathbun-Grubb, S. (2019). The lived experience of work and career among individuals with bipolar disorder. The International Journal of Information, Diversity, and Inclusion, 3(4): 20-44.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog