Sub Topik

Anoreksia adalah salah satu gangguan makan yang cukup umum dikenal oleh masyarakat. Ciri paling nampak dari gangguan ini adalah buruknya kebiasaan makan yang disebabkan oleh kekuatiran akan kenaikan berat badan.
Gangguan ini memiliki dampak yang tak dapat diremehkan terhadap kesehatan fisik. Salah satunya adalah kesuburan. Dampak anoreksia terhadap kesuburan menjadi tambahan kekhawatiran tersendiri bagi orang yang mengalaminya.
Padahal orang dengan anoreksia sudah mengalami kekhawatiran berkelanjutan tentang berat badan dan body image. Adanya isu bahwa gangguan makan bisa pengaruhi kesuburan dapat menjadi sumber stres baru bagi mereka.
Artikel ini akan berusaha mengupas semua informasi secara ringkas terkait gangguan makan dan infertilitas.
Anoreksia dan Kesuburan
Anoreksia berdampak pada kesuburan, baik pria maupun wanita. Meskipun taraf signifikansinya masih terus diteliti, berikut ini adalah gambarannya menurut hasil penelitian yang sudah terpublikasi:
#1 Rendahnya Gairah Seks
Anoreksia berkaitan erat dengan stres, kecemasan, dan depresi. Tak hanya berkaitan dengan mental, mereka juga mengalami kondisi kekurangan energi sebagai akibat dari rendahnya asupan nutrisi. Perpaduan kondisi-kondisi ini menjadi latar belakang rendahnya gairah seks pada pria maupun wanita dengan anoreksia.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pinheiro, et al, 2010) yang menyebutkan bahwa anoreksia berkaitan erat dengan menurunnya gairah seks pada wanita. Secara tidak langsung, ini menurunkan kemungkinan terjadinya kehamilan.
Lebih lanjut, gairah seks yang rendah disertai dengan gangguan hormon menjadi latar belakang sulitnya seseorang untuk hamil. Karena itu, orang dengan anoreksia yang merencanakan untuk memiliki keturunan sebaiknya segera mendapatkan penanganan dari profesional.
#2 Gangguan Hormon
Gangguan hormon reproduksi sebagai akibat dari anoreksia dialami baik pria maupun wanita. Berikut ini penjelasannya:
Dampak Anoreksia pada Kesuburan Pria
Jumlah pria yang mengalami anoreksia jauh lebih sedikit daripada wanita. Morris (2007) menyebutkan bahwa hanya 10-20% pengidapnya adalah pria. Meski tak banyak penderitanya, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tessler-Karfunkel (2014) sedikit menyinggung tentang infertilitas pria dengan anoreksia.
Pria dengan anoreksia mengalami gangguan sekresi hormon akibat kebiasaan makan yang buruk. Kebiasaan makan yang buruk pada anoreksia menyebabkan terganggunya peredaran hormon progesteron dalam tubuh yang berperan penting dalam sistem reproduksi pria. Jadi, anoreksia mempengaruhi otak yang kemudian mempengaruhi tingkat kesuburan.
Pria dengan anoreksia mengalami gangguan sekresi hormon akibat kebiasaan makan yang buruk. Kebiasaan makan yang buruk pada anoreksia menyebabkan terganggunya peredaran hormon progesteron dalam tubuh yang berperan penting dalam sistem reproduksi pria.
Mitchel, et al (2011) bahkan mencatat bahwa terdapat risiko tidak terproduksinya sel sperma sebagai akibat dari anoreksia. Di sisi lain, sebuah studi yang dikutip oleh Tessler-Karfunkel (2014) juga mengungkapkan perbandingan dampak gangguan makan ini terhadap pria dan wanita.
Studi tersebut mengatakan bahwa di antara 140 wanita dengan anoreksia, 50 di antaranya memiliki total 86 anak. Namun pada pria, dari 11 orang yang terlibat penelitian, tidak satu pun di antaranya yang memiliki anak.
Tanpa melakukan generalisasi yang berlebihan, kita dapat menyimpulkan bahwa gangguan makan anoreksia berdampak pada kesuburan pria. Meski demikian, rendahnya jumlah pria yang mengalami anoreksia (dibanding dengan wanita) menjadi penyebab terbatasnya penelitian lebih lanjut tentang hal ini.
Dampak Anoreksia Terhadap Kesuburan Wanita
Wanita dengan anoreksia mengalami kondisi berat badan yang sangat rendah akibat kebiasaan makan yang buruk. Hoffman, et al (2011) menuturkan bahwa kondisi ini memicu kendala pada produksi hormon estrogen yang penting bagi kehamilan.
Hal ini disebabkan oleh kinerja Hipotalamus yang kurang optimal akibat rendahnya asupan nutrisi. Padahal, bagian otak ini bertugas untuk memberi perintah dan mengontrol produksi hormon estrogen. Hal ini tentu memberi dampak buruk pada kesuburan wanita.
Meski demikian, penelitian oleh Chaer, et al (2020) membuktikan suatu hal yang cukup melegakan. Ia melaporkan bahwa tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita tanpa riwayat anoreksia dengan wanita yang telah pulih dari anoreksia.
Hubungan antara anoreksia dan sulit hamil pada wanita sebenarnya tidak terbatas pada bisa tidaknya terjadi kehamilan, melainkan terdapat beberapa isu lain yang lebih mendalam. Oleh sebab itu, artikel ini akan mengulas beberapa isu terkait kesuburan wanita dengan anoreksia.
Hubungan antara anoreksia dan sulit hamil pada wanita sebenarnya tidak terbatas pada bisa tidaknya terjadi kehamilan, melainkan terdapat beberapa isu lain yang lebih mendalam.
Isu Terkait Kesuburan Wanita dan Anoreksia
Berikut ini beberapa isu pra kehamilan dan kelahiran terkait dampak anoreksia terhadap kesuburan wanita yang perlu untuk dipahami.
#1 Siklus Menstruasi
Masalah asupan nutrisi pada wanita dengan anoreksia kerap kali menjadi latar belakang tidak teraturnya siklus menstruasi. Tentang hal ini, terdapat kondisi klinis yang disebut dengan amenorrhea yaitu ketika menstruasi tidak terjadi hingga 3 bulan berturut-turut atau lebih (Hoffman, et al, 2012).
Padahal siklus menstruasi menjadi tanda paling jelas terkait proses ovulasi pada sistem reproduksi wanita.
Oleh sebab itu, tidak adanya menstruasi merupakan peringatan untuk segera memperoleh penanganan dini terkait kesuburan pada wanita dengan anoreksia.
#2 Pergumulan dengan Obat Kimia
Dampak anoreksia pada kesuburan wanita berikutnya adalah bahwa mereka kemungkinan sedang bergumul dengan obat-obatan kimia pemicu kestabilan hormon. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri.
Masih mengonsumsi obat-obatan kimia untuk anoreksia menandakan bahwa seseorang belum pulih benar. Dan kekhawatiran lainnya adalah obat-obatan dapat berdampak pada perkembangan janin.
Menyikapi tantangan ini, wanita dengan anoreksia sebaiknya mendapatkan arahan yang komprehensif dari profesional jika sedang hamil atau merencanakan kehamilan. Profesional yang dimaksud adalah psikolog, psikiater, dan dokter kandungan.
#3 Risiko Keguguran
Hoffman, et al (2010) mencatat bahwa wanita dengan anoreksia memiliki kemungkinan untuk hamil bahkan tanpa didahului dengan kembalinya siklus menstruasi. Meski demikian,mereka berisiko tinggi mengalami keguguran (The ESHRE Capri Workshop Group, 2006).
Ini karena gangguan makan anoreksia membuat wanita dapat mengalami malnutrisi yang cukup parah. Tidak terpenuhinya kebutuhan gizi terkait kehamilan dapat menjadi pemicu terjadinya keguguran.
Itu sebabnya wanita dengan anoreksia yang sedang hamil sangat membutuhkan pengawasan intens dari tenaga profesional. Mereka perlu segera menaikkan berat badan agar kondisi kehamilannya stabil.
Terkait hal tersebut, para ahli juga menyebutkan tentang perlunya informasi bagi para petugas medis. Tujuannya adalah agar mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk menangani hal semacam ini.

Benarkah Penderita Anoreksia Susah Hamil?
Jawabannya adalah benar bahwa anoreksia menjadi salah satu pemicu terjadinya infertilitas. Hal ini berdampak baik pada pria maupun wanita. Dampak pertama adalah menurunnya gairah seks. Sedangkan dampak kedua yang lebih utama adalah terjadinya gangguan hormon.
Singkatnya, kebiasaan makan yang buruk karena anoreksia menyebabkan tubuh mengalami malnutrisi. Kondisi kekurangan nutrisi ini membuat kinerja hipotalamus memburuk sehingga mengganggu sekresi dan peredaran hormon progesteron dan estrogen.
Penurunan kondisi tersebut membuat produksi sel sperma pada pria dan proses ovulasi pada wanita menjadi terganggu. Demikianlah terjadi infertilitas sebagai dampak anoreksia pada kesuburan pria maupun wanita.
Pada pasangan, jika salah satu mengalami anoreksia, maka berpotensi untuk sulit mendapatkan keturunan. Sebab, kehamilan membutuhkan kondisi kesuburan, baik dari pihak wanita maupun pria.
Referensi
Morris, Jane (2007) Anorexia Nervosa. The British Medical Journal (BMJ), v334(7599), p 894–898. doi: 10.1136/bmj.39171.616840.BE
Pinheiro, A. P, et al (2010) Sexual Function in Women With Eating Disorders. Journal Eating Disorder, 43(2): 123–129, doi: 10.1002/eat.20671.
Hoffman, E. et al (2011) Reproductive Issue in Anorexia Nervosa. National Institutes of Health. NIH Public Access, 6(4): 403–414. doi:10.1586/eog.11.31.
Chaer, R. et al (2020) Fertility and Reproduction after Recovery from Anorexia Nervosa: A Systematic Review and Meta-Analysis of Long-Term Follow-Up Studies. PMC PubMed Central. doi: 10.3390/diseases8040046.
The ESHRE Capri Workshop Group (2006) Nutrition and Reproduction in Women. Human Reproduction Update, Vol.12, No.3 pp. 193–207, 2006. doi:10.1093/humupd/dmk003
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog