Sub Topik

Feeding and eating disorders atau yang lebih dikenal sebagai gangguan makan merupakan sekelompok gangguan yang berhubungan dengan tingkah laku makan. Dua gangguan yang sangat sering terdengar dari kelompok ini adalah anorexia nervosa dan bulimia. Artikel ini fokus membahas secara singkat dampak anorexia dalam relasi sosial di kehidupan sehari-hari.
Sekilas tentang Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa merupakan gangguan makan yang ditandai dengan penolakan keras akan makanan dan ketakutan berlebihan terhadap kenaikan berat badan. Individu yang mengalaminya menolak untuk mempertahankan berat badan yang normal. Ia juga memiliki persepsi yang terganggu atau salah tentang tubuhnya sendiri. Anorexia lebih banyak dialami oleh anak atau remaja perempuan dan bisa mengakibatkan terhentinya menstruasi.
Harga Diri, Pengalaman Sosial, dan Anoreksia
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami anoreksia. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menunjukkan dinamika hubungan dan berkontribusi terhadap anorexia nervosa, yaitu harga diri, pengalaman body shaming, dan aktivitas tidak sehat di media sosial. Saat seseorang dengan potensi harga diri yang rendah mengalami body shaming atau melakukan tingkah laku membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial, maka ia berisiko untuk mengalami anorexia nervosa.
Saat seseorang dengan potensi harga diri yang rendah mengalami body shaming atau melakukan tingkah laku membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial, maka ia berisiko untuk mengalami anorexia nervosa.
Harga diri, Kepercayaan Diri, dan Gangguan Makan
Hubungan kepercayaan diri dengan gangguan makan berkaitan juga dengan harga diri (self-esteem). Persepsi tubuh yang salah atau buruk bisa diakibatkan oleh harga diri yang rendah. Buruknya persepsi tubuh inilah yang kemudian berkontribusi pada terjadinya gangguan makan. Selain itu, seseorang dengan harga diri yang rendah akan memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Pengaruh Body Shaming dan Anorexia
Saat seseorang menerima komentar negatif tentang tubuhnya (kegemukan, terlalu kurus, tidak proporsional) hingga ia merasa malu akan tubuh yang ia miliki, maka orang tersebut mengalami body shaming. Individu dengan harga diri rendah yang mengalami body shaming memiliki peluang besar untuk mengembangkan persepsi yang salah atau terganggu tentang tubuhnya. Pengalaman Body shaming bisa terjadi secara langsung (bertatapan muka) maupun melalui media sosial.
Pengaruh Media Sosial dan Anorexia
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa media sosial menimbulkan masalah yang serius terkait gangguan makan, terutama anorexia nervosa. Penggunaan media sosial yang bermasalah sering diasosiasikan dengan menurunnya harga diri dan kepuasan akan diri sendiri. Ini berlanjut kepada terjadinya perubahan persepsi diri akan tubuh hingga kemungkinan untuk mengalami depresi. Persepsi tubuh yang salah atau terganggu ini merupakan salah satu kriteria penting dalam diagnosis anorexia nervosa.
Anorexia dan Relasi Sosial
Dampak anorexia dalam relasi sosial berkaitan dengan kondisi fisik dan psikis yang mempengaruhi keterampilan berkomunikasi sekaligus memperkuat tingkah laku menghindar dari berbagai situasi sosial. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami anorexia nervosa cenderung terisolasi dari hubungan yang tadinya sudah terbangun dan mengalami kesepian. Berbagai fungsi sosial mereka terkena dampak dari anoreksia yang mereka alami sehingga menjalin hubungan yang bermakna, seperti pertemanan, menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
Kesulitan dalam Komunikasi Nonverbal
Individu yang mengalami anoreksia memiliki kesulitan untuk memahami perspektif orang lain. Penelitian juga melaporkan bahwa mereka cenderung sulit untuk mengartikan bahasa nonverbal orang lain. Gerak tubuh, mimik wajah, dan intonasi suara merupakan bagian penting dalam komunikasi yang bisa memberikan makna lebih atas kata-kata yang disampaikan. Kesulitan memahami aspek ini menimbulkan hambatan tersendiri dalam komunikasi, yang merupakan salah satu aspek penting dalam hubungan interpersonal.
Kesulitan dalam Memberikan Reaksi Spontan
Aspek komunikasi lainnya yang mendapatkan dampak dari anorexia adalah spontanitas sosial. Individu dengan anoreksia cenderung tidak mampu untuk memberikan respon sosial secara spontan. Mereka juga cenderung lambat untuk mengidentifikasi arti dari rangsangan sosial. Misalnya dalam percakapan. Respon mereka tidak mengalir dan mungkin tidak sesuai dengan arah percakapan yang sewajarnya dipahami orang lain.
Kepercayaan Diri yang Rendah
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek penting dalam membangun hubungan sosial dengan orang lain. Rasa percaya diri dipengaruhi oleh harga diri dan persepsi diri. Karena harga diri seseorang dengan anoreksia rendah, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang rendah.
Seseorang dengan kepercayaan diri yang rendah juga biasanya mengalami kesulitan untuk menghadapi permasalahan hidup. Akibatnya, permasalahan yang mereka hadapi dengan mudah mempengaruhi mood dan hubungan mereka dengan orang lain. Mereka menjadi moody (mudah berubah situasi emosinya) dan mudah gusar (irritable). Jika interaksi dengan orang lain (teman atau keluarga) sering melibatkan emosi yang berubah-ubah, maka wajar jika terjadi konflik. Konflik-konflik kecil yang berulang bisa menimbulkan ketegangan dalam hubungan interpersonal.
Menghindari Situasi Sosial (Social Avoidance)
Orang yang mengalami anoreksia merasa ketakutan akan evaluasi negatif dari orang lain. Hal ini membuat mereka menghindari berbagai situasi sosial. Selain itu, dalam diri mereka juga muncul rasa malu atas perilaku makan mereka. Apalagi dalam masyarakat sering terjadi cemoohan terhadap perilaku makan yang tidak sehat.
Pengaruh body shaming dan anorexia juga berperan dalam membentuk perilaku menarik diri dari situasi sosial. Individu dengan anoreksia yang pernah mengalami body shaming akan merasa tubuhnya tidak ideal. Akibatnya, ia malu untuk menunjukkan diri dalam berbagai situasi sosial.

Sulit Memahami Konsep Pertemanan
Akibat kondisi lapar berkepanjangan, seseorang bisa mengalami defisit pada aspek sosial-emosional. Penurunan aspek ini membuat individu dengan anoreksia sulit untuk memahami konsep pertemanan. Selain itu, ia sering membanding-bandingkan diri dengan teman sebaya, terutama yang berjenis kelamin sama. Dalam pikirannya, terjadi kompetisi dengan orang lain (termasuk teman) yang dianggap lebih ideal secara fisik. Akibatnya, ia sulit untuk membangun hubungan pertemanan yang bermakna. Ia bahkan menarik diri dari hubungan pertemanan yang sudah ada.
Terisolasi dan Kesepian
Anorexia nervosa membuat seseorang terisolasi dan merasakan kesepian. Sikap dan tingkah laku mereka terhadap makanan yang “berbeda” membuat mereka terasing dari orang lain. ini juga membuat mereka merasa tidak ada yang memahami mereka dan pada akhirnya membatasi interaksi dengan orang lain. Padahal untuk sembuh dari anoreksia, dibutuhkan dukungan dari orang sekitar, temasuk keluarga dan teman.
Tantangan bagi Keluarga dan Teman
Jika salah seorang anggota keluarga atau gang memiliki gangguan makan, maka acara makan bersama menjadi suatu tantangan dan permasalahan tersendiri. Orang-orang dengan gangguan makan cenderung menarik diri dari situasi sosial yang melibatkan makanan, sehingga mereka kehilangan berbagai kesempatan untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga. Sebagai akibatnya, mereka semakin terisolasi dan mengalami penurunan dalam kualitas relasi sosial yang tadinya dimiliki.
Anorexia Menurunkan Kualitas Relasi Sosial
Anorexia nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang membuat seseorang sangat takut menjadi gemuk sehingga membatasi konsumsi makanan secara ekstrem. Harga diri yang rendah, pengalaman body shaming, dan penggunaan media sosial yang tidak sehat, merupakan tiga dari berbagai faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya anorexia nervosa. Gangguan ini mempengaruhi berbagai aspek hidup seseorang, termasuk kualitas relasi sosial yang ia miliki. Secara umum, dampak anorexia dalam relasi sosial adalah terjadinya penurunan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi, disertai dengan berkurangnya jaringan hubungan sosial yang tadinya individu miliki akibat tingkah laku menghindari situasi sosial.
Secara umum, dampak anorexia dalam relasi sosial adalah terjadinya penurunan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi, disertai dengan berkurangnya jaringan hubungan sosial yang tadinya individu miliki akibat tingkah laku menghindari situasi sosial.
Referensi
Ambrose, M. & Deisler, V. (2015). Eating disorders: Examining anorexia, bulimia, and binge eating. Jasmine Health, USA.
APA. (n.d.). Anorexia nervosa. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved November 16, 2022, from https://dictionary.apa.org/anorexia-nervosa
Datta, N. D., Foukal, M., Erwin, S., Hopkins, H., Tchanturia, K., & Zucker, N. (2021). A mixed-methods approach to conceptualizing friendships in anorexia nervosa. Plos One, 16 (9).
Padin, P. F., Gonzalez-Rodriquez, R., Verde-Diego, C., & Varquez-Perez, R. (2021). Social media and eating disorder psychopathology: A systematic review. Cyberpsychology: Journal of Psychosocial Research on Cyberspace, 15 (3).
Patel, K., Tchanturia, K., & Harrison, A. (2016). An exploration of social functioning in young people with eating disorders: A qualitative study. Plos One, 11 (7).
Treasure, J., Willmott, D., Ambwani, S., Cardi, V., Bryan, D. C., Rowlands, K., & Schmidt, U. (2020). Cognitive interpersonal model for anorexia nervosa revisited: The perpetuating factors that contribute to the development of the severe and enduring illness. Journal of Clinical Medicine, 9.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog