Sub Topik

Cara kerja otak depresi berbeda dari otak orang normal. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa depresi berkaitan dengan perubahan kimiawi dan aktivitas otak yang berbeda dari otak orang tanpa depresi. Pada saat yang sama, depresi yang dialami seseorang juga mempengaruhi otak orang tersebut, baik permanen maupun sementara.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa depresi berkaitan dengan perubahan kimiawi dan aktivitas otak yang berbeda dari otak orang tanpa depresi.
Hubungan Gangguan Kejiwaan dengan Otak
Bidang ilmu yang meneliti tentang sistem saraf dan fungsi otak adalah neurobiologi. Bidang ini sering berkaitan dengan bidang neuroscience. Neuroscience sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan sistem saraf, struktur, dan cara kerjanya. Bersama-sama dengan berbagai bidang ilmu lainnya, kedua disiplin ini berkontribusi terhadap perkembangan pengetahuan di bidang kesehatan.
Gangguan Otak: Penyakit Fisik dan Mental
Ada berbagai gangguan yang akar permasalahannya bersumber di otak. Sebagian digolongkan sebagai penyakit (fisik). Misalnya seperti epilepsi, Parkinson, dan lain sebagainya. Sebagian lagi kemudian digolongkan sebagai gangguan mental. Misalnya seperti autisme, ADHD, atau depresi. Untuk memahami perbedaan otak pada orang dengan gangguan mental, kita harus paham tentang fungsi dan cara kerja otak yang normal.
Fungsi Dasar Otak
Otak adalah organ yang sangat kompleks. Otak mengendalikan semua hal yang dialami manusia. Termasuk di dalamnya gerakan, penginderaan, pengaturan proses tubuh, seperti bernapas dan emosi. Semua ini melibatkan berbagai macam reaksi kimia setiap detiknya.
Cara Kerja Otak
Otak menjalankan berbagai tugas tersebut dengan memanfaatkan unit fungsional dasarnya, yaitu neuron. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, neuron terhubung dengan neuron lain, reseptor sensorik, atau sel otot. Mereka berkomunikasi melalui media sinyal elektrik atau pesan kimiawi. Fungsi ini disebut dengan neurotransmission, sementara zat kimia yang terlibat di dalamnya disebut neurotransmitter.
Gangguan Kejiwaan dan Perubahan pada Otak
Gangguan kejiwaan atau gangguan mental merupakan kondisi yang mengubah emosi, pikiran, dan tingkah laku seseorang. Perubahan ini kemudian mengganggu pelaksanaan fungsi sehari-hari yang normal. Seperti disebutkan sebelumnya, semua aspek tersebut, disadari atau tidak disadari, diatur oleh otak.
Berdasarkan berbagai penelitian, para ahli menyimpulkan bahwa gangguan mental merupakan dampak dari timbulnya masalah komunikasi antara neuron di otak (neurotransmission). Salah satu gangguan mental yang diduga bersumber dari masalah yang sama adalah gangguan depresi.
Otak dan Depresi
Depresi terjadi di berbagai belahan dunia. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) memperkirakan bahwa depresi merupakan beban kesehatan nomor 2 secara global.
Gangguan Depresi Melemahkan dan Berbahaya
Gangguan depresi melemahkan seseorang melalui berbagai gejala biologis, pikiran (kognitif), dan psikis. Salah satu gejalanya yang sangat berbahaya adalah pemikiran untuk bunuh diri. Pemikiran ini kadang diikuti dengan usaha bunuh diri. Sebagian berakhir dengan kematian.
Masalah di Otak Bukan Satu-satunya Penyebab Depresi
Perlu diingat bahwa kelainan di otak bukan satu-satunya penyebab seseorang mengalami gangguan depresi. Ada berbagai faktor lain yang ikut berperan. Di antaranya adalah kondisi media, kejadian traumatis, dan stres dalam hidup. Faktor-faktor tersebut bisa bersama-sama berkontribusi terhadap munculnya gangguan depresi.
Apa yang Terjadi pada Otak ketika Depresi?
Ada beberapa bagian otak yang berkaitan dengan gangguan depresi. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi spesifik masing-masing. Perubahan yang terjadi pada otak saat depresi berada pada level yang sangat kecil, yaitu pada level molekul.
Selain itu, berbagai perubahan juga berkaitan dengan hormon dan kondisi kimiawi otak. Itu sebabnya, sebagian besar obat depresi bertujuan untuk menyeimbangkan kimiawi dalam otak.
Amygdala
Amygdala adalah bagian otak yang berfungsi untuk mengatur emosi. Terutama emosi marah, rasa senang, dan rasa takut. Amygdala orang yang depresi menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi dibanding orang normal (hiperaktif). Ini mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Termasuk masalah tidur dan emosi yang tampak.
Thalamus
Thalamus adalah bagian otak yang berfungsi untuk memilah informasi yang diterima otak. Thalamus memberi makna terhadap apa yang dilihat, misalnya baik atau buruk. Ini juga terhubung dengan perasaan, baik ataupun buruk. Pada kondisi depresi, thalamus tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Hippocampus
Hippocampus berperan dalam proses ingatan, mengatur kortisol dalam otak. Kortisol adalah hormon stres. Peneliti menemukan bahwa ukuran hippocampus orang yang mengalami depresi lebih kecil daripada orang normal. Gangguan pada hipokampus juga mempengaruhi level kortisol dalam otak.
Serotonin
Perubahan pada berbagai area di otak akan mempengaruhi produksi berbagai hormon. Salah satunya adalah hormon serotonin. Serotonin adalah hormon yang mengatur ritme tidur dan mood seseorang. Akibat berbagai perubahan pada otak, produksi serotonin menjadi kacau.
Norepinephrine
Norepinephrine adalah hormon yang berkaitan dengan motivasi. Gangguan pada hormon ini akan berpengaruh pada motivasi seseorang. Otak orang yang depresi juga mengalami abnormalitas produksi norepinephrine.
Dampak Depresi terhadap Otak
Depresi memang bisa dipengaruhi oleh kondisi otak. Pada saat yang sama, mengalami depresi berkepanjangan bisa mempengaruhi otak. Dampaknya berupa perubahan struktur dan fungsi.
Bagaimana Cara Depresi Merusak Otak?
Otak yang mengalami depresi berarti mengalami situasi abnormal. Berada pada situasi abnormal yang berkepanjangan dapat mempengaruhi otak.
Depresi Menghambat Regenerasi Neuron
Depresi, terutama yang berkaitan dengan stres, dapat menghambat regenerasi sel otak. Saat seseorang mengalami depresi, produksi hormon kortisol akan meningkat. Kortisol dalam jumlah yang besar dapat menghalangi terjadinya neurogenesis. Neurogenesis adalah proses pembentukan neuron yang baru. Hal ini tentu mempengaruhi kinerja otak. Terutama dalam hal ingatan.
Depresi Membuat Amygdala Terlalu Sensitif
Efek lainnya dari depresi yang berkaitan dengan stres adalah terhadap sensitivitas amygdala. Otak yang mengalami depresi berkepanjangan mengalami gangguan dalam mengenali hubungan sebab-akibat antara stres dalam hidup dengan depresi. Otak menjadi terlalu sensitif terhadap kejadian yang negatif. Akibatnya, orang tersebut menjadi semakin rentan mengalami depresi. Ini juga yang menjadi faktor besarnya kemungkinan kambuh pada gangguan depresi.
Depresi Bisa Mengubah Cara Kerja Otak Anak dan Orang Dewasa
Seperti disebutkan sebelumnya, perubahan otak akibat depresi mempengaruhi struktur dan fungsinya. Saat struktur otak berubah, otomatis akan mempengaruhi cara kerjanya. Dan ini berlaku pada orang dewasa dan anak-anak.
Pada anak-anak, kondisi abnormalitas berisiko lebih tinggi untuk mengganggu berbagai fungsi otak. Ini karena otak anak dan remaja masih berada pada tahap perkembangan. Pengobatan depresi pada anak juga lebih rumit mengingat obat depresi memiliki dampak tersendiri pada fisik dan kondisi kesehatan lainnya.
Efek Depresi Merusak Otak
Otak orang yang depresi mengalami berbagai perubahan, seperti ukuran otak yang mengecil, kerja otak menjadi hiperaktif, level hormon yang tidak seimbang, dan lain sebagainya.
Otak orang yang depresi mengalami berbagai perubahan, seperti ukuran otak yang mengecil, kerja otak menjadi hiperaktif, level hormon yang tidak seimbang, dan lain sebagainya.
Hal ini akan mempengaruhi emosi, pikiran, dan tingkah laku seseorang. Mengingat cara kerja otak depresi bisa berdampak dalam jangka panjang, maka orang dengan gangguan depresi harus segera mendapatkan penanganan profesional.
Referensi
Dillon, D. G. & Pizzagalli, D. A. (2018). Mechanism of memory disruption in depression. Trends neurosci, 41(3): 137-149.
Kerestes, R., Davey, C. G., Stephanou, K., Whittle, S., & Harrison, B. J. (2014). Functional brain imaging studies of youth depression: A systematic review. NeuroImage: Clinical 4: 209-231.
Pandya, M., Altinay, M., Malone, D. A., & Anand, A. (2012). Where in the brain is depression? Curr Psychiatry Rep, 14(6): 634-642.
Trifu, S. C., Trifu, A. C., Aluaş, E., Tătaru, M. A., & Costea, R. V. (2020). Brain changes in depression. Rom J Morphol Embryol, 61(2): 361-370.
Zhang, F. F., Peng, W., Sweeney, J. A., Jia, Z. Y., & Gong, Q. Y. (2018). Brain structure alterations in depression: Psychoradiological evidence. CNS Neurosci Ther, 24(11): 994-1003.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog