
Bullying di tempat kerja terjadi ketika seseorang melecehkan, menyinggung, dan mengucilkan orang lain secara sengaja di tempat kerja. Bullying di tempat kerja ditandai dengan adanya frekuensi, persistensi, permusuhan, dan kekuasaan yang tidak imbang. Frekuensi mengacu pada seberapa sering perilaku bullying dilakukan. Persistensi menggambarkan durasi waktu perilaku bullying dilakukan. Aspek permusuhan berkaitan dengan hal negatif yang mendorong perilaku bullying. Sedangkan kekuasaan yang tidak imbang adalah adanya perbedaan kekuasaan yang dirasakan antara pelaku dan target bullying.
Target bullying mengalami perilaku negatif yang berulang dan terus-menerus dari satu atau lebih individu. Perilaku ini dapat berasal dari atasan, rekan kerja, atau pelanggan. Selain itu, target bullying merasa sulit untuk mencegah, menolak, atau menanggapi perilaku negatif tersebut.
Tanda Seseorang Mengalami Bullying di Tempat Kerja
Sebagian besar para ahli menyatakan bahwa yang membedakan bullying dengan perilaku lain adalah pelaku melakukannya dengan sengaja untuk menyakiti target. Di bawah ini merupakan tanda jika seseorang mengalami bullying di tempat kerja.
Kekuatan yang Tidak Seimbang
Ketika kekuasaan yang tidak seimbang terjadi, sulit bagi target untuk mempertahankan diri dari serangan pelaku bullying. Ketidakseimbangan kekuatan ini bisa berasal dari kedudukan pelaku bullying sebagai bos atau supervisor target. Contoh lain dari ketidakseimbangan kekuatan adalah memiliki status sosial yang lebih tinggi di tempat kerja, memiliki lidah yang lebih tajam, atau memiliki pengaruh yang lebih besar di dalam perusahaan. Akibatnya target merasa terisolasi, sendirian, dikucilkan, terancam, dan rentan berbagai risiko masalah.
Perilaku yang Berulang
Sebagian besar perilaku bullying terdiri dari berbagai macam tingkah laku dan kata yang kejam. Hal ini bersifat terus-menerus dan sistematis. Pelaku bullying di tempat kerja sengaja menyerang target berkali-kali dengan mencaci maki. Di lain waktu, perilaku yang dilakukan dapat berupa mengklaim sepihak pujian atas pekerjaan yang dilakukan target, mengirim email kasar, dan menyebarkan gosip di kantor.
Ciri khas bullying di tempat kerja adalah siksaan yang konsisten. Ini berbeda dengan tingkah laku marah yang terjadi sesekali dan dalam taraf normal. Artinya sewaktu-waktu setiap orang bisa bersikap kasar dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. Tetapi jika hanya terjadi satu kali, perilaku tersebut bukan merupakan bullying.
Perilaku yang Disengaja
Aspek lain dari bullying di tempat kerja adalah niat pelaku untuk menyakiti, mengontrol, atau memanipulasi target. Pelaku dengan sengaja menargetkan orang lain dan merusak harga diri serta pekerjaan mereka. Target bullying di tempat kerja dapat merasa terhina, malu, kesal, cemas, dan tertekan. Beberapa bahkan mungkin mengembangkan gangguan mental seperti gangguan makan, gangguan kecemasan, atau PTSD.
Bagaimana Pembulian di Tempat Kerja dapat Terjadi?
Bullying di tempat kerja tidak hanya berbentuk serangan verbal atau fisik secara terang-terangan, tetapi juga dapat berupa tindakan diam-diam seperti mengucilkan atau mengisolasi target dari rekan-rekan kerja yang lain. Terdapat beberapa tahapan bagaimana pembulian di tempat kerja dapat terjadi.
Bullying di tempat kerja tidak hanya berbentuk serangan verbal atau fisik secara terang-terangan, tetapi juga dapat berupa tindakan diam-diam seperti mengucilkan atau mengisolasi target dari rekan-rekan kerja yang lain.
Memilih Target Bullying
Target bullying di tempat kerja cenderung memiliki karakteristik tertentu. Mereka sangat kompeten, kreatif, dan berprestasi. Mereka tidak tertarik dengan politik kantor dan memiliki pandangan dunia yang baik. Target cenderung dihormati di komunitas kerja, dan rekan kerja sering meminta saran dari mereka.
Sebaliknya, pelaku bullying cenderung narsis, kurang memiliki keahlian kerja, dan mahir mengambil pujian atas usaha orang lain. Pelaku sering bertindak secara diam-diam, seperti memanipulasi, gosip, sabotase, gaslighting, dan isolasi. Ia merasa terancam oleh kompetensi, kreativitas, dan modal sosial target bullying, sehingga berusaha untuk mendorong target keluar.
Merencanakan Serangan ke Target Bullying
Setelah pelaku memilih target yang akan di-bully, dia akan membuat rencana untuk mengganggu target. Pelaku mengawali serangan dengan menjilat target, berpura-pura menjadi teman dan sekutu. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi pribadi yang nantinya dapat digunakan sebagai senjata. Selain itu, ia akan mencari kelemahan target dan menggunakannya untuk menurunkan kepercayaan diri target. Misalnya, jika targetnya adalah penulis teladan, pelaku dapat mengambil tanggung jawab menulisnya, dengan alasan tidak kompeten.
Membuat Provokasi kepada Orang Sekitar
Pelaku membuat peristiwa pemicu untuk melancarkan serangan bullying. Ia menggunakan peristiwa tersebut sebagai kesempatan untuk menimbulkan keresahan. Pelaku juga memprovokasi orang lain agar berpartisipasi dalam tindakan bullying tersebut.
Menyerang Target Bullying secara Diam-diam
Serangan awal diam-diam paling sering berbentuk gosip di jam makan siang, perhatian yang tidak tulus, dan desas-desus tentang kompetensi kerja. Misalnya mengajukan pertanyaan seperti, “Apa kalian lihat kesalahan pegawai A selama presentasi tadi?”
Selanjutnya, pelaku bullying mungkin mulai mewawancarai rekan kerja secara diam-diam mengenai kepribadian target. Ia menanam benih keraguan dan penghinaan, sambil menasihati mereka untuk menjaga jarak agar tidak menjadi “bagian dari masalah”.
Sebagian besar pelaku akan berbagi keprihatinan mereka dengan manajemen atas. Ini dilakukan juga untuk menciptakan keberpihakan jika target kemudian mencoba meminta bantuan.
Menyerang Target Bullying secara Langsung
Pada titik ini, rumor sudah tersebar luas, sabotase meningkat, dan target tidak diundang ke pertemuan dan acara sosial hingga akhirnya dihukum karena kehilangan informasi. Orang sekitar yang menyaksikan ini mungkin menyadari adanya bullying. Walau demikian, mereka tidak melakukan apa-apa karena takut menjadi target berikutnya. Ini juga yang mendorong mereka untuk ikut serta dalam bullying dan memutuskan persahabatan dengan target.
Saat stres bertambah dan isolasi meningkat, perasaan putus asa target bisa sangat besar. Selain itu, sebagian besar target mengalami penderitaan fisik dan mental yang dipicu oleh stres. Bentuknya bisa berupa hipertensi, masalah pencernaan, migrain, kecemasan, depresi, serangan panik, dan gejala PTSD. Walaupun target meminta bantuan manajemen yang lebih tinggi keluhannya sering kali diminimalkan dan diabaikan. Ingat, pelaku sudah membangun hubungan agar manajemen berpihak padanya.

Contoh-contoh Bullying di Tempat Kerja
Secara umum, perilaku bullying di tempat kerja dapat dikelompokkan ke dalam kategori berikut:
- Ancaman terhadap prestasi kerja. Misalnya sepert pendapat yang diremehkan, penghinaan profesional publik, atau tuduhan kurangnya usaha.
- Ancaman terhadap kedudukan pribadi. Misalnya seperti pemanggilan nama, hinaan, intimidasi, dan merendahkan terkait
- Misalnya dengan mencegah akses peluang, isolasi fisik atau sosial, maupun menahan informasi.
- Terlalu banyak bekerja. Misalnya dengan memberikan tekanan yang tidak semestinya, tenggat waktu yang tidak masuk akal, atau gangguan yang tidak perlu.
- Kekerasan Fisik.
Cara Menghadapi Bullying di Tempat Kerja
Jika Anda mengalami bullying, Anda mungkin merasa tidak berdaya dan tidak mampu melakukan apapun untuk menghentikannya. Saat Anda mencoba melawan pelaku, Anda mungkin mendapat ancaman. Pelaku membuat Anda berpikir bahwa tidak ada yang akan percaya Anda mengalami bullying. Terlebih jika bullying dilakukan oleh atasan. Anda mungkin bertanya-tanya siapa yang perlu Anda beri tahu.
Mulailah menghadapi bullying dengan melakukan langkah-langkah di bawah ini:
Prioritaskan Keselamatan Anda Terlebih Dahulu
Sebelum merespons tindakan bullying, prioritaskan keselamatan diri terlebih dahulu. Sebisa mungkin, menjauhlah dari pelaku. Hindari menginterupsi atau memprovokasi untuk meredakan situasi. Jika harus berhadapan dengan pelaku, usahakan untuk tetap tenang. Dan yang paling utama, pertahankan kepercayaan diri Anda.
Berikan Reaksi yang Tegas Kepada Pelaku
Memilih bagaimana bereaksi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan perilaku bullying. Jika perilakunya tidak berlebihan atau berbahaya dan Anda hanya melihat pelaku sesekali, Anda mungkin hanya perlu menjaga jarak. Jika perilaku bullying termasuk parah, bawa saksi yang terpercaya dan minta mereka untuk berhenti. Bersikaplah tenang, lugas, dan sopan.
Selain itu Anda juga dapat membuat kontak mata dengan pelaku. Kontak mata bisa menjadi signifikan, karena pengganggu memiliki lebih sedikit empati ketika mereka tidak dapat melihat wajah atau mata Anda.
Dokumentasikan Tindakan Bullying dan Beritahu Orang yang Berwenang
Dokumentasikan setiap pelanggaran dan usahakan untuk menyimpan catatan tersebut selama mungkin. Anda mungkin memerlukannya jika ingin mengajukan keluhan di tempat kerja atau, dalam beberapa kasus, laporan polisi jika tindakan pelaku bullying merusak secara emosional atau fisik.
Beritahu orang lain apa yang terjadi. Beri tahu atasan Anda. Jika pelaku adalah bos Anda, beritahu atasan bos Anda. Jika Anda merasa nyaman pergi ke bagian HR, ini merupakan salah satu solusi yang efektif. Jika tidak, beritahu mentor terpercaya. Anda juga bisa meminta bantuan rekan kerja yang memiliki atasan dengan jabatan yang lebih tinggi. Pelajari juga kebijakan di perusahaan karena beberapa perusahaan mengizinkan pelaporan bullying atau pelecehan secara anonim.
Mengatasi Bullying di Tempat Kerja
Bullying merupakan masalah yang serius di berbagai tempat, termasuk di tempat kerja. Bentuk bullying di tempat kerja bisa berupa ancaman terhadap prestasi kerja, terhadap kedudukan pribadi, isolasi sosial di tempat kerja, pemberian beban kerja yang berlebihan, dan kekerasan fisik. Walaupun sulit dikenali, bullying di tempat kerja bisa dihentikan dengan cara memberikan reaksi yang tepat pada pelaku, mengumpulkan bukti terjadinya bullying, dan melaporkan kepada pihak yang dapat memberikan bantuan, seperti HRD dan manajemen yang lebih tinggi.
Referensi
Arlin, C. (2021, June 28). How to Deal With Adult Bullying. https://www.verywellmind.com/how-to-deal-with-adult-bullying-5187158#toc-what-to-do-if-youre-a-victim
Einarsen, S. (1999). The nature and causes of bullying at work. International Journal of Manpower, 20(1–2), 16–27.
Peng, Y. C., Chen, L. J., Chang, C. C., & Zhuang, W. L. (2016). Workplace bullying and workplace deviance: The mediating effect of emotional exhaustion and the moderating effect of core self-evaluations. Employee Relations, 38(5), 755–769.
Raypole, C. (2019, April 29). Workplace Bullying: How to Identify and Manage Bullying. https://www.healthline.com/health/workplace-bullying
Suskind, D. (2020, June 24). The Six Stages of Workplace Bullying | Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/bully-wise/202006/the-six-stages-of-workplace-bullying
Zapf, D., & Einarsen, S. (2010). Bullying in the workplace: Recent trends in research and practice−an introduction. European Journal of Work and Organizational Psychology, 10(4), 369–373. https://doi.org/10.1080/13594320143000807
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog