
Salah satu dampak bullying adalah terjadinya peningkatan kecemasan, termasuk kecemasan sosial. Bullying bahkan dapat memicu terjadinya social anxiety disorder (gangguan kecemasan sosial) yang dikenal juga sebagai social phobia. Walau demikian, hubungan antara bullying dan kecemasan sosial sebenarnya tidak sesederhana itu. Kecemasan sosial bisa terjadi akibat pengalaman bullying, namun kecemasan sosial juga merupakan faktor prediksi terjadinya bullying.
Kecemasan sosial bisa terjadi akibat pengalaman bullying, namun kecemasan sosial juga merupakan faktor prediksi terjadinya bullying.
Bullying dan Tingkat Kecemasan
Kata bullying dan kecemasan cukup akrab di tengah masyarakat. Namun mungkin tidak semua orang paham arti dari kedua kata tersebut.
Bullying
Bullying atau perundungan adalah tingkah laku menekan, mengancam, atau agresif yang ditujukan pada orang yang lebih lemah. Bullying dapat ditemukan di berbagai tempat. Bullying terjadi di tempat kerja, dalam keluarga, di sekolah, dan di berbagai lingkungan lainnya.
Bentuk Perilaku Bullying
Perilaku bullying dapat terjadi secara fisik, verbal, relasional (dalam hubungan interpersonal), dan dalam dunia maya (cyberbullying). Seseorang yang mengalami bullying fisik mungkin dipukul, ditendang, atau didorong hingga jatuh. Pada bullying verbal, korban dibentak, dihina, atau diolok-olok. Pengalaman bullying relasional misalnya diasingkan di kelas. Demikian juga, penghinaan dan pengasingan dapat terjadi di berbagai platform di internet. Dan ini hanya sedikit dari contoh berbagai bentuk bullying.
Kecemasan
Kecemasan adalah antisipasi terhadap datangnya ancaman bahaya. Apa yang dianggap ancaman bisa berbeda bagi tiap orang. Dan bahaya yang dimaksud bukan hanya bahaya fisik, tetapi juga psikis dan sosial. Misalnya, seorang siswa menganggap mata pelajaran Fisika sebagai ancaman bahaya karena ia takut tidak dapat menjawab pertanyaan dan dipermalukan di depan teman-teman sekelas.
Cemas Setelah Menjadi Korban Bullying
Wajar jika seseorang yang menjadi korban bullying kemudian mengalami peningkatan rasa cemas. Mereka mengalami sesuatu yang mungkin menyakitkan secara fisik dan mental. Mereka merasa tidak aman, selalu terancam oleh datangnya bahaya. Bahaya tersebut bisa berupa sakit secara fisik, dipermalukan secara sosial, atau disakiti secara psikis dengan berbagai cara.
Kecemasan Sosial dan Gangguan Kecemasan Sosial
Rasa cemas dan takut sebenarnya adalah sesuatu yang normal, wajar, dan diperlukan setiap orang. Walau demikian, jika sudah menjadi berlebihan dan menimbulkan masalah, kecemasan dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan.
Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial adalah rasa takut akan situasi sosial karena antisipasi terhadap kejadian yang memalukan. Dalam contoh siswa yang cemas akan kelas Fisika tadi, yang ia rasakan adalah kecemasan sosial. Ia takut akan dipermalukan di depan teman-teman sekelasnya.
Pada kecemasan yang wajar, siswa tersebut akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Di sinilah arti penting dari kecemasan, yaitu untuk mendorong perkembangan individu.
Gangguan Kecemasan Sosial
Gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder (dikenal juga sebagai social phobia) terjadi saat kecemasan yang melibatkan situasi sosial menjadi berlebihan, menyebabkan distres (respon negatif terhadap stres), atau gangguan pada fungsi sehari-hari. Misalnya, jika siswa tadi kemudian sama sekali tidak mau pergi ke sekolah. Ia bahkan memutuskan untuk tidak keluar rumah karena takut akan melakukan hal memalukan dan menjadi bahan tertawaan.
Komponen Gangguan Kecemasan Sosial
Contoh siswa yang menolak keluar rumah di atas memenuhi tiga komponen penting yang menjadi ciri khas gangguan kecemasan sosial. Tiga komponen tersebut adalah:
- Individu mengalami distres, ketidaknyamanan, ketakutan, atau kecemasan pada situasi sosial;
- Dengan sengaja menghindari situasi sosial;
- Takut akan menerima evaluasi negatif dari orang lain.
Selain 3 komponen tersebut, yang harus diingat adalah terjadinya penurunan kualitas hidup. Ia tidak dapat menjalankan fungsi-fungsi sehari-hari dengan normal. Tidak dapat mengikuti pelajaran, menikmati berbagai kegiatan di luar rumah, atau bertemu dengan teman-temannya.

Hubungan Antara Bullying dengan Kecemasan Sosial
Hubungan antara pengalaman bullying dan kecemasan sosial bisa terbentuk dalam 2 arah. Selain itu, biasanya ada berbagai aspek lain yang turut berperan dalam terbentuknya gangguan kecemasan sosial akibat bullying. Beberapa di antaranya adalah rasa percaya diri, trauma, harga diri, dan resiliensi (daya tahan).
Dipermalukan Secara Sosial
Tingkah laku bullying sering kali berupa penghinaan atau usaha untuk mempermalukan korban. Misalnya dengan gosip, olok-olok, mencemarkan nama baik, dan lain sebagainya. Sebagai akibatnya, korban cemas saat berada di situasi sosial, khawatir akan pemikiran orang lain tentang dirinya, lalu berusaha menghindari berbagai situasi sosial.
Trauma Kronis Akibat Bullying Jangka Panjang
Jika terjadi dalam jangka panjang, bullying bisa menimbulkan trauma kronis pada korban. Trauma tersebut berpotensi untuk termanifestasi ke dalam berbagai bentuk tingkah laku dan gangguan. Salah satunya adalah dalam bentuk respon rasa takut dan cemas. Ini yang membuat seseorang kemudian menghindari objek ketakutan, yaitu berada di lingkungan sosial.
Perilaku Menghindar dan Menarik Diri
Wajar jika seseorang yang mengalami peristiwa memalukan atau menyakitkan lalu ingin mencegah hal tersebut terulang kembali. Reaksi yang sehat adalah dengan melaporkan kepada orang yang lebih berotoritas. Di sekolah misalnya, melapor pada guru atau konselor sekolah.
Sayangnya, tidak semua orang bisa merespon secara adekuat. Selain itu, ada berbagai faktor yang mungkin mencegah korban untuk mencari pertolongan. Saat situasi seperti ini terjadi, mereka mungkin akan menarik diri dari berbagai situasi sosial. Jika terjadi secara ekstrem, korban bahkan mungkin tidak hanya menghindari situasi spesifik yang berhubungan dengan bullying, tetapi semua situasi sosial.
Bullying Vs. Kecemasan Sosial: Yang Mana yang Duluan Terjadi?
Kecemasan sosial memang bisa terjadi akibat pengalaman bullying. Walau demikian, ternyata hubungan antara keduanya bisa terbalik. Kecemasan sosial juga merupakan faktor prediksi terjadinya bullying. Artinya, memiliki kecemasan sosial tinggi membuat seseorang rentan untuk menjadi target bullying.
Kecemasan Sosial dan Kepercayaan Diri
Orang-orang dengan kecemasan sosial tinggi biasanya tidak nyaman dalam situasi sosial, sulit bersosialisasi, dan cenderung tidak percaya diri. Di dalam kelas misalnya, anak dengan kecemasan sosial cenderung tidak luwes dalam bergaul dengan anak lainnya sehingga sering menyendiri. Ini akan semakin memperbesar peluang para bully menjalankan aksinya. Ingat, para bully biasanya akan memilih orang yang lebih lemah.
Bullying pada Orang dengan Kecemasan Sosial Tinggi
Jika seseorang sudah memiliki kecemasan sosial yang tinggi sebelum mengalami bullying, maka pengalaman bullying tersebut bisa dengan lebih cepat memicu terjadinya social phobia. Selain itu, faktor yang menyebabkan mereka mengalami kecemasan akan mempercepat terbentuknya gangguan.
Misalnya pada anak yang cemas karena memiliki kepercayaan diri yang rendah. Pengalaman bullying tersebut akan membuat mereka dengan mudah mengalami trauma psikis. Mereka juga cenderung tidak memiliki resiliensi (daya tahan) yang cukup untuk bisa bangkit dari keterpurukan.
Bullying Memicu Gangguan Kecemasan Sosial
Pengalaman bullying dapat meningkatkan kecemasan, menimbulkan masalah kecemasan sosial, dan bahkan memicu terjadinya gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder. Korban bullying bisa mengalami trauma fisik dan psikis yang membuat mereka takut berada di situasi sosial, khawatir akan penilaian orang lain tentang dirinya, dan akhirnya berusaha untuk menghindari berbagai situasi sosial. Mengalami gangguan kecemasan sosial tentunya akan mengganggu pelaksanaan fungsi sehari-hari. Itu sebabnya, penting untuk segera menangani kecemasan sosial akibat bullying dengan berkonsultasi pada psikolog dan dokter yang menguasai bidang tersebut.
Korban bullying bisa mengalami trauma fisik dan psikis yang membuat mereka takut berada di situasi sosial, khawatir akan penilaian orang lain tentang dirinya, dan akhirnya berusaha untuk menghindari berbagai situasi sosial.
Referensi
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorder, fifth edition, text revision. APA: Washington, DC.
APA. (n.d.). Social Anxiety. In APA Dictionary of Psychology. Retrieved March 16, 2023, from https://dictionary.apa.org/social-anxiety.
Pörhölä, M., Almonkari, M., & Kunttu, K. (2019). Bullying and social anxiety experiences in university learning situations. Soc Psychol Educ 22: 723-742.
Rivara, F. & Le Menestrel, S. (Eds.). (2016). Preventing bullying through science, policy, and practice. National Academies Press.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog