Sub Topik

Gangguan depresi merupakan salah satu gangguan yang sedikit rumit untuk didiagnosis karena ada berbagai kondisi lain yang menyerupai gangguan ini. Selain itu, kondisi fisik juga bisa mempengaruhi depresi yang dialami seseorang. Itu sebabnya, penting untuk mempercayakan proses diagnosis pada para profesional.
Gangguan depresi merupakan salah satu gangguan yang sedikit rumit untuk didiagnosis karena ada berbagai kondisi lain yang menyerupai gangguan ini.
Depresi dan Gangguan Depresif
Orang-orang sering menggunakan istilah depresi saat membicarakan gangguan depresi. Padahal depresi dan gangguan depresi sebenarnya tidak sama. Walau demikian, dalam konteks percakapan, gangguan depresi memang sering hanya disebut depresi saja.
Depresi
Depresi adalah mood atau suasana hati dalam rentang waktu tertentu. Emosi atau pikiran yang mewarnai depresi biasanya berupa emosi kesedihan, merasa tanpa harapan, dan pesimisme akan berbagai hal.
Gangguan Depresif dan Depresi Klinis
Gangguan depresif atau depressive disorder merupakan sekelompok gangguan dengan depresi sebagai tema atau gejala utamanya. Seseorang yang mengalami depresi klinis berarti mengalami salah satu gangguan dalam kelompok ini. Emosi yang dirasakan orang dengan gangguan depresi jauh lebih kuat dan dalam rentang waktu yang lebih panjang dibandingkan depresi biasa.
Jenis dan Tingkatan Depresi
Gangguan yang termasuk dalam depressive disorder antara lain adalah major depressive disorder, postpartum depression, seasonal affective disorder, dan dysthymic disorder. Major depressive disorder atau gangguan depresi mayor merupakan gangguan depresi yang berat atau parah. Sedangkan gangguan depresi lainnya bisa memiliki tingkat keparahan yang beragam.
Gejala Gangguan Depresi dan Cara Mendeteksinya
Ada berbagai gejala depresi yang dijadikan tolak ukur untuk mendeteksi gangguan depresi. Setiap jenis gangguan akan memiliki detail spesifik yang berhubungan dengan gangguan depresi tertentu. Walau demikian, ada gejala umum yang bisa dijadikan perhatian saat mendeteksi gangguan depresi.
Gejala Depresi
Berbagai perbedaan dalam diagnosis gangguan depresif biasanya berkaitan dengan rentang waktu, frekuensi, atau kejadian tertentu dalam hidup. Terlepas dari itu, gejala mood atau suasana hati yang ditampilkan biasanya menyerupai satu sama lain. Gejala umum depresi atau gangguan depresif antara lain adalah:
- Terus-menerus sedih, cemas, dan suasana hati kosong
- Perasaan tidak berpengharapan dan pesimis
- Perasaan gusar, frustrasi, atau tidak tenang
- Perasaan bersalah, tidak berharga, atau tidak berdaya
- Kehilangan minat pada hal-hal yang menyenangkan
Alat Tes untuk Deteksi Depresi
Hal paling awal yang bisa dilakukan untuk mendeteksi depresi adalah dengan melakukan tes. Ada berbagai tes yang bisa dilakukan sendiri, baik secara online maupun dengan membeli buku tentang depresi. Namun perlu diingat bahwa tes ini hanya untuk mengumpulkan informasi awal dan tidak menghasilkan diagnosis tertentu.
Berbagai tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi depresi antara lain adalah PHQ-2, PHQ-9, BDI, BDI-FS, GDS, dan EPDS. Setiap alat tes untuk depresi memiliki spesifikasinya masing-masing. Ada yang digunakan untuk kondisi darurat, untuk pasien penyakit tertentu, untuk ibu yang baru melahirkan, untuk manula, dan lain sebagainya.
Tes Darah untuk Deteksi Depresi
Ada tes darah yang bisa dilakukan untuk mendeteksi depresi secara langsung. Tes ini memiliki tingkat akurasi di atas 80% sehingga cukup akurat untuk mendeteksi depresi. Ini terutama berlaku untuk orang-orang yang sulit untuk berkomunikasi. Sayangnya tes darah untuk mendeteksi depresi masih belum umum tersedia, memakan waktu lama, dan mahal.
Pengumpulan Data untuk Diagnosis Depresi
Saat seseorang berkonsultasi pada psikolog atau psikiater, ia akan menghadapi berbagai pertanyaan. Pertanyaan tersebut bersifat mendasar terkait keluhan yang dialami individu. Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh orang tersebut, barulah psikolog atau psikiater bisa memutuskan langkah selanjutnya. Jika dicurigai adanya gangguan depresi, maka psikolog atau psikiater akan memilih pemeriksaan yang berkaitan dengan depresi.
Penggunaan Alat Tes oleh Profesional
Para profesional juga menggunakan alat tes untuk mendeteksi depresi. Profesional seperti psikolog dan psikiater tidak menjadikan hasil tes sebagai diagnosis melainkan hanya bagian dari sekumpulan informasi yang digunakan untuk menegakkan diagnosis.
Penggunaan alat tes biasanya dilakukan di awal untuk mendeteksi dan memandu langkah berikutnya. Pada sebagian kasus, alat tes digunakan di akhir pemeriksaan untuk mengkonfirmasi kecurigaan dan mendukung data lainnya.
Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Berbagai masalah fisik dapat muncul bersamaan atau menjadi penyebab terjadinya depresi. Pada kasus seperti ini, diagnosis yang dihasilkan akan berbeda dengan depresi yang tidak berhubungan dengan masalah fisik tertentu. Selain itu, penggunaan obat-obatan juga bisa memunculkan gejala depresi. Tidak hanya dalam konteks penyalahgunaan obat-obatan, obat yang diresepkan dokter untuk merawat kondisi tertentu juga bisa memiliki efek samping berupa gejala depresi.
Jika dokter mencurigai depresi berakar dari masalah fisik atau obat-obatan, maka akan dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Termasuk di dalamnya adalah pemeriksaan darah.
Wawancara untuk Mengumpulkan Sejarah Terkait Depresi
Profesional seperti psikolog dan psikiater juga akan melakukan wawancara untuk melengkapi data yang ada. Wawancara bisa dilakukan pada pasien atau klien maupun pada orang terdekat. Karena berbagai kriteria diagnosis depresi berkaitan dengan rentang waktu tertentu, maka pertanyaan yang diajukan akan berhubungan dengan sejarah mood depresi yang pernah dialami.
Wawancara juga akan berusaha mengungkap beberapa kejadian penting dalam hidup individu. Sebagai contoh, jika ia menunjukkan gejala depresi sejak kehilangan anggota keluarga belum lama ini, maka ia mungkin masih dalam tahap berduka atau grief. Atau jika ia adalah ibu yang baru melahirkan beberapa bulan lalu, maka kecurigaan akan diarahkan pada postpartum depression.
Selain itu, wawancara dapat membantu mengkonfirmasi hasil tes. Ini terutama karena orang dengan kondisi depresi mungkin memiliki penghayatan yang berbeda tentang kejadian dalam hidup.

Penegakan Diagnosis Depresi
Orang awam boleh melakukan tes dan menduga-duga gangguan yang dialami berdasarkan informasi yang didapat. Walau demikian, dugaan tersebut bukanlah suatu diagnosis. Diagnosis hanya bisa diberikan atau ditegakkan oleh para profesional di bidang kesehatan mental. Misalnya seperti psikolog dan psikiater.
Diagnosis Banding dan Analisis Data
Diagnosis banding adalah sekumpulan gangguan yang berbeda namun bisa memiliki tampilan atau gejala yang sama. Seperti disebutkan sebelumnya, gejala depresi bisa muncul pada berbagai kondisi, baik fisik maupun psikis. Jadi, data yang dikumpulkan bertujuan untuk menyingkirkan berbagai diagnosis banding yang ada. Saat berbagai gangguan lain tersingkir, maka akan tampak jelas gangguan yang sebenarnya menyebabkan tampilan gejala yang ada.
Walau terlihat sederhana, aktivitas ini sebenarnya sangat rumit. Proses pelaksanaannya membutuhkan pemahaman yang luas sekaligus mendalam terkait berbagai gangguan. Kejelian untuk mengenali berbagai perbedaan kecil tersebut hanya bisa dimiliki jika sudah mengenyam pendidikan dan pelatihan yang memadai.
Penegakan Diagnosis
Setelah menyingkirkan gangguan-gangguan lain yang serupa, psikolog dan psikiater akan memastikan kembali kesesuaian gejala dengan kriteria diagnosis yang ada. Perlu diingat bahwa dugaan awal tentang depresi bisa saja salah dan diagnosis yang dihasilkan bisa berbeda. Namun jika semua kriteria terpenuhi, maka diagnosis gangguan depresi akan ditegakkan.
Diagnosis Depresi oleh Profesional
Diagnosis depresi dimulai dengan adanya kecurigaan akan gangguan, penggunaan alat tes depresi, lalu diikuti dengan prosedur wawancara, pengamatan, dan pemeriksaan fisik jika dibutuhkan.
Diagnosis depresi dimulai dengan adanya kecurigaan akan gangguan, penggunaan alat tes depresi, lalu diikuti dengan prosedur wawancara, pengamatan, dan pemeriksaan fisik jika dibutuhkan.
Proses diagnosis tidak hanya berupa pengumpulan data terkait gejala namun juga untuk menyingkirkan berbagai diagnosis banding yang memiliki kemiripan dengan gangguan depresi. Mengingat berbagai kerumitan dalam proses diagnosis gangguan depresi, percayakan proses diagnosis pada para profesional kesehatan mental, seperti psikolog dan psikiater.
Referensi
American Psychiatric Association. (2022). Diagnostic and statistical manual of mental disorder, fifth edition, text revision. APA: Washington, DC.
Cox, J. L., Holden, J. M., & Segovsky, R. (1987). Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). British Journal of Psychiatry, 150.
National Institute of Mental Health. (2021). Depression. NIH Publication No. 21-MH-8079.
Ng, C. W., How, C. H., Ng, Y. P. (2016). Major depression in primary care: Making the diagnosis. Singapore Med J 57(11):591-597.
Verma, R. K., Kaur, S., & David, S. R. (2012). An instant diagnosis for depression by blood test. J Clin Diagn Res, 6(9): 1612-1613.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog