Sub Topik

Gangguan makan anoreksia nervosa kerap terlambat disadari karena tidak selalu mudah untuk dikenali. Artikel ini akan membantu untuk memahami pengertian anoreksia nervosa, ciri, penyebab, serta kapan harus mencari bantuan.
Sebuah lembaga nonprofit di U.S, National Eating Disorder Assocoation (NEDA) mengatakan bahwa pada dasarnya 60% orang dengan gangguan makan dapat pulih total. Sayangnya, hanya 1 dari 10 orang yang mencari dan menerima bantuan.
Kita tentu berharap masyarakat Indonesia lebih memiliki kesadaran dalam mencari dan menerima bantuan profesional untuk mengatasi gangguan makan ini.
60% orang dengan gangguan makan dapat pulih total. Sayangnya, hanya 1 dari 10 orang yang mencari dan menerima bantuan.
Pengertian Anoreksia
Anoreksia adalah gangguan makan dimana penderitanya berusaha untuk menjaga atau menurunkan berat badan secara ekstrim. Hal ini dipicu oleh distorsi body image yang membuat seseorang merasa sangat cemas menjadi gemuk.
Karena kecemasan tersebut penderita anoreksia secara sadar melakukan pengurangan konsumsi makanan, merangsang muntah, menggunakan obat pencahar, hingga olahraga berlebihan
Beberapa perilaku khas anoreksia mungkin tidak semua muncul secara bersamaan dalam satu kasus. Meski demikian, salah satu perilaku saja dapat menjadi pertanda kemungkinan adanya gangguan makan ini.
Kabar lebih buruknya, kondisi ini tidak hanya indikasi adanya masalah mental tetapi juga memicu masalah kesehatan fisik yang serius.
Ciri-ciri Anoreksia
Pertanda bahwa seseorang mengalami anoreksia dapat teramati dari perilaku dan kondisi fisiknya. Berikut ini beberapa ciri anoreksia untuk lebih mengenali gangguan ini.
Masalah kebiasaan makan
Ciri khas gangguan makan anoreksia adalah masalah dalam kebiasaan makan. Kebiasaan ini muncul sebagai wujud usaha untuk menurunkan berat badan atau mempertahankannya di bawah normal.
Beberapa masalah kebiasaan makan yang menjadi ciri-ciri anoreksia adalah sebagai berikut:
- Konsumsi makanan dengan jumlah sangat sedikit
- Menghitung konsumsi kalori makanan secara detail
- Berusaha muntah setelah makan
- Menggunakan obat pencahar untuk menguras isi perut
- Penggunaan obat untuk mengurangi rasa lapar
- Mengiris makanan menjadi potongan kecil
- Memasak untuk orang lain tetapi tidak ikut makan
- Berbohong tentang kebiasaan makan yang buruk
Masalah pada kebiasaan makan ini kemudian mengarah pada ciri-ciri anoreksia berikutnya, yaitu kondisi kekurangan berat badan.
Kekurangan Berat Badan
Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan bahwa orang yang menderita anoreksia berusaha untuk mempertahankan berat badannya sekitar 15% di bawah normal.
Penderita anoreksia memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan angka 17,5 atau kurang. IMT sendiri adalah pengkategorian berat badan yang diperkenalkan oleh WHO.
Rumus untuk menghitung IMT adalah membagi berat badan (kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (meter2). Angka hasil bagi ini menentukan apakah seseorang kekurangan berat badan, ideal, atau justru kelebihan berat badan.
Sebagai informasi tambahan, pembagian kategori IMT adalah sebagai berikut.
- Kurang dari 18,5 = kekurangan berat badan
- 18,5 – 24,9 = ideal atau normal
- 25 – 29,9 = berat badan berlebih
- Lebih dari 30 = obesitas
Seorang dengan IMT di bawah 18,5 kemungkinan sudah mulai mengalami masalah kesehatan fisik karena kurangnya asupan nutrisi. Hal ini tentu membahayakan apabila tidak segera ditangani.
Sering Mengeluh Tentang Kegemukan
Distorsi body image yang dialami oleh penderita anoreksia adalah penyebab seringnya ia mengeluh karena merasa dirinya kegemukan. Padahal, perhitungan IMT menunjukkan adanya kekurangan berat badan.
Penampakan fisiknya mungkin sudah kurus kering. Keluhan ini bukan muncul karena penderita anoreksia tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang berat badan ideal menurut IMT.
Orang yang menderita anoreksia sangat mungkin menyadari bahwa ia mengalami kecemasan yang tidak wajar. Hanya saja, ia tidak mampu melawan dan mengontrolnya. Baginya, upayanya untuk tetap kurus seperti tidak pernah cukup.
Menyangkal Rasa Lapar
Ciri-ciri anoreksia berikutnya adalah penyangkalan akan rasa lapar. Sistem metabolisme membuat tubuh manusia mengirim sinyal rasa lapar setiap beberapa jam. Namun, penderita anoreksia mengabaikan dan menyangkal hal ini.
Penyangkalan juga didasari oleh kecemasan bahwa ia akan menjadi gemuk jika makan. Oleh karena itu, orang dengan anoreksia merasa lebih baik dengan menyangkal rasa lapar.
Merasa Bersalah Saat Makan
Adalah wajar merasa bersalah apabila mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan. Misalnya, ketika makan terlalu banyak lemak dan gula yang berpotensi memicu penyakit tertentu.
Namun, apabila rasa bersalah itu muncul ketika mengkonsumsi makanan dalam jumlah wajar, maka bisa jadi itu adalah ciri anoreksia. Gangguan makan ini dapat membuat penderitanya diliputi perasaan bersalah pada diri sendiri.
Setiap usaha menjaga tubuh tetap kurus dipandang sebagai hal baik untuk diri sendiri. Sehingga, apabila yang terjadi adalah kebalikannya, penderita anoreksia akan merasa telah berbuat buruk pada diri sendiri.
Olahraga Berlebihan
Olahraga berlebihan yang tidak diimbangi oleh konsumsi kalori yang cukup adalah salah satu tanda seseorang mungkin mengalami anoreksia.
Orang tersebut mungkin bermaksud untuk membakar habis lemak yang ada di tubuhnya dengan olahraga sehingga ia tidak menjadi gemuk. Namun, defisit kalori yang berlebihan seperti ini tentu justru berbahaya bagi tubuh.
Penyebab Anoreksia
Hingga saat ini tidak ada bukti bahwa penyebab anoreksia adalah faktor tunggal. Namun, para ahli menyatakan bahwa beberapa faktor berikut dapat berkaitan dengan munculnya kondisi ini.
Genetik
Dalam sebuah penelitian (Moskowitz & Weiselberg, 2017) terbukti bahwa faktor genetik memberikan kontribusi sekitar 50% hingga 74% pada berkembangnya gangguan makan anoreksia.
Selain itu, terdapat kenyataan bahwa wanita lebih rentan mengalami gangguan ini dibanding laki-laki. Hal ini membuat seseorang yang memiliki kerabat wanita dengan anoreksia berpotensi 11 kali lebih besar dibanding populasi secara umum. (Zipfel et al, 2015).
Kepribadian Perfeksionis
Gangguan makan anoreksia dipercaya juga berkaitan dengan tipe kepribadian perfeksionis. Meskipun, faktor pemicu ini tentu tak berdiri sendiri.
The American Journal of Psychiatry (AJP) menyebutkan bahwa beberapa faktor resiko secara bersama-sama dapat memicu berkembangkan sebuah kasus anoreksia, antara lain: kepribadian perfeksionis, gangguan sulit makan pada masa kanak-kanak, gejala kecemasan, dan pola asuh.
Orang dengan kepribadian perfeksionis mendorong dirinya sendiri untuk selalu tampil sempurna, termasuk dalam hal bentuk tubuh. Hal ini yang kemudian membuatnya mengalami anoreksia nervosa.
Beberapa faktor resiko secara bersama-sama dapat memicu berkembangkan sebuah kasus anoreksia, antara lain: kepribadian perfeksionis, gangguan sulit makan pada masa kanak-kanak, gejala kecemasan, dan pola asuh.
Kecemasan dan Depresi
Seringkali gangguan kesehatan mental memicu gangguan lainnya. Dalam hal anorexia nervosa, seorang mungkin memang memiliki gangguan kecemasan bahkan depresi. Kondisi ini yang menjadi penyebab anoreksia.
Seperti telah banyak dibahas sebelumnya, orang dengan anoreksia mengalami kecemasan yang berlebihan akan kegemukan. Jadi anoreksia adalah gangguan yang muncul sebagai akibat dari gangguan kecemasan.
Sebuah penelitian (Amianto et al, 2021) yang fokusnya adalah mencari keterkaitan antara obsessive-compulsive disorder (OCD) dan anoreksia nervosa justru membuktikan bahwa kebutuhan untuk disetujui atau diterima adalah yang berkorelasi terkuat dengan anoreksia dibanding faktor lain yang diteliti.
Hasil penelitian ini membuat kita mengerti bahwa seorang yang merasa tidak aman (insecure) karena kebutuhannya akan disetujui sosial tidak terpenuhi maka rasa cemasnya dapat terekspresi dalam bentuk gangguan makan. Ia berpikir bahwa ia akan lebih diterima apabila ia lebih kurus.
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Masih dari penelitian yang sama, 19% sampel penelitian menunjukkan bahwa orang dengan gangguan anoreksia nervosa juga mengidap OCD klinis. Hal ini menunjukkan keterkaitan meskipun tidak kuat.
Penjelasan keterkaitan OCD dengan anoreksia adalah bahwa penderita terobsesi untuk kurus sehingga melakukan perilaku berulang (kompulsif) untuk mencapai tujuannya.
Trauma
Trauma juga dipercaya sebagai salah faktor penyebab penyakit yang membuat badan kurus drastis ini. Pengalaman buruk mendahului munculnya ciri-ciri anoreksia yang khas.
Sebuah studi (Carter et al, 2006) yang melibatkan 77 responden dengan anoreksia menunjukkan bahwa 48% penderita mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanak sebelum gejala anoreksia muncul.
Peristiwa traumatis ini secara signifikan berpengaruh pada tingginya tingkat depresi dan kecemasan, rendahnya harga diri, masalah interpersonal, dan OCD yang lebih parah.
Selain itu, sumber lain menyebutkan bahwa trauma akibat perundungan atau bullying yang berkaitan dengan bentuk tubuh dan ras juga dapat memicu gangguan makan ini.
Dampak Anoreksia
Anoreksia adalah masalah kesehatan mental yang sangat berkaitan dengan kesehatan fisik. Berikut beberapa reisiko kesehatan yang rentan dialami oleh penderita gangguan ini.
- Perut kembung atau sakit
- Insomnia
- Sembelit
- Berkurangnya massa otot
- Rambut rontok

- Osteoporosis
- Rendahnya tekanan darah
- Kulit kering
- Ketidaknormalan denyut jantung
- Hilang atau menurunnya gairah seks
- Menstruasi tidak teratur atau berhenti pada wanita
- Masalah kesuburan
Beberapa risiko kesehatan yang lebih serius berikut ini mengintai penderita anoreksia apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat
- Masalah dengan otak dan saraf
- Pelemahan imun
- Gagal ginjal
- Batu empedu
- Kerusakan hati
- Gagal jantung
- Kematian
Apa Pengobatan untuk Gangguan Makan?
Orang yang menunjukkan gejala atau ciri anoreksia harus segera mencari bantuan profesional. Penundaan pengobatan gangguan makan akan membuat orang tersebut makin berisiko terhadap berbagai masalah kesehatan fisik dan mental yang serius.
Pertanda awal untuk mencari bantuan adalah ketika penderita gangguan makan mulai mengalami insomnia. Gangguan tidur secara umum adalah alarm dini untuk berbagai masalah mental, tak terkecuali gangguan makan.
Ketika ciri-ciri anoreksia yang telah dijelaskan di atas mulai tampak, diiringi dengan gejala fisik yaitu sulit tidur dan sakit perut akibat kurangnya konsumsi makanan, itulah waktunya untuk mencari bantuan profesional.
Bagaimana Cara Mengatasi Anoreksia?
Kebanyakan penderita membutuhkan bantuan profesional untuk mengatasi kondisi serius ini.
Bahkan tak jarang, sesi konseling tidak hanya dihadiri oleh penderita tetapi juga anggota keluarga serumah. Penderita anoreksia membutuhkan dukungan penuh dari keluarga agar dapat pulih.
Bantuan profesional, yaitu psikolog atau psikiater, akan melakukan assessment yang mendalam untuk menentukan terapi atau rehabilitasi yang dibutuhkan oleh penderita anoreksia.
Secara umum, pengobatan untuk gangguan makan anoreksia dapat meliputi beberapa hal berikut:
- Sesi konseling untuk mengatasi kecemasan dan kesalahan berpikir
- Terapi nutrisi untuk memperbaiki berat badan
- Obat untuk mengatasi depresi apabila diperlukan
- Perawatan medis apabila telah timbul masalah kesehatan
Mendapatkan penanganan yang segera adalah kunci utama untuk mengobati anoreksia. Penanganan yang tepat dapat menentukan tingkat kesembuhan pada anoreksia. Semoga penjelasan tentang pengertian anoreksia, ciri, penyebab, serta riesiko kesehatan di atas dapat meningkatkan kesadaran tentang gangguan makan ini.
Referensi
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog