Kisah Sembuh dari Skizofrenia

Namaku Shruti. Aku berumur 23 tahun dan telah mengalami skizofrenia selama 2 tahun. Aku mulai berhalusinasi hingga berubah menjadi delusi. Terkadang aku berada di fase aku tidak ingin mandi karena aku merasa orang-orang melihatku. Aku mendengar suara-suara yang mengikutiku kemanapun aku pergi, tidak jarang aku juga melihat semut di tempat tidurku saat malam hari.
Tapi sekarang aku belajar untuk mengelola hidupku dengan benar. Aku berusaha minum obat secara teratur yang dapat membantuku mengatasi skizofrenia. Dokter mengatakan bahwa aku harus minum obat seumur hidup. Namun dosis obatnya bisa berkurang seiring berjalannya waktu.
Apa Itu Skizofrenia?
Skizofrenia merupakan suatu gangguan kejiwaan yang terdiri dari beberapa gejala, di antaranya halusinasi, delusi, kurangnya ekspresi emosi, dan pikiran serta ucapan yang tidak terorganisir (American Psychiatric Association, 2013).
Gejala Skizofrenia
American Psychiatric Association (2013) mengklasifikasikan gejala skizofrenia sebagai gejala positif, gejala negatif, dan gejala kognitif. Untuk memastikan diagnosis lebih lanjut, gejala skizofrenia harus tampak selama satu bulan dan terjadi secara terus-menerus setidaknya selama enam bulan. Terlepas dari parahnya gejala yang dialami penderita, banyak orang yang didiagnosis skizofrenia tidak sadar bahwa mereka memiliki penyakit.
- Gejala positif/Positive Symptoms: Gejala positif pada penderita skizofrenia mengacu pada gejala yang hanya dialami oleh orang yang mengalami gangguan skizofrenia. Orang dengan gejala ini sering “terputus” dari kenyataan. Contoh dari gejala ini adalah halusinasi, delusi, ucapan yang berantakan, dan perilaku yang kacau.
- Gejala negatif/Negative Symptoms: Gejala ini berhubungan dengan gangguan pada emosi dan perilaku secara normal. Gejala ini lebih sulit dikenali sebagai skizofrenia dan dapat disalahartikan sebagai depresi atau gangguan lainnya (Boutros et al., 2014). Contoh dari gejala ini adalah afeksi yang datar, anhedonia (kemampuan menikmati aktifitas yang biasanya menyenang, pengurangan bicara, dan kurangnya kemampuan untuk memulai serta mempertahankan kegiatan yang telah direncanakan.
- Gejala kognitif: Gejala kognitif orang yang mengalami skizofrenia berkaitan dengan cara berpikir seseorang. Contoh dari gejala ini adalah sulit fokus, kecepatan pemrosesan informasi lebih lambat, sulit merencanakan dan menyusun aktivitas, dan masalah memori.
Apakah Penderita Skizofrenia Bisa Sembuh Total?
Menurut National Alliance on Mental Illness (2021), hingga saat ini para ahli belum menemukan pengobatan yang pasti untuk penyembuhan skizofrenia. Namun, skizofrenia bisa diobati dan dikontrol melalui beberapa cara.
Sebuah studi di jurnal Revista Colombiana de Psiquiatria menunjukkan bahwa satu dari tujuh orang dengan gangguan skizofrenia dapat pulih dari segi kognitif dan sosial sehingga memiliki kemungkinan kualitas hidup yang lebih baik dari sebelumnya (Silva & Restrepo, 2019).
Satu dari tujuh orang dengan gangguan skizofrenia dapat pulih dari segi kognitif dan sosial sehingga memiliki kemungkinan kualitas hidup yang lebih baik dari sebelumnya
Bagaimana Cara Menyembuhkan Gangguan Skizofrenia?
Pengobatan skizofrenia fokus pada pengurangan gejala, bukan penyembuhannya. Pengobatan dengan obat-obatan dan terapi psikologis dapat membantu mengurangi gejala skizofrenia. Seorang psikiater yang berpengalaman biasanya memberikan resep pengobatan skizofrenia. Secara beriringan dibutuhkan perawatan dan terapi psikologis yang dapat diberikan psikolog, pekerja sosial, dan perawat psikiatri (Mayo Clinic, 2020). Kombinasi obat-obatan dan terapi psikologis dapat membantu penderita untuk mengelola gejala dan kehidupan mereka sehari-hari.
Terapi Skizofrenia
Tujuan terapi skizofrenia adalah untuk mencegah penderita kambuh dan meningkatkan fungsi adaptif agar penderita dapat berinteraksi kembali dengan orang sekitar. Pendekatan psikoterapi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu individu, kelompok, dan kognitif. Namun terapi ini harus dilakukan secara bersamaan dengan pengobatan, bukan sebagai pengganti obat-obatan (Patel et al., 2014).
Psikoterapi tidak hanya membantu mengisi kesenjangan dalam perawatan obat-obatan, namun juga membantu memastikan penderita tetap patuh pada pengobatan mereka. Tingkat ketidakpatuhan pengobatan pada penderita skizofrenia berkisar dari rentang 37% hingga 74%, tergantung pada laporannya. Individu dengan gangguan mental cenderung kurang patuh karena beberapa alasan:
- Pertama, mereka mungkin menyangkal gangguan mental yang mereka alami.
- Kedua, mereka mungkin tidak menyadari seberapa butuh mereka terhadap pengobatan.
- Ketiga, mereka mungkin mengalami gejala paranoia (Patel et al., 2014).
Beberapa terapi yang dapat dilakukan pada penderita skizofrenia adalah (Mueser et al., 2013):
Cognitive Behavior Therapy for Psychosis
Penerapan terapi perilaku kognitif untuk psikosis (CBTp) sangat berbeda dengan CBT pada umumnya yang digunakan untuk mengobati gangguan mood dan kecemasan. Terapi perilaku kognitif untuk psikosis berfokus pada gejala psikotik penderita dan strategi yang digunakan untuk mengurangi keyakinan delusi.
Psikolog akan memulai sesi terapi dengan mengembangkan ikatan terapeutik yang bertujuan untuk memahami pengalaman subjektif individu dan mengidentifikasi tujuan pengobatan, tanpa menentang keyakinan delusi penderita. Kemudian mereka dapat memberikan informasi tentang gejala psikotik, seperti bagaimana gejala tersebut muncul sebagai respons terhadap stres, dan fakta bahwa gejala tersebut umum terjadi pada berbagai orang. Informasi ini dapat mengurangi rasa isolasi dan rasa malu yang penderita alami akibat gejala psikotik dan memfasilitasi keinginan mereka untuk membicarakannya.

Setelah itu, psikolog akan mengeksplorasi strategi coping yang digunakan klien untuk mengatasi gejala psikotik mereka, meningkatkan strategi yang kurang dimanfaatkan, dan kemudian mengajarkan strategi yang lebih efektif. Tujuannya bukan untuk membuat penderita mengakui memiliki gejala melainkan untuk mengurangi keparahan gejala dan penderitaan yang terkait.
Terapi Kelompok/Group Therapy
Terapi kelompok atau group therapy adalah terapi yang dilakukan oleh beberapa orang untuk membagikan pengalaman mereka terkait skizofrenia, tantangan yang mereka hadapi, dan hal-hal yang dapat membantu gangguan yang mereka alami. Saling berbagi informasi dan mendapatkan umpan balik dapat membuat penderita merasa aman dan membantu menghilangkan rasa asing yang sering dialami. Mereka juga dapat menciptakan hubungan yang bermakna dengan teman sebaya dan belajar bagaimana mengembangkan serta memelihara pertemanan.
Psikoedukasi Keluarga/Family Psychoeducation
Psikoedukasi keluarga atau family psychoeducation merupakan seperangkat strategi psikoterapi yang melibatkan kerabat atau keluarga penderita skizofrenia. Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan hubungan yang kolaboratif antara keluarga dan tim profesional dalam rangka membantu penderita menuju pemulihan. Dengan adanya pemberian psikoedukasi pada keluarga, risiko kambuh pada individu dan stres yang dialami keluarga dapat menurun.
Illness Self-Management Training
Orang dengan gangguan skizofrenia dapat berperan aktif dalam mengelola penyakit mereka sendiri. Mereka dapat mempelajari informasi tentang skizofrenia dan pengobatannya, lalu membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut. Setelah mengetahui bagaimana tanda-tanda kambuh muncul, penderita dapat belajar untuk mencegah skizofrenia kambuh kembali. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari keterampilan coping untuk mengatasi gejala yang persisten.
Social Skills Training
Social skill terdiri dari tiga komponen yaitu keterampilan menerima (persepsi sosial), keterampilan memproses (kognisi sosial), dan keterampilan mengirim (tanggapan perilaku). Social Skills Training berguna untuk mengatasi tiga komponen tersebut yang belum terpenuhi pada penderita skizofrenia. Dengan demikian, penderita dapat belajar bagaimana memenuhi hubungan interpersonal mereka dengan lebih baik dalam kehidupan keluarga, lingkup sosial, dan bahkan mungkin dalam lingkungan kerja.
Apakah Skizofrenia Harus Minum Obat?
Proses penanganan penderita skizofrenia sangat membutuhkan obat-obatan. Hal ini sangat penting terutama setelah episode akut muncul. Setelah episode akut muncul, terjadi perubahan sistem saraf di otak. Oleh karena itu, penggunaan obat-obatan harus segera diberikan. Tujuannya adalah untuk mengembalikan penderita ke fungsi normal (misal, tidur dan makan) (Patel et al., 2014). Tujuan akhirnya adalah agar orang dengan skizofrenia bisa hidup normal.
Jadi, apakah penderita skizofrenia harus minum obat? Ya. Penggunaan obat bertujuan untuk mengurangi gejala pada penderita skizofrenia sehingga mereka bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala.
Apa Itu Obat Skizofrenia?
Obat antipsikotik digunakan untuk mengurangi gejala psikotik pada penderita skizofrenia dan penyakit mental lainnya. Obat antipsikotik adalah pengobatan terbaik untuk skizofrenia saat ini, tetapi obat ini tidak menyembuhkan skizofrenia dan tidak dapat memastikan apakah akan ada episode psikotik lebih lanjut atau tidak. Obat ini diketahui dapat mengurangi gejala yang mengganggu kinerja dopamin dan sangat efektif untuk mengobati halusinasi dan delusi. Di sisi lain, obat antipsikotik memiliki efek samping yang tidak diinginkan, seperti perubahan fungsi motorik, mengantuk, mulut kering, tremor, dan penglihatan yang kabur. Namun, efek samping ini dapat diatasi dengan menurunkan dosis atau mengganti obat (Clarke, 2022).
Obat antipsikotik adalah pengobatan terbaik untuk skizofrenia saat ini, tetapi obat ini tidak menyembuhkan skizofrenia dan tidak dapat memastikan apakah akan ada episode psikotik lebih lanjut atau tidak.
Lalu, obat skizofrenia yang kedua dikenal sebagai obat antipsikotik atipikal yang telah dikenalkan sejak tahun 1990. Jenis obat atipikal umumnya lebih disukai oleh dokter dan penderita karena memiliki risiko dan efek samping yang rendah. Salah satu jenis obat ini yaitu clozapine telah terbukti lebih efektif daripada obat antipsikotik lainnya. Namun efek samping dari obat ini mengharuskan penderita untuk melakukan tes darah tiap satu atau dua minggu sekali (Clarke, 2022).
Apakah Penderita Skizofrenia Harus Minum Obat Seumur Hidup?
Orang dengan gangguan skizofrenia seringkali menghadapi banyak tantangan yang berat. Tetapi dengan perawatan yang tepat, beberapa gejala seperti halusinasi dan delusi dapat teratasi. Perawatan dan pengobatan skizofrenia harus dilakukan selama bertahun-tahun. Perubahan dosis dan obat-obatan dapat disesuaikan tergantung pada bagaimana perkembangan penderita. Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa skizofrenia memerlukan perawatan seumur hidup meskipun penderita sudah mampu mengelola gejalanya dengan baik (Rolland, 2021).
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorder 5thEdition (DSM-V). American Psychiatric Publishing.
Boutros, N. N., Mucci, A., Diwadkar, V., & Tandon, R. (2014). Negative symptoms in schizophrenia: A comprehensive review of electrophysiological investigations. Clinical Schizophrenia and Related Psychoses, 8(1). https://doi.org/10.3371/CSRP.BOMU.012513
Clarke, J. (2022, February 13). Schizophrenia Treatment: Medication, Therapy, and More. Retrieved July 26 2022, from https://www.verywellmind.com/schizophrenia-treatments-2330662#toc-schizophrenia-medications
Mayo Clinic. (2020, January 7). Schizophrenia – Diagnosis and treatment – Mayo Clinic. Retrieved July 25 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/diagnosis-treatment/drc-20354449
Mueser, K. T., Deavers, F., Penn, D. L., & Cassisi, J. E. (2013). Psychosocial Treatments for Schizophrenia. https://doi.org/10.1146/annurev-clinpsy-050212-185620
National Alliance on Mental Illness. (2021). What is Schizophrenia? | NAMI: National Alliance on Mental Illness. Retrieved July 25 2022, from https://www.nami.org/About-Mental-Illness/Mental-Health-Conditions/Schizophrenia
Patel, K. R., Cherian, J., Gohil, K., & Atkinson, D. (2014). Schizophrenia: Overview and Treatment Options. Pharmacy and Therapeutics, 39(9), 638. /pmc/articles/PMC4159061/
Rolland, J. (2021, May 3). Can Schizophrenia Be Cured? How to Treat It and More. Retrieved July 25 2022, from https://www.healthline.com/health/schizophrenia/can-schizophrenia-be-cured
Young Minds. (2021, March 29). Living with schizophrenia. Retrieved July 25 2022, from https://www-youngminds-org-uk.translate.goog/young-person/blog/living-with-schizophrenia/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=op,sc
Silva, M. A., & Restrepo, D. (2019). Functional Recovery in Schizophrenia. Revista Colombiana de Psiquiatria, 48(4), 252–260. https://doi.org/10.1016/J.RCP.2017.08.004
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog