Sub Topik

Gangguan bipolar merupakan salah satu kelainan mental yang sulit disembuhkan. Ciri utamanya adalah seseorang mengalami perubahan suasana hati yang sangat ekstrim, yang tidak seperti biasanya. Pada satu waktu, individu merasa sangat bersemangat, penuh energi, euforia, dan bahkan impulsif. Namun emosi ini dengan tiba-tiba dapat berubah menjadi yang sebaliknya. Individu tersebut merasa depresi, teramat sedih, marah dan bahkan putus asa. Hal ini terjadi di luar kendali dan ia sendiri sulit untuk memahaminya.
Itu sebabnya gangguan ini disebut bipolar, yaitu adanya dua kutub emosi yang bertolak belakang. Namun ada juga yang disebut dengan unipolar. Pengertian unipolar adalah seseorang hanya mengalami satu gejala, yaitu mania saja, atau depresif mayor saja.
Gangguan Bipolar dan Bunuh Diri
Persentase orang-orang yang bunuh diri akibat gangguan ini juga lebih tinggi dibanding masalah mental lainnya. Artinya, sebelum seseorang ditangani dengan baik, ia sudah memilih untuk mengakhiri hidupnya. Itu sebabnya persentase kematian menjadi tinggi.
Perilaku beresiko yang menjadi dampak dari gangguan ini sesungguhnya dapat ditangani. Bahkan, mereka yang mengalaminya dapat beraktivitas dengan maksimal tanpa harus dibelenggu dengan tekanan psikis yang berat maupun depresi. Yang penting individu memberi diri untuk didampingi oleh para profesional yang bersedia memberikan pertolongan. Jadi, apakah bipolar bisa sembuh akan tergantung pada kemauan individu menjalani pengobatan dan jenis pengobatan yang digunakan.
Penanganan atau Pengobatan Bipolar
Adapun penanganan yang diberikan adalah bertujuan untuk mencegah terjadinya mania atau rasa bahagia yang berlebihan, mengurangi depresi, menormalkan kembali ritme tubuh, meningkatkan atau setidaknya mempertahankan fungsi kognitif, mencegah munculnya masalah mental lain (biasa disebut dengan komorbid), meningkatkan kualitas hidup, serta menurunkan kecenderungan bunuh diri. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawatan gangguan bipolar adalah penanganan kebutuhan dasar psikologis bagi yang mengalaminya.
Apakah Penyakit Bipolar Bisa Sembuh?
Gangguan bipolar kerapkali disebut penyakit oleh sebagaian masyarakat. Kata “penyakit” tentu mengacu pada proses pengobatan dan kesembuhan. Maka pertanyaannya, apakah penyakit bipolar bisa sembuh? Bagaimana cara sembuh dari bipolar?
Perlu kita pahami, menjadi ‘sembuh’ pada gangguan ini berarti dapat menjalani hidup sehari-hari tanpa gejolak emosi berlebihan. Untuk itu, perlu diingat bahwa seseorang disebut sembuh bukan berarti menjadi benar-benar terbebas dari gangguan bipolar. Sembuh berarti dapat berfungsi dengan baik dan normal, meskipun dibarengi dengan kontrol diri oleh individu tersebut.
Sembuh berarti dapat berfungsi dengan baik dan normal, meskipun dibarengi dengan kontrol diri oleh individu tersebut
Untuk mencapai tujuan ini, perawatan gangguan bipolar berupa terapi sangat diperlukan. Setiap orang memiliki gangguan dengan tingkat keseriusan yang berbeda-beda sehingga pengobatan yang diberikan harus disesuaikan. Ada individu yang memerlukan penanganan dengan terapi dan obat bipolar, namun ada yang cukup dengan terapi bipolar disorder saja.
Apakah Bipolar Bisa Sembuh Tanpa Obat?
Tergantung tingkat keseriusan yang dialami, namun ada tingkat yang bisa ditangani tanpa obat. Berikut sejumlah terapi untuk gangguan bipolar yang penting untuk diketahui.
Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Terapi ini berfokus pada proses berpikir, emosi, dan sensasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Untuk melihat gambaran terapi yang dilakukan, mari mengikuti kisah Matt (27 tahun), seorang yang didiagnosis. mengalami gangguan bipolar. Ia berasal dari keluarga yang berpendidikan dengan status finansial yang cukup baik. Hanya saja, ayahnya adalah seorang yang mengalami ADHD. Jadi secara genetis, Matt mewarisi faktor risiko gangguan mental.
Membangun Kedekatan dan Kepercayaan
Didukung dengan pengalaman ayahnya, maka Matt bersedia untuk menjalani terapi kognitif. Ikatan emosional, kepercayaan, empati, dan rasa dicintai yang dibangun oleh terapis pada pertemuan mula-mula membuat Matt bertahan. Bahkan ia mulai menyukai sesi ini. Kedekatan ini kemudian akan menentukan keberhasilan terapi.
Asesmen
Setelah serangkaian perkenalan dan upaya membangun kepercayaan, Matt kemudian menjalani tahapan asesmen. Di tahap ini terapis mencoba mengenali gejala-gejala klinis yang dialami melalui sejumlah pertanyaan dan pengamatan. Pertanyaan awal yang diajukan adalah seputar persepsi, seperti bagaimana Matt melihat dirinya sendiri, orang lain, dan sekitarnya. Pertanyaan selanjutnya adalah untuk melihat bagaimana cara pandang ini mempengaruhi pikiran dan perasaannya. Proses berikutnya adalah untuk menolong Matt mengenali dan mengontrol emosi ekstrem yang dialami agar tetap berada pada kondisi stabil.
Penanganan untuk Periode Mania
Pada fase mania, Matt merasa bahwa dirinya sangat berguna bagi orang banyak. Ia sangat bersemangat, bahkan sampai-sampai kesulitan tidur karena sibuk memikirkan kepentingan dunia. Yang dilakukan terapis pada saat ini terjadi adalah berupaya mengurangi keyakinan tersebut. Misalnya, terapis dapat menekankan bahwa dunia akan baik-baik saja tanpa Matt harus melakukan sesuatu apa pun.
Penanganan untuk Periode Depresi
Lalu ketika Matt berada pada episode depresi, terapis akan menolongnya untuk menyadari bahwa ia dikasihi. Selain itu, hidupnya juga berharga bagi orang lain. Berbagai pernyataan positif lainnya secara terus menerus dapat ditekankan agar Matt berani melawan pikiran negatifnya sendiril. Pada periode depresi, orang dengan gangguan bipolar akan merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Mereka tidak ingin melakukan apa pun, merasa tidak berguna, dan ingin mati saja. Itu sebabnya terapis akan membangun kembali rasa percaya diri dalam diri Matt, setidaknya agar ia tidak melukai dirinya dan bunuh diri.
Hal lain yang dapat dilakukan pada momen ini antara lain berusaha menenangkan tubuh dan pikiran Matt, membantunya melawan ketakutan, serta memperlengkapinya dengan sejumlah latihan untuk menangkal pemikiran negatif atau keyakinan yang tidak rasional.
Tentu ada upaya keras yang dilakukan terapis selama proses ini. Pilihan kata, waktu, dan cara penyampaian menjadi tugas penting yang tidak dapat dideskripsikan secara gamblang. Walau demikian kita dapat membayangkan apa yang terjadi antara Matt dan terapisnya.
Terapi Interpersonal dan Ritme Sosial
Terapi yang termasuk dalam kategori ini adalah:
Berinteraksi dengan Orang Lain
Seperti namanya, terapi ini berfokus pada cara berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dengan gangguan bipolar pada umumnya kesulitan mempertahankan percakapan dengan orang lain sehingga kerap menimbulkan masalah. Kemampuan berkomunikasi inilah yang diajarkan oleh terapis, yaitu bagaimana penderita dapat mempertahankan fokus terhadap orang lain, dan bukan dirinya sendiri.
Keteraturan Hidup
Keteraturan dalam hidup sehari-hari juga menjadi bagian dari terapi ini. Menyusun jadwal aktivitas beserta jam dan durasi pengerjaannya dapat menolong penderita untuk konsisten dengan tugas dan tanggung jawabnya. Sebagai contoh, ketika Matt sedang depresif dan ingin menunda semua pekerjaannya, maka jadwal harian ini akan mendorong Matt menyelesaikan tugasnya meskipun dalam keadaan terpaksa. Setidaknya pikiran Matt teralihkan ke pekerjaan tersebut, dan bukan pada upaya melukai diri sendiri.

Terapi Keluarga
Orang-orang terdekat adalah yang paling efektif untuk dilibatkan dalam penanganan gangguan mental jenis apa pun, termasuk bipolar. Seperti apa gambaran penanganan bipolar terapi keluarga ini? Setiap anggota keluarga harus dibekali dengan keterampilan menyikapi anggota lain yang tengah berjuang dengan masalah mental seperti gangguan bipolar. Terapi ini akan membimbing anggota keluarga yang lain untuk memperhatikan perilaku yang muncul, mengidentifikasi risiko, mencegah perilaku berbahaya, membangun komunikasi dan ikatan emosional yang sehat, serta meningkatkan kemampuan mengatasi masalah dalam keluarga.
Psikoedukasi (Individu dan Kelompok)
Informasi mengenai gangguan ini patut diketahui baik oleh yang mengalaminya, yang mendampingi (seperti keluarga dan teman dekat), dan bahkan masyarakat secara luas. Tidak sedikit orang yang bingung dengan dirinya sendiri, merasa ada yang tidak beres namun tidak paham apa yang sedang terjadi. Akibatnya adalah, individu tersebut tenggelam dengan masalah mentalnya sendiri dan tidak tahu bagaimana harus mencari pertolongan. Terutama bagi yang mengalami gangguan bipolar, maka psikoedukasi ini perlu diberikan. Ibarat sebuah peta, mereka perlu tahu sedang berada di titik mana.
Bertemu dengan orang lain yang memiliki gangguan bipolar juga dapat memberi motivasi untuk berjuang bersama. Secara berkelompok, dokter dapat mengedukasi mereka. Dengan cara ini, mereka pun akan menemukan bahwa mereka tidak berjuang seorang diri.
Konseling Berkelanjutan
Semua bentuk terapi memiliki durasi waktu. Karena gangguan bipolar ini bersifat menetap, maka konseling berkelanjutan akan menolong individu ketika terapi sudah berakhir. Konseling ini akan membantu melihat perkembangan ataupun kejatuhan mental yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Konseling juga dapat menjadi pemandu: bilamana seseorang memerlukan terapi kembali atau hanya cukup mengontrol diri dengan sejumlah keterampilan yang sudah diajarkan.
Apa Obat untuk Bipolar?
Terkadang, terapi saja tidak cukup. Ada individu yang harus ditolong dengan obat penstabil suasana hati (biasa disebut dengan mood stabilizer), antidepresan, dan juga antipsikotik. Obat-obatan ini membantu menyeimbangkan senyawa kimia di dalam otak. Sebagai contoh, protein yang terkandung dalam Litium (salah satu contoh mood stabilizer) dapat meningkatkan zat tertentu di dalam otak. Zat ini mendorong pelepasan hormon serotonin yang dapat membuat seseorang merasa tentram.
Namun, penggunaan obat-obatan ini tidaklah untuk menyembuhkan gangguan bipolar. Fungsi utamanya hanyalah untuk mengontrol suasana mania dan depresi yang berlebihan agar seseorang terhindar dari perilaku yang berisiko. Pemberian obat-obatan ini juga harus mengikuti anjuran dokter, karena penggunaan berlebih justru dapat memperparah keadaan. Jadi, gangguan bipolar tidak dapat disembuhkan dengan obat, melainkan dikendalikan dengan obat.
Gangguan bipolar tidak dapat disembuhkan dengan obat, melainkan dikendalikan dengan obat
Penutup: Cara Mengobati Bipolar
Satu hal yang tidak kalah penting dalam menangani gangguan bipolar adalah pola hidup sehat. Tubuh yang sehat tentu mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Oleh karena itu, tubuh harus dijaga semaksimal mungkin agar dapat berfungsi dengan baik, termasuk dalam memproduksi hormon yang dibutuhkan.
Komponen penting yang harus diperhatikan antara lain adalah nutrisi pada makanan, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup. Kecukupan air dalam tubuh, udara yang bersih, dan sinar matahari juga sebaiknya tidak diabaikan. Pengelolaan stress yang baik beserta skill yang diperlukan patut digali, dipelajari, dan diterapkan agar seseorang terbiasa dengan manajemen stress yang baik.
Dengan mengkombinasikan semua ini, yakni terapi, penggunaan obat-obatan (jika diperlukan), serta menjaga pola hidup yang sehat, akan menolong setiap orang dengan gangguan bipolar agar dapat untuk berfungsi dengan baik. Sangat jarang orang dengan gangguan bipolar sembuh sendiri. Meskipun tidak dapat disembuhkan secara total, namun gejala berisiko dapat dihindari. Orang-orang dengan gangguan bipolar pun dapat mengukir berbagai prestasi dan menjadi berkat bagi sesama.
Referensi
Harrison, P. J., Geddes, J. R., & Tunbridge, E. M. (2018). The emerging neurobiology of bipolar disorder. Trends in neurosciences, 41(1), 18-30.
Kazantzis, N., Luong, H. K., Usatoff, A. S., Impala, T., Yew, R. Y., & Hofmann, S. G. (2018). The processes of cognitive behavioural therapy: A review of meta-analyses. Cognitive Therapy and Research, 42(4), 349-357.
Malhi, G. S., & Outhred, T. (2016). Therapeutic mechanisms of lithium in bipolar disorder: recent advances and current understanding. CNS drugs, 30(10), 931-949.
McIntyre, R. S., Berk, M., Brietzke, E., Goldstein, B. I., López-Jaramillo, C., Kessing, L. V., … & Mansur, R. B. (2020). Bipolar disorders. The Lancet, 396(10265), 1841-1856.
Miklowitz, D. J., & Chung, B. (2016). Family‐focused therapy for bipolar disorder: Reflections on 30 years of research. Family process, 55(3), 483-499.
Whitfield, G., & Davidson, A. (2018). Cognitive behavioural therapy explained. CRC Press.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog