
Dalam sebuah kasus, penyebab retardasi mental bisa jadi bukanlah faktor tunggal yang mudah untuk diidentifikasi. Penelitian menyebutkan bahwa ada kalanya dokter kesulitan menentukan etiologi meskipun telah melakukan pemeriksaan menyeluruh (Armatas, 2009).
Meski demikian, semakin mendalamnya penelitian membuat kita memiliki cukup informasi mengenai faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab disabilitas ini.
Semakin mendalamnya penelitian membuat kita memiliki cukup informasi mengenai faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab disabilitas ini.
Definisi dari WHO pada revisi yang kesepuluh menjelaskan kondisi ini sebagai terhentinya atau tidak lengkapnya perkembangan mental. Hal ini kemudian berdampak pada terhambatnya perkembangan kognitif seseorang secara keseluruhan(Katz, et al , 2007).
Pada keseharian, ciri umum orang dengan disabilitas ini adalah rendahnya tingkat kecerdasan (IQ). Oleh karena itu, kondisi ini juga dikenal dengan istilah disabilitas intelektual.
Ciri lainnya adalah keterlambatan yang signifikan pada perkembangan fungsi sensori motorik, bahasa, dan sosialisasi. Dengan demikian, orang dengan kondisi ini nampak memiliki fungsi yang minimal. Dampaknya, secara umum pada individu adalah penurunan kualitas hidup.
Penyebab Retardasi Mental
Armatas (2009) dalam sebuah jurnal yang ditulisnya menjelaskan faktor penyebab terjadinya ketidaklengkapan perkembangan mental. Tujuh hal berikut akan memberi gambaran pada kita untuk lebih memahami kondisi retardasi mental.
#1 Kelainan Genetik
Penyebab yang pertama adalah adanya kondisi genetik yang abnormal. Kondisi kromosom yang normal itu sendiri untuk laki-laki adalah XY, dan untuk perempuan adalah XX. Orang dengan retardasi mental teridentifikasi memiliki kelainan genetika kromosom. Yaitu, kromosom X yang rapuh atau justru kromosom rangkap, misalnya trisomi (XXY)
Kelainan genetik ini tercatat menjadi latar belakang dari kondisi keterbelakangan mental terbanyak (Katz, et al, 2007). Selain itu, orang dengan kondisi genetik seperti ini memiliki ciri khas fisik yang mudah untuk dikenali.
#2 Komplikasi pada Masa Kehamilan Awal
Komplikasi yang terjadi pada masa trimester pertama kehamilan dapat menjadi penyebab retardasi mental. Serangan varian virus herpes, sifilis, rubella, dan tokso memiliki dampak buruk yang mengarah pada kecacatan mental bayi yang dilahirkan.
Selain itu, paparan alkohol, demam berkepanjangan pada ibu, serta fenilketonuria (PKU) atau menumpuknya asam amino dalam tubuh yang tidak ditangani dengan serius juga tercatat berkontribusi.
Shree, et al (2016) menjelaskan bahwa intervensi dapat dilakukan segera setelah bayi lahir dengan diet khusus apabila diketahui ibu mengalami PKU pada masa kehamilan. Tindakan ini dapat meminimalkan kecacatan mental.
#3 Komplikasi pada Masa Kehamilan Akhir
Ketika masa kehamilan akhir, atau trimester ketiga, beberapa penyakit yang diidap ibu dapat berdampak buruk pada anak. Antara lain adalah penyakit jantung, ginjal, diabetes, dan disfungsi plasenta.
Kondisi-kondisi ini memicu rumitnya persalinan yang menyebabkan trauma kelahiran. Salah satunya adalah anoxia, yaitu kekurangan oksigen ketika proses kelahiran.
Kurangnya asupan oksigen pada otak memicu komplikasi yang berdampak panjang. Hal ini dapat menyebabkan kecacatan intelektual dan tertundanya berbagai aspek perkembangan anak (Shree, et al, 2016).
#4 Komplikasi Setelah Kelahiran
Setelah kelahiran, beberapa komplikasi lain dapat menjadi penyebab retardasi mental. Tak dapat disangkal, kesehatan pada masa bayi dan kanak-kanak memang sangat berpengaruh untuk jangka panjang kehidupan.
Armatas (2009) mencatat bahwa infeksi pada otak seperti TBC, Japanese Encephalitis, dan Meningitis dapat meningkatkan peluang terjadinya keterlambatan perkembangan.
Selain itu, cedera pada kepala, paparan timbal, hingga malnutrisi berkepanjangan pada anak juga dapat berdampak buruk.

#5 Gangguan Metabolisme
Kemungkinan kondisi lain yang dipercaya dapat menjadi penyebab keterbelakangan mental adalah adanya gangguan metabolisme dalam tubuh seseorang. Antara lain adalah penumpukan asam amino (fenilketonuria/PKU) dan rendahnya produksi hormon tiroid (hipotiroidisme).
Gangguan tersebut diketahui dapat menghambat perkembangan otak sehingga berdampak pada perkembangan mental. Identifikasi dan penanganan yang segera terhadap gangguan-gangguan ini tentu dapat mencegah dampak yang lebih buruk.
#6 Polusi Lingkungan
Daerah dengan tingkat polusi timbal dan merkuri yang tinggi memang bukan tempat tinggal yang layak. Terutama untuk anak-anak, cacat mental disebut sebagai salah satu risiko dari tingginya cemaran timbal dan merkuri.
Zat-zat berbahaya ini dapat masuk ke tubuh melalui konsumsi air dan makanan hingga udara. Shree, et al (2016) menyebutkan bahwa keracunan zat berbahaya ini dapat menyebabkan kejang, kerusakan saraf, hingga kerusakan otak.
Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tercemar kemungkinan akan menunjukkan tanda-tanda lambatnya respon, melambatnya pertumbuhan fisik, ketidakstabilan emosi, hingga komplikasi pada beberapa organ tubuh.
#7 Malnutrisi
Katz, et al (2007) memaparkan bahwa terdapat studi yang melaporkan secara konsisten mengenai korelasi antara kemiskinan dan disabilitas intelektual. Kaitan antara keduanya memang dapat ditinjau dari dua sudut pandang berbeda.
Pertama, kemiskinan memicu paparan lingkungan fisik dan psikososial tertentu yang menjadi faktor penyebab retardasi mental. Salah satunya adalah kondisi malnutrisi atau yang lebih kita kenal dengan istilah kurang gizi.
Tentang hal ini, Armatas (2009) menyebutkan bahwa malnutrisi adalah penyebab umum terjadinya penurunan kecerdasan di negara yang terjangkit kelaparan. Contohnya adalah Ethiopia.
Sedangkan pada sudut pandang kedua, kondisi kecacatan mental adalah yang justru dapat memicu kemiskinan. Karena, penanganan untuk kondisi retardasi mental dapat menjadi bencana finansial bagi masyarakat tertentu.
Dukungan untuk Orang dengan Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kondisi yang menetap. Sebab, penyebab retardasi mental adalah hal yang berkaitan dengan kondisi genetik dan komplikasi serius. Contoh kondisi lain yang juga menetap seperti ini adalah ADHD dan Autisme. Walaupun secara lebih mendetail, terdapat perbedaan antara ADHD dan Autisme.
Meski demikian, pelatihan yang tepat dan konsisten dapat mendukung orang dengan disabilitas ini untuk mencapai target yang diharapkan. Yaitu, kemandirian yang optimal sesuai dengan klasifikasi retardasi mental yang dialaminya.
Retardasi mental memang memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup seseorang. Tak hanya itu, kondisi ini tercatat sebagai disabilitas yang memiliki efek sosial sangat besar (Katz, et al, 2007).
Pengaruh terhadap keluarga dan lingkungan sosial dapat sangat nyata. Oleh karena itu, dukungan pada dasarnya tidak hanya perlu ditujukan pada orang dengan disabilitas ini. Namun, terutama juga pada keluarga yang merawatnya.
Bentuk dukungan terbaik dari lingkungan sosial adalah penerimaan. Hal ini dapat membantu orang dengan retardasi mental untuk belajar beradaptasi dan terbiasa terlibat dalam kehidupan sosial.
Penerimaan seperti ini akan mendukung orang dengan retardasi mental untuk segera mencapai kemandirian yang optimal.
Menyimpulkan Penyebab Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kondisi terhentinya atau tidak lengkapnya perkembangan mental seseorang. Kondisi ini dicirikan dengan rendahnya tingkat kecerdasan (IQ), serta keterlambatan yang signifikan pada fungsi sensori motorik, bahasa, dan sosialisasi.
Walaupun penyebab retardasi mental yang utama adalah kondisi genetik bawaan seperti kelainan kromoson, beberapa komplikasi seperti masalah kehamilan hingga perkembangan juga tercatat ikut berkontribusi. Pemahaman tentang berbagai faktor ini dapat mencegah kondisi retardasi mental semakin buruk.
Walaupun penyebab retardasi mental yang utama adalah kondisi genetik bawaan seperti kelainan kromoson, beberapa komplikasi seperti masalah kehamilan hingga perkembangan juga tercatat ikut berkontribusi.
Target dari penanganan disabilitas ini adalah tercapainya kemandirian yang optimal. Orang dengan disabilitas intelektual dan keluarganya membutuhkan dukungan dari lingkungan sosial untuk dapat segera mencapai hal ini.
Referensi
Armatas, V (2009) Mental Retardation:Definitions, Etiology, Epidemiology and Diagnosis. Journal of Sport and Health Research, 1(2):112-122. ISSN: 1989-6239.
Katz, Gregorio. Lazcano-Ponce, Eduardo (2007) Intellectual disability: definition, etiological factors, classification, diagnosis, treatment and prognosis. Mediagraphic Artemisa. Institudo Nacional de Salud Publica. Mexico.
Shree, Abha. Shukla, P.C. (2016) Intellectual Disability: definition, classification, causes and characteristics. New Delhi Publisher. Learning Community: 7 (1): 9-20 April, 2016. DOI: 10.5958/2231-458X.2016.00002.6
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog