
Bullying, kata yang tidak asing terdengar bagi kita. Tak jarang media massa memberitakan adanya kasus bullying yang menimpa siswa. Pelakunya tidak hanya satu atau dua, bahkan melebihi jumlah yang kita bayangkan.
Bullying tidak hanya merugikan korban, tetapi juga pelaku dan saksi mata. Pada saksi mata, ini terutama berupa penyesalan karena tidak dapat mencegah kejadian bullying. Bullying berdampak pada setiap orang yang terlibat di dalamnya melalui berbagai bentuk. Mulai dari perasaan bersalah, trauma psikis, fisik, hingga kematian.
Kasus Bullying
Kasus bullying di bidang pendidikan di Indonesia termasuk cukup tinggi. Dilansir melalui Komisi Perlindungan Anak Indonesia, kasus bullying di lingkup pendidikan mencapai 1.567 kasus. Kasus ini tidak hanya menelan banyak korban, namun juga menimbulkan berbagai kerugian.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa bullying cukup sering terjadi di kalangan remaja atau pelajar. Studi yang dilakukan WHO di 40 negara berkembang menemukan bahwa rata-rata 37% perempuan dan 42% laki-laki mengalami bullying.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya solusi untuk meminimalisir terjadinya bullying atau perundungan. Salah satunya yakni dengan mengedukasi orang-orang di sekitar untuk lebih waspada dan mengenali apa itu bullying.
Pengertian Bullying
Dalam Bahasa Indonesia, bullying artinya merujuk pada perilaku merundung atau merusak. Istilah bullying atau merundung artinya menyalahgunakan kekuasaan untuk melakukan kekerasan secara terus-menerus kepada individu yang dianggap lemah.
Merundung artinya menyalahgunakan kekuasaan untuk melakukan kekerasan secara terus-menerus kepada individu yang dianggap lemah.
Jadi bullying merujuk pada tindakan individu yang menindas atau melakukan kekerasan kepada orang lain. Sedangkan, bully adalah sebutan bagi individu yang melakukan tindakan kekerasan tersebut.
Karakteristik Bullying
Berdasarkan jurnal acuan, terdapat tiga karakteristik utama dari perilaku merundung yang saling berkaitan. Berikut merupakan karakteristik tersebut:
- Sengaja dilakukan untuk menyakiti korban
- Membuat korban merasa tertekan
- Melakukan tindakan bullying secara berulang-ulang
Macam-Macam Bullying
Secara umum, bullying dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni bullying fisik, verbal, relasional, dan cyberbullying. Kita akan membahas satu persatu setiap bentuk bullying beserta dengan contoh perilaku dan kasusnya.
Secara umum, bullying dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni bullying fisik, verbal, relasional, dan cyberbullying.
Bullying Fisik
Jenis penindasan pertama merupakan bullying fisik. Jenis ini cukup jarang dilakukan oleh siswa di sekolah. Ini karena jenis bullying fisik cukup mudah untuk diidentifikasi daripada jenis lainnya.
Bullying fisik adalah bentuk penindasan yang dilakukan secara langsung, mengarah ke anggota tubuh korban. Beberapa bentuk penindasan fisik antara lain adalah memukul, mencakar, meninju, mencekik, maupun melukai korbannya secara fisik.
Contoh bullying fisik yang sempat ramai diberitakan, yakni pada 2022 lalu di Lampung. Korban berinisial IM dipaksa untuk mengakui aksi pencurian yang tidak ia lakukan oleh ketujuh teman sekolahnya. Meski IM mengatakan yang sejujurnya, ia malah dipukuli hingga mengalami luka parah dan didiagnosis mengalami kecacatan.
Dampak yang IM alami tidak hanya rasa sakit pada bagian tubuhnya saja. Ia juga mengalami trauma akibat penindasan yang dilakukan teman-temannya.
Bullying Verbal
Jenis kedua adalah penindasan secara verbal. Jenis bullying yang satu ini paling sering digunakan dan jarang disadari bahwa dapat mengarah kepada penindasan.
Bullying verbal adalah bentuk perilaku menyakiti orang lain dengan kata-kata. Bullying secara verbal sangat mudah untuk dilakukan dan disebarkan secara luas.
Bentuk bullying secara verbal yang banyak dilakukan adalah membuat nama julukan. Entah julukan yang mengarah kepada fisik orang tersebut, maupun memanggil seseorang dengan nama orang tuanya. Tanpa disadari, julukan yang dianggap sebagai candaan itu bisa menyakiti orang lain.
Menyebarkan berita yang tidak benar juga termasuk dalam bullying verbal. Tidak hanya melukai perasaan korban, ini juga merusak citra diri korban.
Bullying Relasional
Jenis ketiga adalah bullying relasional. Bullying relasional adalah bentuk tindakan agresif dalam relasi sosial agar pelaku dapat menunjukkan kekuatannya.
Penindasan jenis ini bertujuan untuk menurunkan harga diri korban. Sang pelaku akan mengabaikan, mengucilkan, atau menghindari interaksi dengan korban.
Penindasan relasional ini juga cukup sulit untuk diidentifikasi. Sebab, sulit untuk mengetahui awal mula penindasan ini dilakukan kepada korban.
Salah satu contoh bullying relasional adalah Tindakan pengucilan di sekolah. Siswa yang tidak menyukai seorang siswa lain, lalu mempengaruhi teman-teman untuk mengucilkan siswa tersebut, sudah memulai bullying relasional. Dan dalam praktiknya, ini dilakukan secara berkelompok.
Banyak bahasa non verbal yang dapat menunjukkan adanya penindasan relasional. Melirik dengan mata yang agresif, mencibir, menertawakan, serta memperlakukan korban dengan kasar.
Cyber bullying
Tiga jenis bullying di atas terjadi secara langsung dalam dunia fisik. Sedangkan jenis bullying yang berikut ini terjadi di dunia maya. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, saat ini individu terhubung dengan orang lain melalui internet. Itu sebabnya, penindasan atau bullying juga terjadi di dunia maya.
Cyber bullying adalah bentuk penindasan yang dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan dari teknologi yang sudah ada. Dengan kata lain, korban ditindas oleh pelaku melalui dunia maya pada beragam platform.
Misalnya, korban menerima pesan-pesan maupun ujaran kebencian dari pelaku secara terus-menerus. Atau pelaku menelpon korban berulang-ulang tanpa mengucapkan apapun.
Contoh lainnya adalah dengan menyebarkan video yang menunjukkan kondisi korban yang sedang dipermalukan oleh orang lain ke media sosial.

Kategori Bullying
Telah dijelaskan sebelumnya mengenai bentuk atau jenis dari bullying, serta definisi dari bullying itu sendiri. Selain bentuk dan jenisnya, bullying juga terbagi dalam beberapa kelompok atau kategori sebagai berikut:
- Pertama, melakukan kontak fisik langsung. Ditandai dengan perilaku mencubit, mendorong, menendang, memukul, dan merusak barang orang lain.
- Kedua, melakukan kontak verbal langsung. Ditandai dengan memberikan nama julukan mengejek, mengancam, merendahkan dan menyebarkan desas-desus tidak jelas.
- Ketiga, melakukan perilaku non verbal secara terang-terangan. Ditandai dengan ekspresi wajah yang merendahkan dan mengejek, menjulurkan lidah, serta menatap korban dengan sinis.
- Keempat, melakukan perilaku non verbal secara tidak langsung. Ditandai dengan mendiamkan orang lain, mengabaikan ucapan maupun perilaku orang lain, serta memanipulasi persahabatan.
- Kelima, melakukan pelecehan seksual. Ditandai dengan menggunakan kata tidak senonoh, melakukan agresi fisik, dan mengajak untuk melakukan aktivitas seksual.
Kenali dan Cegah Bullying
Bullying atau perundungan masuk ke dalam tindakan penindasan, karena dilakukan secara sengaja untuk menekan korban. Pelaku yang melakukan tindakan perundungan disebut sebagai bully. Perundungan dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni bullying fisik, verbal, relasional, dan cyber bullying.
Setiap jenis perundungan bisa menyebabkan trauma tersendiri. Oleh sebab itu, seseorang yang mengalami atau menyaksikan bullying perlu mencari pertolongan jika dirasa perlu. Dan masyarakat dapat mencegah terjadinya bullying, dimulai dengan mengenali apa itu bullying.
Referensi
Isnawati, F. (2019). Pengaruh Parenting Training Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Memberikan Stimuasi Perkembangan Pada Remaja Korban Bullying di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).
Kuntari, T. (2020). Fenomena Bullying Siswa di Madrasah Ibtidaiyah: Studi Analisis tentang Motif Perilaku Bullying Siswa (Doctoral dissertation, IAIN KUDUS).
Kupas Tuntas. (2022). Alami Cacat Permanen, Orangtua Korban Bullying di Bandar Lampung Pertanyakan Lanjutan Perkara. https://www.kupastuntas.co/2022/10/29/alami-cacat-permanen-orangtua-korban-bullying-di-bandar-lampung-pertanyakan-lanjutan-perkara
Muntasiroh, L. (2019). Jenis-Jenis Bullying dan Penanganannya di SD N Mangonharjo Kota Semarang. Jurnal Sinektik, 2(1), 106-116.
Pratiwi, I., Herlina, H., & Utami, G. (2021). Gambaran Perilaku Bullying Verbal Pada Siswa Sekolah Dasar : Literature Review. JKEP, 6(1), 51-68. https://doi.org/10.32668/jkep.v6i1.436
Sulisrudatin, N. (2018). Kasus Bullying Dalam Kalangan Pelajar (Suatu Tinjauan Kriminologi). Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, 5(2).
Sulistiowati, N. M. D., Wulansari, I. G. A. N. F., Swedarma, K. E., Purnama, A. P., & Kresnayanti, N. P. (2022). Gambaran Perilaku Bullying dan Perilaku Mencari Bantuan Remaja SMP di Kota Denpasar. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 5(1), 47-52.
World Health Organization. (2020). Youth Violence. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/youth-violence
Zakiyah, E. Z., Humaedi, S., & Santoso, M. B. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog