
Tahukah kamu bahwa selama pandemi Covid-19, terdapat setidaknya 18.373 individu yang mengalami anxiety atau kecemasan? Kementerian Kesehatan juga menemukan ada kenaikan sebesar 6,8 persen pada penderita gangguan kecemasan selama periode tersebut.
Apa yang menjadi penyebab gangguan tersebut? Apakah kita salah satu yang berisiko mengalaminya?
Ketakutan dan Kecemasan
Sering kali kita mengalami perasaan takut ketika menghadapi suatu hal. Penyebab rasa takut pada tiap individu dapat berbeda-beda, serta memicu respon yang berbeda-beda pula.
Perasaan takut itu terkadang membuat kita merasa cemas. Mungkin beberapa dari kita pernah merasa takut ketika hendak presentasi di depan umum. Atau merasa takut untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang.
Rasa takut yang terus muncul tak jarang membuat kita gelisah dan tidak tenang. Kondisi tersebut juga bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman. Lalu, apakah rasa takut yang muncul terus-menerus ini berbahaya?
Apa Penyebab Rasa Takut?
Rasa takut merupakan perasaan tidak menyenangkan ketika menghadapi sesuatu yang dianggap sebagai bencana. Penyebab rasa takut pada tiap orang dapat beragam, seperti takut pada benda atau hewan tertentu.
Rasa takut terhadap berbagai hal sangatlah wajar. Tetapi, pada orang dengan gangguan kecemasan, mereka cenderung merasa takut secara berlebihan kepada suatu hal tertentu.
Rasa takut dan cemas yang normal akan menghilang dengan cepat apabila pemicu ketakutannya dapat diselesaikan. Seperti misalnya, Kina merasa cemas dengan ujian Fisika esok. Apabila ujian tersebut sudah Kina selesaikan, rasa cemasnya akan hilang.
Berbeda dengan orang yang terserang anxiety disorder. Meskipun penyebab rasa takutnya hilang, ia akan terus merasa ketakutan. Misalnya, Yuka trauma dengan orang yang mengangkat tangan karena sejak kecil Yuka sering dipukul. Yuka akan terus cemas ketika ada orang yang mengangkat tangan, meskipun orang tersebut tidak bermaksud untuk memukulnya.
Ketakutan berlebihan yang tidak bisa dikendalikan dalam jangka panjang akan menjadi sebuah gangguan.
Apa itu Anxiety Disorder?
Faktor-faktor yang menjadi penyebab rasa takut sebenarnya membuat kita lebih waspada. Sebab, pada umumnya rasa takut dan cemas yang kita rasakan itu wajar dan normal. Tetapi perasaan cemas perlu kita waspadai apabila terus muncul secara berlebihan. Bisa saja hal tersebut merupakan gangguan kecemasan atau anxiety disorder.
Berdasarkan American Psychiatric Association, anxiety merupakan sebuah rasa takut yang terus muncul secara berlebih. Perasaan yang berlebihan tersebut berujung mengganggu kehidupan sehari-hari kita.
Seseorang dapat terdiagnosa anxiety disorder ketika ia mengalami kecemasan dan kekhawatiran berlebih selama 6 bulan terakhir. Terkadang terdapat beberapa gejala atau ciri lain yang juga mengindikasikan anxiety disorder. Seperti misalnya sering merasa gelisah, otot mudah tegang, sulit untuk berkonsentrasi, dan mengalami gangguan tidur. Ciri-ciri inilah yang digunakan para ahli dalam tes untuk mengukur gangguan kecemasan.
Setidaknya terdapat tujuh jenis anxiety yang ditandai dengan gejala yang berbeda-beda. Meskipun memiliki jenis gangguan yang sama, tetap saja gejala yang muncul akan berbeda pada tiap orang. Kita membahas 3 jenis anxiety yang banyak dialami individu.
Jenis-jenis Anxiety
Ada 3 jenis Anxiety yang sering dijumpai:
- Generalized anxiety disorder
Individu yang memiliki Generalized Anxiety Disorder (GAD), cenderung mengalami perasaan gelisah berlebih. Selain itu, individu juga merasa kesulitan untuk mengendalikan rasa khawatir. Penyebab anxiety kambuh pada jenis ini cukup beragam. Penderitanya akan terus merasa khawatir meskipun dalam kondisi yang tenang.
- Panic disorder
Pada individu yang mengalami panic disorder, pemicunya disebabkan tanpa alasan yang jelas. Seringkali, gangguan jenis ini akan muncul secara tiba-tiba dan berulang kali. Gejala fisik yang mungkin tampak, antara lain merasa takut, gemetar, dan berkeringat. Namun perlu dipahami bahwa sebenarnya terdapat perbedaan antara cemas dan panik.
- Social anxiety disorder
Jenis terakhir yaitu social anxiety disorder. Individu dengan anxiety jenis ini mengalami kecemasan ketika melakukan interaksi dengan orang lain. Perasaan takut tersebut muncul karena cemas akan pandangan orang-orang terhadapnya.
Rasa takut itu mendorong individu untuk menghindari proses interaksi dengan orang lain. Hal tersebut yang membuat kehidupan individu terhambat. Sebab, mereka akan kesulitan untuk pergi ke kantor, sekolah, dan sebagainya.
Itulah tiga jenis anxiety yang sering dialami oleh banyak individu. Setiap jenis gangguan memiliki beragam penyebab yang menjadi pemicu utama kecemasan. Tapi, kira-kira apa penyebab anxiety disorder atau gangguan kecemasan yang diderita seseorang?

Penyebab Anxiety Disorder
Penyebab awal individu mengalami anxiety sangat beragam. Beberapa sumber menyebutkan bahwa terdapat 5 faktor umum yang memicu anxiety disorder. Diantaranya adalah gangguan mental, penggunaan obat-obatan, trauma, stres, dan faktor keturunan.
- Gangguan Mental
Individu yang sempat terdiagnosis depresi juga bisa mengalami anxiety. Orang dengan depresi cenderung memiliki kepribadian yang rendah diri. Selain itu, mereka juga suka menghindari adanya interaksi sosial. Kegagalan yang mungkin mereka hadapi dapat menjadi penyebab anxiety disorder.
- Penggunaan Obat-obatan
Profesor di Bloomberg, Carla Storr, menyatakan bahwa penggunaan opioid dapat memicu kecemasan. Opioid diketahui sering digunakan sebagai obat pereda nyeri. Berbagai sumber juga menyebutkan bahwa obat ini dapat menyebabkan kecanduan. Apabila terus dikonsumsi dalam jangka panjang, salah satu efek sampingnya yakni memicu depresi dan kecemasan.
- Trauma
Penyebab rasa takut, salah satunya adalah karena pengalaman. Seseorang yang pernah mengalami kekerasan di masa lalu berisiko mengalami gangguan kecemasaan. Ini dikarenakan individu merasa takut mengalami hal yang sama. Rasa takut tersebut muncul dalam bentuk anxiety.
- Stres
Mental Health First Aid menyatakan kalau stres merupakan salah satu pemicu munculnya kecemasan. Masalah pekerjaan, ekonomi, dan sakit berkepanjangan merupakan contoh pemicu stres.
- Genetik atau Keturunan
Banyak ahli yang menyebutkan bahwa faktor genetik merupakan salah satu pemicu gangguan kecemasan. Lalu, apakah gangguan kecemasan bisa diturunkan kepada anak?
Apakah Gangguan Kecemasan Bisa Dipicu Faktor Genetik?
Faktor herediter atau genetik tidak hanya menurunkan sifat atau karakter, tetapi juga menurunkan berbagai penyakit, termasuk anxiety disorder.
Peneliti menyebutkan bahwa kebanyakan individu yang terdiagnosis gangguan kecemasan dikarenakan gen. Apabila salah seorang keluarga kamu pernah terdiagnosis kecemasan, risiko kamu mengalami hal yang sama lebih tinggi. Dengan demikian, orang tua yang memiliki gangguan kecemasan berisiko menurunkan gangguan tersebut kepada anak.
Dilansir melalui jurnal Nursing Times, tingkat risiko faktor genetik mencapai 30 persen. Dapat diperkirakan sekitar sepertiga individu yang mengalami gangguan kecemasan kemungkinan dipicu faktor genetika.
Jadi, apakah anxiety menurun kepada anak? Bisa jadi iya. Sebab individu dengan riwayat gangguan kecemasan akan lebih rentan dibandingkan dengan orang pada umumnya. Meski demikian, bukan berarti penyebab utama gangguan kecemasan hanyalah faktor genetik atau keturunan. Sebab, faktor lingkungan juga memiliki peran sebagai salah satu penyebab anxiety.
Kesimpulan: Penyebab Gangguan Kecemasan
Anxiety atau gangguan kecemasan adalah rasa takut yang muncul secara berlebihan. Setiap jenis anxiety disorder menimbulkan gejala yang berbeda dengan penyebab yang berbeda juga.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab anxiety disorder adalah trauma, genetika, gangguan mental, stres, dan penggunaan obat-obatan.
Referensi
Adwas, A. A., Jbireal, J. M., & Azab, A. E. (2019). Anxiety: Insights into signs, symptoms, etiology, pathophysiology, and treatment. East African Scholars Journal of Medical Sciences, 2(10), 580-591.
Baldini, A., Von Korff, M., & Lin, E. H. (2012). A review of potential adverse effects of long-term opioid therapy: a practitioner’s guide. The primary care companion for CNS disorders, 14(3), 27252.
Milne, R., & Munro, M. (2020). Symptoms and causes of anxiety, and its diagnosis and management. Nursing Times, 116(10), 18-22.
Prajogo, S. L., & Yudiarso, A. (2021). Metaanalisis Efektivitas Acceptance and Commitment Therapy untuk Menangani Gangguan Kecemasan Umum. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 26(1), 85-100.
Rector, N. A., Bourdeau, D., Kitchen, K., & Joseph-Massiah, L. (2016). Anxiety disorders: An information guide. Centre for Addiction and Mental Health.
Schneier, F., & Goldmark, J. (2015). Social anxiety disorder. Anxiety disorders and gender, 49-67.
Stress vs. Anxiety – Knowing the Difference Is Critical to Your Health – https://www.mentalhealthfirstaid.org/external/2018/06/stress-vs-anxiety/#:~:text=Stress%20is%20a%20common%20trigger,symptom%20of%20anxiety%2C%20not%20stress.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog