Sub Topik

Apa yang ada di pikiran Anda tentang orang dengan ADHD? Sulit fokus, terlalu banyak bergerak, dan sering mengulang-ulang sesuatu? Barangkali kita pernah melihat gejala-gejala tersebut pada orang lain atau bahkan diri sendiri. Kita tidak tahu mungkin orang di sekitar kita memiliki gangguan ADHD tanpa ADHD Tes dan ADHD Screening
Do I Have ADHD?
Pesatnya penyebaran informasi membuat kita lebih banyak tahu tentang berbagai hal. Misalnya politik, kriminal, pendidikan, ekonomi dan kesehatan mental. Saat ini kesehatan mental menjadi salah satu topik hangat di kalangan anak muda. Informasi tentang gangguan mental tersebar melalui ragam bentuk, mulai dari artikel berita, podcast, video singkat dan film/series. Informasi penting yang sering disajikan yaitu tentang berbagai gejalanya. Sebagai pembaca, biasanya ada dua respon terhadap informasi tersebut, yaitu refleksi diri atau sekedar menikmati.
Mengenal ADHD Secara Singkat
Saat merefleksi, kita sering mengaitkan dengan pengalaman masa lalu. Sehingga menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri. Salah satunya tentang gangguan ADHD yang merupakan gangguan perkembangan saraf dan sering terjadi pada anak-anak. ADHD memiliki perkiraan prevalensi 5%-8% pada anak-anak dan 4% orang dewasa di seluruh dunia. Di Indonesia, jumlah kasus ADHD belum banyak diketahui. Namun menurut data sebelumnya dari Badan Pusat Statistik Nasional (BPSN), prevalensi anak dengan ADHD tahun 2007 adalah 8,3 juta anak dari 82 juta anak Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Menurut data sebelumnya dari Badan Pusat Statistik Nasional (BPSN), prevalensi anak dengan ADHD tahun 2007 adalah 8,3 juta anak dari 82 juta anak Indonesia
Secara ilmiah ADHD atau GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) adalah gangguan mental yang menyebabkan sulit berkonsentrasi, memiliki hambatan dalam pengendalian diri (impulsif), dan hiperaktif atau tidak bisa diam dibandingkan orang normal. Kita dapat melihat gejala hiperaktivitas yaitu terlalu banyak melakukan gerakan motorik, gerakan tidak jelas, tanpa rasa lelah, dan sulit ditenangkan. Pada gejala inatensi, terjadi kesulitan untuk memusatkan perhatian dan memiliki daya konsentrasi lemah. Sedangkan pada gejala impulsivitas, sering melakukan tindakan yang tidak selaras dengan pikiran atau tidak wajar pada umumnya.
ADHD Diagnosis Harus Dilakukan oleh Profesional
“Apakah aku punya ADHD? Kenapa gejala ini mirip dengan apa yang kualami?” Pertanyaan semacam itu terkadang mendorong kita untuk mencari tahu kondisi sebenarnya. Informasi dari web atau layanan kesehatan mental bisa jadi pegangan sementara, sedangkan untuk mengetahui lebih jelas yaitu datang ke psikolog atau psikiater.
Setiap orang memiliki diagnosis dan penjelasan gangguan mental berbeda karena pengalaman yang dialami juga berbeda. Meskipun gejala gangguan mental dari sebuah artikel berita seperti pernah kita rasakan semua, belum tentu tepat untuk dijadikan dasar diagnosa. Diagnosa ADHD yang benar harus dengan bantuan psikolog dan psikiater.
ADHD Test Indonesia
Gangguan ADHD merupakan salah satu gangguan mental yang diturunkan oleh keluarga. Menurut National Institute of Health di Amerika Serikat, telah ditemukan adanya variasi genetik pada 33000 pasien dengan diagnosis skizofrenia, ASD, ADHD, gangguan bipolar, dan gangguan depresi mayor (NIH, USA, 2013). Gejala gangguan ADHD terdeteksi sejak umur anak-anak atau sebelum berumur 12 tahun. Bahkan dapat berlangsung hingga dewasa (NIMH, 2021).
Menurut National Institute of Health di Amerika Serikat, telah ditemukan adanya variasi genetik pada 33000 pasien dengan diagnosis skizofrenia, ASD, ADHD, gangguan bipolar, dan gangguan depresi mayor
Bagaimana dengan test ADHD di Indonesia?
Kunjungi Rumah Sakit atau Puskesmas
Bagi orang dewasa atau anak-anak yang dicurigai memiliki gejala ADHD dapat datang langsung ke rumah sakit atau puskesmas. Tidak ada tes tunggal, hanya psikolog dan psikiater yang memiliki keahlian mendiagnosis ADHD. Mereka akan melakukan intervensi dan wawancara terutama kepada orang tua dan orang terdekat.
Berbagai Tes yang Beredar
Meskipun tidak ada tes tunggal, beberapa layanan kesehatan atau informasi kesehatan mental membuat semacam kuis atau skala. Contoh dari kuis tersebut seperti tes ADHD untuk anak, ADHD test teenager atau untuk remaja dan tes ADHD untuk dewasa. Namun sekali lagi, tes tersebut bukan sebagai diagnosis mutlak, tetapi untuk meningkatkan awareness terhadap gangguan ADHD.
Tes ADHD untuk Dewasa dan Anak
Salah satu contoh ADHD test for adults (tes ADHD untuk orang dewasa) adalah Adult ADHD Self-Report Scale-V1.1 (ASRS-V1.1) yang merupakan checklist symptoms dari Wawancara Diagnostik Internasional Komposit WHO. Selanjutnya untuk anak dan dewasa ada Test of Variables of Attention (TOVA) untuk mengukur atensi (perhatian) secara lebih objektif.
Penggunaan Tes TOVA
Tes TOVA dapat digunakan dari usia 4-80 tahun. Pelaksanaan tes berlangsung sekitar 22 menit dan lebih pendek untuk anak balita, yaitu sekitar 11 menit. Tes ini dikemas dalam permainan komputer, menggunakan stimulus geometri bebas budaya, dan dapat digunakan untuk anak yang mengalami kesulitan belajar. Alat TOVA dapat menilai atensi, impulsivitas, dan fungsi eksekusi.
Tes TOVA di Luar Lingkungan Medis
Alat TOVA lebih populer di Amerika Serikat terutama untuk anak usia sekolah. Tidak hanya di lingkungan medis, TOVA juga dijumpai di sekolah-sekolah, program rehabilitasi, dan human resources departments untuk proses screening atau deteksi gangguan atensi.
Pemindaian Otak Pada ADHD
Selain melalui tes dan kuis, bisakah ADHD terlihat pada pemindaian otak? Penelitian Dr. Quyong Gong dkk. menunjukkan bahwa terdapat perubahan bentuk di beberapa daerah otak orang dengan ADHD. Penelitian tersebut mempelajari 83 anak-anak mulai dari usia 7 hingga 14 tahun, baik yang baru didiagnosis maupun yang belum pernah sama sekali. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi fitur radiomik serebral dan mengevaluasi model klasifikasi yang terkait dengan diagnosis dan subtipe dari ADHD. Subtipe dalam penelitian tersebut adalah subtipe ADHD lalai dan gabungan.

Perbedaan Otak pada Anak dengan ADHD
Para peneliti membandingkan hasil MRI otak dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 87 anak sehat dan berusia sama. Tidak ada perbedaan untuk volume otak keduanya. Namun terdapat perubahan bentuk pada tiga daerah otak yaitu lobus temporal kiri, cuneus bilateral, dan daerah sekitar sulkus sentral kiri yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perbedaan anak ADHD dengan anak normal.
Perubahan pada Area Motorik
Perubahan area motorik menjadi ciri menonjol pada anak dengan ADHD. Precentral dan postcentral daerah kortikal juga mempengaruhi dalam penghambatan perilaku. Daerah temporal membentuk sensorik dari tingkat rendah ke sistem persepsi tingkat tinggi yang digunakan untuk mengontrol perhatian dan tindakan.
Kelainan pada lobus temporal kiri berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan masalah perilaku orang dengan ADHD. Selanjutnya ditemukan penipisan pada kortikal dan juga mengalami ketebalan kortikal di seluruh cuneus bilateral pada pasien dengan ADHD dibandingkan dengan kelompok sehat. Cuneus adalah pusat untuk memproses informasi visual. Cuneus juga mendasari perubahan proses psikofisik yang berkaitan dengan sensasi visual dan persepsi pada orang dengan ADHD.
ADHD Diagnosis Harus Dilakukan dengan Benar
Gangguan mental apapun tidak lepas dari proses diagnosis psikolog dan psikiater. Begitu juga dengan ADHD. Meski beredar berbagai macam tes dan kuis, itu tidak menjadi dasar mutlak diagnosis. Ada proses panjang yang melibatkan orang tua dan orang terdekat untuk menentukan diagnosis ADHD dengan tepat. Bahkan jika diperlukan, pemindaian pada otak bisa dilakukan untuk mengetahui dengan lebih pasti kondisi berbagai area yang berkaitan dengan gejala ADHD.
Referensi
National Comorbidity Survey. (2003). Adult ADHD Self-Report Scales (ASRS). https://www.hcp.med.harvard.edu/ncs/asrs.php
National Institute of Health. (2013). Common Genetic Factors Found in 5 Mental Disorders. https://www.nih.gov/news-events/nih-research-matters/common-genetic-factors-found-5-mental-disorders
National Institute of Mental Health. (2021). Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Adults: What You Need to Know. https://www.nimh.nih.gov/health/publications/adhd-what-you-need-to-know#:~:text=ADHD%20is%20a%20disorder%20that,persistent%20symptoms%20of%20hyperactivity%2Dimpulsivity
Pamungkas, V. G., & Nesi, N. (2022). Brain Gym, NDT Dan Play Therapy Pada Anak ADHD. Indonesian Journal of Health Science, 2(2), 28-32.
Smart Mind Center Consulting. (2014). Test of Variables of Attention (T.O.V.A.) untuk Membantu Diagnosa ADHD. http://www.konsultasipsikiater.com/article_det-14-test-of-variables-of-attention-tova-untuk-membantu-diagnosa-adhd.html
Sun, H., Chen, Y., Huang, Q., Lui, S., Huang, X., Shi, Y., … & Gong, Q. (2018). Psychoradiologic utility of MR imaging for diagnosis of attention deficit hyperactivity disorder: a radiomics analysis. Radiology, 287(2), 620-630.
Taylor, E. (1992). Anak Hiperaktif Tuntunan Bagi Orang tua (terjemahan Alex Tri Kanjono). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog