Sub Topik

Depresi adalah salah satu masalah kesehatan mental yang wajib untuk diwaspadai. Sebab, apa yang dirasakan oleh orang depresi dapat membuat orang tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik.
Apa yang dirasakan oleh orang depresi dapat membuat orang tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik.
Kondisi tersebut tentu tidak hanya menjadi hambatan bagi individu yang bersangkutan. Namun, juga orang-orang sekitar serta dampak lain yang lebih luas. Misalnya, mengganggu kerjasama dalam pekerjaan dan situasi sosial.
Sayangnya, kita seringkali kurang dapat menyikapi dan memberikan bantuan yang tepat bagi mereka yang mengalaminya. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka rasa.
Artikel ini berusaha mengungkap secara singkat mengenai hal tersebut. Harapannya, informasi ini dapat menjadi pertanda agar kita yang merasakannya dapat segera mencari bantuan. Selain itu, kita juga dapat mengerti dan menyikapi dengan baik ketika orang terdekat kita merasakannya.
Apa yang Dirasakan Orang Depresi?
Berikut ini adalah 8 hal yang dapat dirasakan oleh yang mengalami depresi. Setiap kasus dapat memicu perasaan yang berbeda pada diri individu. Oleh sebab itu, seorang mungkin hanya terganggu oleh beberapa perasaan yang berbeda dengan apa yang orang lain rasakan.
1. Kelelahan Sepanjang Waktu
Targum & Fava (2011) menjelaskan bahwa terdapat 3 gejala berkaitan dengan rasa kelelahan sepanjang waktu yang dialami oleh orang dengan depresi. Ketiga gejala tersebut adalah gejala fisik, kognitif, dan emosional.
Gejala fisik nampak dari penurunan aktivitas fisik, rendahnya energi untuk bergerak, melambat, dan merasakan perlu upaya lebih untuk kegiatan yang wajar. Sedangkan gejala kognitif terdiri dari penurunan konsentrasi, perhatian, dan menjadi lambat dalam berpikir.
Di sisi lain, gejala emosional tampak dari penurunan motivasi, inisiatif, keengganan untuk bertindak, serta adanya rasa rendah diri. Singkatnya, masalah mental ini membuat orang mengalaminya merasa capek hati dan perasaan.
2. Perlu Upaya Keras untuk Konsentrasi
Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa penurunan kapasitas kognitif adalah salah satu konsekuensi yang dirasakan oleh orang yang mengalami depresi. Hal ini disebabkan oleh ditemukannya kelainan fungsional dan struktural pada amigdala (Sarkohi, 2021).
Padahal, amigdala adalah bagian otak berperan penting dalam pemrosesan memori dan timbulnya rasa bahagia. Oleh sebab itu, orang dengan masalah mental ini seringkali mengeluhkan sulitnya memproses materi baru, buruknya memori, serta sering merasa ragu-ragu.
Kondisi-kondisi ini tentu akan mengganggu keberfungsian seseorang dalam aktivitas sehari-hari. Antara lain misalnya menjadi hambatan dalam performa belajar dan bekerja.
3. Sedih Mendalam tanpa Sebab yang Jelas
Perasaan lain yang cukup dominan pada orang dengan masalah kesehatan mental ini adalah rasa ingin menangis tanpa sebab. Depresi membuat orang yang mengalaminya merasakan kesedihan yang mendalam. Namun, seringkali ia sendiri kesulitan untuk mengidentifikasi sebab dari perasaannya tersebut.
Rasa sedih pada dasarnya adalah perasaan wajar muncul sebagai respon manusia terhadap situasi yang buruk atau merugikan. Pada orang dengan masalah kesehatan mental ini, rasa sedih juga sebenarnya muncul dengan pemicu tertentu (Bernard, 2018).
Namun, masalah mental ini membuat respon sedih lebih dari batas wajar. Individu tersebut merasa tertekan karena tidak dapat melakukan coping. Inilah sebabnya rasa sedih juga seringkali diiringi dengan cemas dan keputusasaan.
4. Pesimis akan Segala Hal
Penelitian yang dilakukan oleh Dickson, et al (2016) memperkuat hasil studi terdahulu. Yaitu, bahwa masalah kesehatan mental ini berkaitan dengan dorongan seseorang untuk mencapai target tertentu.
Terdapat beberapa catatan dari hasil penelitian tersebut. Pertama, adalah bahwa mereka menunjukkan lebih sedikit upaya untuk mendekati target daripada orang yang tidak mengalami masalah kesehatan mental ini.
Kedua, bahwa mereka cenderung menghindari atau berupaya melepaskan diri dari target maupun rintangan. Mereka tidak hanya merasa pesimis, tetapi juga tidak termotivasi untuk mendapatkan reward.
Sedangkan Cope, et al (2010) mengatakan bahwa rasa pesimis ini timbul karena orang dengan masalah kesehatan mental ini merasa segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. Mereka cenderung memiliki interpretasi negatif akan segala hal di sekeliling mereka.
5. Perubahan Nafsu Makan
Simmons, et al (2017) melakukan penelitian terkait meningkat dan menurunkan nafsu makan pada orang dengan depresi. Masalah kesehatan mental ini memang tercatat dapat membuat orang yang mengalaminya merasakan peningkatan maupun penurunan nafsu makan yang signifikan.
Kedua kondisi ini menunjukkan perbedaan aktivitas pada saraf otak. Penurunan nafsu makan disebabkan oleh menurunkan aktivitas otak yang menandakan tidak adanya kesenangan terhadap rangsang makanan.
Sedangkan peningkatan nafsu makan teridentifikasi sebagai manifestasi perilaku yang membentuk keterkaitan antara depresi dan obesitas. Aktivitas otak pada orang dengan kondisi ini tidak menunjukkan adanya penurunan kesenangan pada rangsang makan.

6. Absennya Self-Esteem
Perasaan lain yang secara umum juga cukup dominan adalah rendah atau bahkan tidak adanya rasa keberhargaan diri atau self-esteem. Padahal, self-esteem secara umum kita butuhkan untuk mempertahankan kesejahteraan psikologis.
Orang dengan masalah kesehatan mental ini cenderung merasa dirinya tidak berguna. Mereka merasa bahwa kehadirannya tidak berarti apa-apa, bahkan mungkin malah membawa dampak negatif bagi orang di sekitarnya.
Perasaan ini dapat terkait dengan perasaan negatif lain yang lebih serius. Antara lain adalah kekosongan atau emptiness, serasa hidup sendiri atau terisolasi, bahkan merasa terlepas atau tidak terhubung dengan realitas.
7. Rasa Bersalah
Gambin, et al (2018) mencatat tentang adanya rasa bersalah berlebihan dan irasional yang dirasakan oleh orang dengan masalah kesehatan mental depresi. Mereka memiliki kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri.
Penelitian ini mencatat bahwa kondisi mental ini membuat orang yang mengalaminya mendefinisikan diri sebagai merugikan atau menyakiti orang lain. Tak sampai disitu, mereka juga merasa harus bertanggung jawab untuk meringankan merugikan tersebut.
Inilah sebabnya kondisi mental ini justru kemudian dikaitkan dengan tindakan altruistik dan empati. Walau demikian, hal yang nampak sebagai perilaku positif ini adalah bentuk perilaku maladaptif.
Sebab, orang dengan kondisi ini tidak mampu beradaptasi dan melakukan coping yang tepat ketika berada dalam kondisi yang merugikan. Situasi yang rumit ini membuat mereka mudah tenggelam dalam perenungan yang terasa mengganggu.
8. Ingin Melukai Diri Sendiri
Perasaan ingin melukai diri sendiri sering kali muncul pada orang dengan kondisi ini. Dorongan ini muncul sebab individu tersebut kesulitan untuk mengelola berbagai perasaan negatif (Mind, 2019).
Ketika melukai diri sendiri, individu tersebut mungkin menjadi merasa lebih baik. Namun, perbaikan perasaan tersebut hanya berlangsung sesaat sebelum segala perasaan negatif kembali datang bercampur dengan perasaan ingin mati.
Tindakan melukai diri sendiri sangat berbahaya sebab dapat berkembang ke arah percobaan mengakhiri hidup sendiri.
Meminimalkan Perasaan Negatif Depresi
Orang yang mengalami depresi merasakan berbagai perasaan negatif yang begitu kompleks, seperti kelelahan, sulit konsentrasi, sedih, pesimis, perubahan nafsu makan, rendahnya self-esteem, rasa bersalah, hingga ingin melukai diri sendiri.
Orang yang mengalami depresi merasakan berbagai perasaan negatif yang begitu kompleks, seperti kelelahan, sulit konsentrasi, sedih, pesimis, perubahan nafsu makan, rendahnya self-esteem, rasa bersalah, hingga ingin melukai diri sendiri.
Berbagai perasaan tersebut dapat diminimalkan apabila orang yang mengalaminya segera mendapat penanganan yang tepat. Yaitu, melakukan konsultasi dengan profesional seperti psikolog atau psikiater. Langkah ini dapat mencegah memburuknya perasaan negatif akibat kondisi depresi sehingga orang tersebut dapat tetap menjalankan fungsinya dengan baik.
Referensi
Bernard, Jose E.R (2018) Depression: a review of its definition. MedCrave: MOJ Addiction Medicine & Therapy ;5(1):6‒7.
Cope, Jo et al (2010) Coping with Depression. NHS: Primary Care Psychological Treatment Service, Cambridge.
Dickson, Joanne M. et al (2016) Goal Fluency, Pessimism and Disengagement in Depression. PLOS ONE. DOI:10.1371/journal.pone.0166259.
Gambin, Malgorzata et al (2018) The relations between empathy, guilt, shame and depression in inpatient adolescents. ELSEVIER: Journal of Affective Disorder. https://doi.org/10.1016/j.jad.2018.08.068
Mind, for better mental health (2019) Depression. https://www.mind.org.uk/media-a/2935/depression-2019.pdf
Sarkohi, Ali (2011) Future Thinking and Depression. Department of Behavioural Sciences and Learning: Linköping University. ISBN 978-91-7393-020-8.
Simmons, W Kyle et al (2016) Depression-related increases and decreases in appetite reveal dissociable patterns of aberrant activity in reward and interoceptive neurocircuitry. American Journal of Psychiatry, Apr 1; 173(4): 418–428. doi: 10.1176/appi.ajp.2015.15020162
Targum, Steven et al (2011) Fatigue as a Residual Symptom of Depression. Innovation in Clinical Neuroscience, Oct; 8(10): 40-34. PMC3225130.
*This article is reviewed by Ganda M. Y. Simatupang, M. Psi., Psikolog